September 2012
Berbicara mengenai keinginan dan kebutuhan, rasa-rasanya saya harus menutup wajahku rapat-rapat, karena malu. Meski memahami tentang hal ini, tapi saya kadang terjebak juga karenanya. Saya terkadang suka membeli sesuatu bukan karena kebutuhan tapi karena keinginan. Dan biasanya itu karena penasaran dan trend. Seperti membeli gadget. Saya kan ibu rumah tangga biasa, kebutuhannya hanya untuk sms dan telepon. Itupun tidak terallu sering. Cukup memakai telepon biasa saja yang murah meriah. Tapi karena ingin dan penasaran dan mungkin juga gensi, dua tahun yang lalu saya membeli BB yang harganya 3 juta an lebih. Sekarang BB itu kalau saya jual paling banter satu jutaan itu pun kalau kondisinya masih mulus.
Ketika saya mulai BBM an dan baru bergabung dengan satu grup saja, saya sudah kewalahan mengatur waktuku. Kemudian akhirnya saya berkesimpulan BBM an tidak cocok untukku yang mempunyai lima orang anak, karena banyak mencuri waktu. Saya jadi asyik sendiri, ketawa-ketiwi sendiri membaca selorohan teman-temanku. Hanya sehari- dua hari saja saya kuat BBM an. Selebihnya saya gunakan BB ku hanya untuk SMS an dan telepon saja... hehehe....
Alhamdulillah itu menjadi pembelajaran berharga bagiku. Sekarang saya lebih berhati-hati mengelola keuangan. Mungkin karena kini saya memahami dan merasakan perjuangan untuk mendapatkannya. Juga karena anak-anakku semakin besar. Sudah mulai sekolah dan memerlukan biaya yang besar supaya mendapatkan pendidikan yang baik.
Kecuali untuk buku. Saya sering beli buku walau tidak terlalu memerlukannya. Dulu sering beli buku parenting dan motivasi walau membacanya suka keteter. Menyadari itu, akhirnya saya alihkan dengan membeli buku cerita untuk anak-anakku.
Mengutamakan rasa ingin dibanding mempertimbangkan kebutuhan memang bisa terjadi pada siapa saja. Baik pada mereka yang memiliki keuangan yang mapan maupun berkekurangan. Meski biasanya terjadi pada mereka yang secara ekonominya lebih dari cukup karena ada uang untuk memenuhi keinginannya. Tetapi juga bisa terjadi pada mereka yang secara ekonomi berkekurangan hal ini dilakukan dengan memaksakan diri bagaimana pun caranya.
Karena lebih mementingkan keinginannya daripada mempertimbangkan sisi butuh tidaknya, seorang pegawaiku sekarang hidupnya mulai tidak nyaman. Sering main petak umpet dengan para penagih hutang. Ceritanya karena merasa malu dengan kursi ruang tamunya yang mulai sobek di sana sini. Akhirnya ia mengambil cicilan satu set kursi tamu. Tapi karena tidak mengukur dengan kemampuannya akibatnya sekarang ia gali lubang tutup lubang untuk memenuhi kebutuhan primer hidupnya. Sebelumnya ia juga telah mengambil cicilan hp untuk anak gadisnya.
Lain lagi dengan seorang temanku, karena 'kelebihan uang' akhirnya ia membeli segala yang ingin ia beli. Misalnya ketika ia kursus kue, dibelilah olehnya satu set pemanggang kue besar yang menurutku lebih cocok disimpan di toko atau pabrik roti. "Paling dipake setahun sekali" ujarnya sembari ketawa ringan ketika kutanya prihal pemanggangnya. Beruntungnya, ia paham juga mengenai manajemen keuangan. Ia kini punya banyak pasif income dari kost-kost an yang ia bangun. Mungkin karena kebanyakan uang saja ia membeli barang-barang yang menurutku tidak terlalu diperlukannya.
Mengelola keuangan rumah tangga memang membutuhkan kecerdasan emosi juga didalamnya. Kecerdasan mengelola rasa 'ingin' yang menggebu agar dapat menekannya dan meredamnya hingga kita bisa memenej keuangan kita dengan baik. Tidak membeli sesuatu karena keinginan tapi karena kita memang membutuhkannya.
Membedakan keinginan dan kebutuhan sih gampang saja caranya. Dengan bertanya pada diri kita sendiri, tentang pengaruh adanya barang itu dalam kehidupan kita. Apakah apabila barang itu tidak ada, kita akan merasa kerepotan? Apabila jawabannya ya, maka memang barang itu kita perlukan. Tapi bila jawabannya tidak, kita bisa mempertimbangkannya lagi dengan lebih matang dan lebih rasional agar tidak terjebak pada pola hidup konsumtif.
Kadang keinginan itu terlalu tinggi jadi gak sesuai dengan kebutuhan huuuu
BalasHapusYuup. :)
Hapusbetul sekali...apalagi sebagi ibu yang jadi manager keuangan keluarga kita memang harus tahu persis membedakan mana yang kebutuhan dan mana yang sekedar keinginan. nice sharing mba.
BalasHapusKadang teori tahu pas prakteknya suka jadi bablas kalau ingin banget hahaha
HapusKecerdasan emosi untuk menentukan skala prioritas, setuju sekali Mbak. karena tak mudah membujuk hati yang kekeh bertahan bahwa kita butuh itu, bukan ingin. padahal aslinya cuma ingin
BalasHapusHahaha iya :)
HapusKadang memang klo lagi kalap gemes bgt kepengen belanja. Akhirnya aku siasatin untuk bikin toko online biar aku bisa belanja tp gak konsumtif.
BalasHapusWah keren itu mah... malah jadi menghasilkan hobi belanja pun tersalurkan hahaha...goodjob :)
Hapuskalo aku mah tau diri mak,dan mengenal diri sendiri hahhaa *mendisiplinkan diri
BalasHapusmis: sepatu cukup satu di pleter trus jebol tah, mau ga mau kudu beli da butuh tea hiks ato henpon ilang, mau ga mau juga sambil nangis beli menguras tabungan da butuh pake bimgits
jadi tau mana yang aku butuhkan aku beli jarang sih beli sesuatu yang hanya karena "ingin" hihii *emak baik
keren berarti mak Nci disiplin tinggi :)
HapusAku juga sering begitu, tapi lama-lama mengingat kebutuhan itu banyak banget, singkirkan hal-hal yang cuma ingin doaang,
BalasHapusiya mba... harus selalu ingat kebutuhan itu selalu banyak hahaha
HapusAku juga pernah Mbak, beli buku tapi sebetulnya enggak butuh, dan dibacanya juga gak langsung...hehee
BalasHapusIya...tapi kadang berguna juga buat referensi sesekali hihi..
Hapusikutan tutup mukaa juga ahh hihihi
BalasHapusdulu waktu kuliah, pernah juga dosenku bahas tentang keinginan dan kebutuhan,
Sudah paham sama konsep ini, tapi praktiknya memang susah :D
Kadang masih terpangaruh sama temen temen >,<
ahhh.. iya mba kalau sudah urusan sama buku suka lupa need and one. hebatnya waktu beli itu kok ya rasanya mau dibaca aja semua.. klo dah dibawa pulang banyak deh alasannya.. :-)
BalasHapussepakat, kadang susah kalau sdh ingin hehee
BalasHapusberasanya butuh kalau sudah pingin "banget"...
BalasHapusrepotnya banyakan pinginnya daripada butuhnya