Memasuki tempat acara, sebuah ruangan teater yang memang khsusus untuk pagelaran, ruangan sudah begitu penuh. Jika tidak ada halangan yang berarti saya selalu datang tepat waktu kalau mendapat undangan bahkan setengah jam sebelumnya sudah sampai biasanya. Salah satunya karena jarak Cimahi - Bandung harus diperhitungkan. Tapi dari sekian banyak undangan yang saya terima baru kali ini on time. Good Job Bandung Intedependent School dan The Lordg Fundantion. Perkenalan pertama yang membuat saya jatuh hati. Karena keseringan undangan ngaret awalnya saya berfikir acara akan dimulai pukul 16.00 sementara jam diudangan pukul 15.30.
Tiga penyanyi utama acara ini (Ibu Heni Smith ditengah) |
Acara sudah dibuka ternyata, MC pun mempersilakan kami duduk, malu rasanya jadi orang yang terlambat meski hanya beberapa menit. Sang MC kembali melanjutkan pembicaraannya, dalam bahasa Inggris yang sangat fasih. Jelaslah karena ia seorang bule, meski berbicara dengan ' kecepatan cahaya' alhamdulillah masih bisa menangkap apa yang ia ucapkan, meski cepat tetapi lafalnya terdengar jelas.
Satu demi satu acara pun digelar, mulai dari pembukaan. lantunan lagu dari tiga orang penyanyi yang bersuara indah dan powerful. Ketiga penyanyi ini kemudian menjadi penyanyi yang mengiringi pagelaraan busana. Para model terdiri dari berbagai lapisan usia yang berasal dari berbagai macam negara. Kalau tidak dijelaskan oleh MC kalau mereka adalah para guru dan orang tua siswa di BIS tentu saya akan mengira mereka para model profesional. Terlihat cantik, tinggi dan langsing mereka membawakan busana bernuansa etnis terlihat lentur dan tidak canggung.
Salah satu adegan Drama musikal Sangkuriang |
Usai pagelaran busana acara drama musikal Sangkuriang pun dimulai. Episode awal mulai dari sejarah lahirnya Dayang Sumbi, saat dewasa, menikah dengan dewa yang berwujud anjing bernama Si Tumang. Sampai akhirnya lahirnya Sangkuriang yang kemudian kabur karena takut amarah ibunya yang tidak dipahami Sangkuriang, dinikmati penonton dalam bentuk slide demi slide gambar di layar. Diiringi musik dan narasi cerita dapat dicerna dan dinikmati dengan baik oleh para penonton. Oya pemeran Daya Sumbi yang cantik ini adalah Runner Up Putri Indonesia tahun 2018,
Selanjutnya episode penyesalan panjang Dayang Sumbi setelah ditinggal pergi putranya terkasih sampai dewasanya Sangkuriang dilanjutkan dalam bentuk drama musikal dan tari. Pertemuan kembali Dayang Sumbi yang masih terlihat cantik, dengan Sangkuriang yang saling tidak mengenali membuahkan benih-benih cinta diantara keduanya. Sampai akhirnya Dayang Sumbi menyadari bahwa ternyata pemuda tampan yang ia cintai itu adalah anaknya. Ketika akhirnya hal itu diungkapkan pada Sangkuriang, pemuda itu menolaknya dan menganggap itu alasan Dayang Sumbi menolak diperistri olehnya.
Standing apllause dari para penonton |
Ahirnya karena Sangkuriang bersikeras menikahinya akhirnya Dayang Sumbi mengajukan syarat kepada Sangkuriang. Alur cerita begitu jelas dan dapat dinikmati penonton, cukup menguras emosi penonton. Good Job buat The Lodge Foundation, para guru, siswa dan orang tua Bandung Independent School yang telah menggelar acara ini. Ditata dengan demikian apik dan profesional, acara ini berlangsung menarik dan mampu memikat emosi penonton. Standing applause pun membahana saat layar ditutup pertanda Drama Musikal Sangkuriang ini telah usai.
Acara keren ini digagas oleh Ibu Heni Smith selaku founder dari The Lodge Foundation dan Mr. Chris Toomer kepala sekolah BIS. Ibu Heni Smith ini adalah perempuan humble pemilik Lodge Maribaya yang kini menjadi destinasi wisata yang banyak diburu para wisatawan domestik. Sedangkan Visi dan misi acara ini adalah untuk menciptakan dan mempererat kebersamaan antara guru, siswa, orang tua, staf dan alumni.
Mengikuti acara ini jadi tahu lebih banyak tentang BIS, meski untuk masuk ke sekolah ini harus merogoh saku lumayan dalam tetapi ternyata sekolah ini adalah sekolah non profit. Semua yang orang tua bayarkan per semesternya itu kembali untuk kepentingan siswa dan membiayai operasional sekolah. Sekolah ini keren karena bukan hanya sebuah sekolah saja tetapi sebuah komunitas dimana guru, orangtua, siswa bahkan alumni terhubung dengan baik satu sama lainnya. Keterbukaan dan keanekaragaman menjadi unsur utama sekolah ini.
Berdiri sejak tahun 1972 dengan nama Bandung Internasional School yang kemudian sejak tahun 2004 berubah nama menjadi Bandung Indepedent School menghasilkan lulusan berkualitas. Hampir 90% siswa nya diterima di universitas bergengsi di luar negeri. SMA di sini hanya dua tahun saja, namun lulusannya setara dengan lulusan diploma satu. Fokus pada mata kuliah sesuai passion masing-masing siswa yang artinya dari tahun pertama sudah dijuruskan sesuai minat masing-masing siswa. Saat ini sekolah ini memiliki siswa sebanyak 200 orang dengan 23 kewarganegaraan yang berbeda dengan 23 guru expatriat.
Gesung Bandung Independent School |
Sementara itu The Lodge Foundation yang didirikan Ibu Heni Smith merupakan lembaga nir laba yang bergerak di bidang lingkungan, sosial, budaya dan pendidikan. Tujuan berdiri nya lembaga ini adalah pemberdayaan masyarakat untuk pelestarian lingkungan dan kebudayaan. Untuk mengembangkan budaya lokal TLF membentuk komunitas sendra tari Nuwala yang melibatkan anak-anak dan seniman Jawa Barat.
The Lodge Fondation merupakan sponsor utama acara ini, kebetulan juga anak-anak Ibu Heni bersekolah di sekolah ini. Ibu Heni pun menjadi penyanyi utama di acara ini. Acara ini juga disponsori oleh The Lodge Maribaya, Nuwala, Bank Mandiri, Kartika Sari, Bank BTN, Crowne Plaza, Intercontinental, K Lite, dan UOB. Sebuah acara yang menarik, senang sekali bisa mengikuti acara ini. Mengenal lebih dekat Bandung Independent School dan The Lodge Fondation, semoga keberadaannya selalu menginspirasi.
Semoga tulisan Bandung Independent School Gelar Drama Musikal Sangkuriang ini bermanfaat ya teman-teman... :)
Kerennya Bandung International School. Ada ragam pengeluarannya itu, kayak serasa bukan ada di sekolah. Semoga pendidikan Indonesia, terus berkembang lebih baik, untuk kemajuan bangsa
BalasHapusManfaat banget Teh. Berasa kembali ke masa lalu. Denger dongeng2 gitu tapi ini versi melonjaknya kali ya. Hehehe...
BalasHapusAnak jaman sekarang mungkin sudah banyak yg gak tahu Sangkuriang itu apa...
Wah seneng ya bisa nonton drama musikal kayak gini, jarang soalnya teh yang ngadain acara kesenian kayak gini.
BalasHapusWah menarik yaa..sekolah lokal juga perlu nih bikin yang model begini..mengangkat kembali cerita legenda lokal
BalasHapuswah seru yaaaa, nyesel kemarin ga sempet nonton
BalasHapusHahaha ngakak aku mba baca tulisanmu "menangkap bahasa mc dengan kecepatan cahaya" hahaha jago ih. Senang ya acara-acara musical gini.
BalasHapusKereenn acaranyaaa.. pengen datang ngajakin Akmal
BalasHapuswaaah keren banget yaa acaranyaaa... next nya musti sering2 ada acara semacam gini yaa.. agar anak zaman now juga bisa lebih mengenal budaya budaya Indonesia
BalasHapusMusti nabung yang keras biar anakku nanti sekolah disini teh, keren pisan BIS 😍
BalasHapusWaah menyenangkan sekali nonton drama teatrikal gitu teh :)
BalasHapuskerennya BIS dan the Lodge Foundation
BalasHapusKeren banget sekolahnyaa
BalasHapusKangen banget sama cerita rakyat macam Sangkuriang. Ini waktu kecil sering diulang-ulang sama kakak ceritanya jadi berkesan. Mudah-mudahan acara seperti ini sering diselenggarakan ya oleh BIS biar hubungan antar guru, murid, ortu dan alumni bisa tetap terjaga.
BalasHapusMantaap seneng bacanya... Jd tau kisah Dayang Sumbi...asyik ya sekolah di BIS
BalasHapusAku udah lama ga pulang kampung ke bandung nih mbak. Baca ini mengobati rinduku...
BalasHapusKeren ya, ortu siswa juga ikut tampil? Biasanya kan kalau ada pertunjukan sekolah, walimurid mah tinggal duduk anteng nonton.
BalasHapussayangnya saya gak bisa hadir di acara ini, kalau bisa hadir mungkin seru banget ya teh ?
BalasHapusAku jd keinget ada sekolah yang dikelola negara lain tapi di Indonesia mbak, biayanya emang terlihat mahal tapi semuanya kembali ke kepentingan urid. Prinsipnya kyknya sama kyk sekolah ini.
BalasHapusWah seru ya nonton pertunjukan musikal, aku lama banget eui gak nonton yg kyk gtu 2 :D
kerrn teh sekolah sma 2 th mantep kebayang biaya sekolahna hehehe
BalasHapusJadi kangen maen kebandung teteh... Pasti seru acaranya ya. Soalnya ini cerita jaman aku kecil.
BalasHapusWah, sayang banget aku gak bisa nonton acara ini. Padahal kepengen pisan. Udah lama gak nonton acara beginian. Ada acara lain atuda.
BalasHapusHuaaa pengin nonton pertunjukannya
BalasHapusSuara tiga penyanyi pembukanya menggetarkan hati.eaa...
BalasHapusKeren banget ada sekolah yang mengadakan kegiatan teater kayak gini. Soalnya disekolahku dulu drama musikal cuma ditonton guru aja. Hihihi. Legendanya juga asli bandung ya, jadinya penonton suka semua
BalasHapusDrama musikal kayak gini udah jarang yaa, seneng banget bisa nyaksiin langsung.. 🙂
BalasHapusSelalu dukung drama musikal menganggat cerita kearifan lokal.jadi punya nilai tambah jika dikemas dalam perhelatan semarak dan modern.semacam pelestarian budaya lewat cara asik
BalasHapusJadi kangen nonton pertunjukan, Teh. Rasanya udah lama banget.
BalasHapusJadi pengalaman berharga untuk aku dan Vito juga. Seru acaranya dan berkesan banget ya, Teh.
BalasHapus