Bismillah,
Seorang pemimpin memang harus bisa mentransformasikan bawahannya ke tempat yang sesuai dengan kapabilitasnya. Kalau tidak, bukannya akan menghasilkan hasil yang maksimal, malah membuat target tidak tercapai.
Terkadang tujuan yang baik tapi hanya karena salah menempatkan orang, akhirnya berakibat buruk dan memberikan citra yang negatif.
Terkadang tujuan yang baik tapi hanya karena salah menempatkan orang, akhirnya berakibat buruk dan memberikan citra yang negatif.
Memang ada kata belajar disana. Bisa saja seseorang belajar sehingga bisa berhasil walau bukan pada tempat yang tepat. Tetapi alangkah lebih bijak kalau seseorang ditempatkan sesuai dengan kapabilitasnya. Selain tidak membuang energi juga akan memaksimalkan hasil yang di dapat.
Saya pernah mengalami hal seperti ini. Diberi amanah yang tidak sesuai dengan kafaah atau kemampuan saya. Alih-alih mengerjakan kewajiban, yang ada malah saya lari dari tugas itu. Biarlah orang mau bilang apa, hanya Allah yang tahu kenapa saya tanggalkan amanah itu. Dari pada tidak amanah mendingan saya lepas saja dan diberikan pada orang yang lebih tepat.
Tugas yang menurut saya berat, adalah ketika harus bersosialisasi dengan banyak orang, dan saya menjadi pusat perhatian disana. Kalau hanya sekedar ceramah di depan orang banyak, asal menguasai materi Insya Allah saya bisa. Tapi kalau harus terjun ke masyarakat dan bersosialisasi dengan banyak orang saya memilih sembunyi saja. Suka takut salah bersikap. Ujung-ujungnya malah dibilang sombong atau menyakiti orang lain.
Saya sedang berusaha memperbaiki kelemahan ini. Dengan banyak bersosialisasi dengan berbagai komunitas. Tapi tidak sebagai tokoh utama di sana. Alhamdulillah sedikit lebih baik, walau kadang saya sering bersikap salah, dan menyakiti yang lain. Di rumah baru terpikir, o iya saya salah tadi, harus diubah.
Misalnya kalau ketemu seseorang yang saya kenal langsung saya say helo, lupa deh sama yang sebelah dia padahal saya kenal juga. Akhirnya saya dikira sombong... padahal saya memang tidak sengaja...
Itu yang saya hindari dari amanah tadi. MENYAKITI seseorang tanpa saya bermaksud melakukannya. Padahal di amanah itu saya membawa bendera lembaga, alih-alih memberi image yang baik, malah citra buruk yang di dapat.
Jadi menjadi pemimpin memang harus bijak. Pandai menempatkan orang pada tempatnya. Bukan karena tidak ada orang lagi, hingga yang tidak mampu harus pasang badan di sana.
Saya juga senang berorganisasi, terlebih untuk kemaslahatan umat, tapi tidak pada tempat yang saya tidak mampu di sana. Karena salah menempatkan akhirnya saya jadi mundur teratur, tapi tidak masalah, saya masih bisa 'berbuat' di tempat yang lain kok ....
Sebuah pelajaran untukku, menempatkan seseorang harus pada tempat yang sesuai dengan kapabilitasnya.....
Sebuah pelajaran untukku juga agar tidak mudah baper menghadapi orang yang sikapnya menyakiti perasaan kita. Mungkin saja dia bersikap seperti itu bukan kesengajaan, tapi karena kurangnya kemampuan dia berempati pada orang lain, atau kurang kemampuan dia bersosialisasi. Mengedepankan khusnudzon atau positif thingking tentu itu yang terbaik.
Sebuah pelajaran untukku juga agar tidak mudah baper menghadapi orang yang sikapnya menyakiti perasaan kita. Mungkin saja dia bersikap seperti itu bukan kesengajaan, tapi karena kurangnya kemampuan dia berempati pada orang lain, atau kurang kemampuan dia bersosialisasi. Mengedepankan khusnudzon atau positif thingking tentu itu yang terbaik.
Yuk, cerita tentang “Kebaikan Tak SelaluBaik di Mata Orang Lain”
eh... kenapa nggak ikutan GA nya noorma saja mak yang melakukan kebaikan tapi malah disalah artikan temanya. cocok nih ama tema GA itu
BalasHapusaih iyaaa hihi..oke deh :)
Hapusiyah teh ida, kalau tidak tepat posisi malah jadi kacau yaa,
BalasHapusYup betul sekali teh :)
Hapussetuju dengan ulasannya mbak ida, menarik dan mesti kita terapkan juga :)
BalasHapusTos dong ya :)
HapusTerkadang kita nggak sadar ya mba kalau berbuat ya, mba. Padahal nggak ada niat menyakiti
BalasHapusYup apalagi bahasa tulisan bisa banyak penafsiran hihi... langsung kenemu aja suka banyak miskom
HapusAku malah lebih suka berinteraksi langsung daripada ngomong yang formil teh. Suka ada beban dan mendadak loading lama hehehe.
BalasHapushihi.. masing-masing orang itu beda-beda ya... :)
Hapussaya juga suka grogian kalau di depan banyak orang. Dan akhirnya suka khawatir orang akan salah sangka
BalasHapusTos dong kita :)
Hapuskita hampir sama nih Mba, entah mengapa kalo pekerjaan yang berhubungan dengan terjun langsung ke lapangan/masyarakat itu rasanya susah banget untuk saya lakukan, alasannya saya takut nggak bisa melakukan apa yang mereka harapkan :(
BalasHapusHahaha tos mba;)Lebih enak menghadapi laptop ya :D
Hapussaya juga begitu empat tahun yang lalu.... sekarang sedikit bisa diubah tapi masih agak canggung juga :)
BalasHapusAih mirip kayak saya, lho Mbk Ida.
BalasHapusSaya juga seperti dalam tulisan ini :(
Susahnya, kalo banyak yang merasa kenal, merasa akrab karena pada posisi saya, saya beramah2 lalu meminta saya perhatikan khusus dengan memberikan informasi2 secara personal.
Lalu pada suatu ketika saya memberi informasi, ingat A tapi lupa B. B protes, kenapa tidak dikabari padahal saya sebenarnya sudah share di grup. Aaaah. Pengen teriak deh rasanya
Eh curcol beneran ya saya.
Begitulah Mba.. Akhirnya balik lagi kekita supaya jgn terlalu diambil hati..hihi
Hapusmemang akan lebih baik jika kita berpikiran positif ya mba, hati kita tdk terbawa emosi nantinya
BalasHapusYup..betul sekali mba :)
HapusAgak sulit ya mbak, klo gak baper saat kita menerima sikap yg tak bersahabat padahal niat kita baik. Makasih sdh mengingatkan..:)
BalasHapusBener, aku pernah mengalami hal yang sama . saya menjadi ketua padahal saya pengennya di bagian lain. Rasanya capek hati juga. Hehe
BalasHapusHehe... iya mba :)
HapusMbak, cek pengumuman GA ku yaa
BalasHapushttp://www.noormafitrianamzain.com/2016/06/pengumuman-giveaway-kebaikan-tak-selalu-baik-di-mata-orang-lain.html
Duuh maafken telat :)
HapusDuuh maafken telat :)
Hapus