Cimahi 5 Jan 2012
Benar benar sebuah kecerobohan. Dua kali mencatat dua-duanya hilang tak
berbekas. Ceritanya Jaringan Lembaga Wanita mendapat tugas membersamai para tokoh dari Cimahi untuk
menghadiri acara peringatan Perayaan Hari Ibu yang diadakan oleh Aliansi Dewi
Sartika, sebuah aliansi lintas organisasi, partai dan agama. Mendampingi tokoh
perempuan dari Cimahi diantaranya ketua perempuan PUI Kota Cimahi, Ketua Pesistri
Kota Cimahi, Ketua Aisyiah Kota cimahi, Ketua BKSWI Kota Cimahi, Ketua Tahajud
Call Kota Cimahi untuk mengikuti acara peringatan Hari Ibu yang diselenggarakan
di Gedung Bale Asri Pusdai tanggal 24 Desember 2012.
Membawa gadget yang belum
begitu familiar untuk acara ini benar-benar sebuah kebodohan bagiku. Sebuah gadget baru hadiah ulang tahun dari diriku sendiri.. (Hayoo pengumuman...). Niat ingin
mempermudah membuat review acara, yang terjadi malah terpaksa memakai tulisan
tangan yang kemudian tertinggal di dalam
gedung ketika pulang. Dicatat ulang di
mobil nyontek dari Ibu Ayi ketua tahajud call Cimahi yang juga ibu teladan
tingkat jawa barat tahun 2010. Benar-benar ibu yang rajin, catatannya lengkap
sekali. Dan ternyata catatan yang kutulis ulang itu pun lenyap pula entah
kemana.
Sebetulnya seandainya sudah
familiar dengan gadget baru itu kisah hilangnya catatan ini tak perlu terjadi.
Malas mempelajari, menggampangkan suatu hal itulah yang kulakukan . Belum lagi
hasil jepretan yang tidak optimal karena belum bisa menzoom kameranya, lengkap
sudah kebodohan yang kulakukan, padahal begitu pulang dan mempelajari sedikit
saja, ternyata mudah-mudah saja.....hmmm malas masih menjadi penyakitku....
Termasuk menulis review peringatan hari ibu ini. Selalu ada alasan untuk
menghindar, bentrok dengan jadual libur anak-anak lah, bentrok dengan kesibukanlah dan
segudang alasan atuda lainnya. :(
Skip ngelantur tidak jelas.....,
kita mulai saja mereview acara peringatan ibu ini, walau sangat pasti tidak
lengkap karena benar-benar sangat mengandalkan memori yang sudah mulai sulit di
recall ini. Terlebih acaranya sudah
cukup lama berlalu.
Diadakan di Gedung Serbaguna
Pusdai, dikemas dengan begitu rapi dan profesional. Begitu undangan tiba lansung disuguhi nyanyian
yang dibawakan dengan begitu apik dan merdu oleh Fitri bergantian dengan sang MC Acara. Bukan hanya nasyid atau sekarang sudah mulai
mengalami degradasi dengan sebutan lagu positif yang Fitri bawakan, tapi
lagu-lagu pop lawas pun turut diperdengarkan.
Panggung ditata dengan elegan dipadu sound system yang bagus, dilengkapi
dua layar lebar di sisi kanan dan kiri panggung. Undangan yang hadir memenuhi
gedung, hadir pula pini sepuh perempuan di awa Barat diantaranya Ibu Aang
Kunaefi, Ibu Dra. Popong Oce Djunjunan, cucu ibu Dewi Sartika Ibu Dra. Dinny Dewi Krisna Harahap.dan lain-lain.
Acara dimulai dengan
menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama-sama.
Rasa-rasanya ritme lagu kebangsaan ini dibawakan dengan tempo yang lebih cepat dari biasanya, memberi sebuah rasa semangat jadinya. Setelah acara dimulai ada beberapa sambutan
diantaranya dari Dinsos Jawa Barat, dan ketua panitia penyelenggara yaitu Bu
Ani Rukmini.
Acara selanjutnya Talk Show
yang dibawakan tiga nara sumber yaitu: Seorang Mubalighoh kondang Ibu Hajah
Leni Umar, Mubaligh Ustadz Hilman Rosyad dan Ahli sejarah yang juga ketua jurusan Ilmu Seni Budaya (Sejarah)
UNPAD Prof. Dr.Dra. Hj. Nina Lubis.
Dipandu dengan menarik dan ramai serta begitu cerdas Oleh Ibu Dra.Hj. Ani
Rukmini, MKom.
Pemateri pertama Prof Hj.Nina
Lubis mengupas tentang perjuangan Ibu Dewi Sartika. Dalam perjalanan hidupnya Ibu Dewi Sartika
telah memperjuangan agar perempuan bisa mendapat pendidikan sebagaimana
yang kaum laki-laki dapatkan. Berbeda dengan RA Kartini yang sekedar opini
emansimasi, Ibu Dewi Sartika selangkah lebih maju Ia berhasil mendirikan Sekolah Istri yang
berkemban dengan pesat memberikan pendidikan
untuk kaum perempuan. Lalu kenapa
sekarang lebih terkenal RA Kartini dibanding
Dewi Sartika?
Hal itu tak lepas dari
politik Belanda. Keluarga besar Kartini dalam hal ini Ayah dan suaminya adalah
bupati yang sangat manut terhadap penjajah
Belanda. Sementara ayahanda Dewi
Sartika dikenal sebagai penentang Belanda. Karena sebuah fitnah ayahanda Dewi Sartika pernah dibuang
ke Ternate. Kisah manut dan penentangan
inilah yang menjadi penyebab mengapa akhirnya Kartini yang lebih dimunculkan padahal perjuangan Ibu Dewi Sartika tak kalah dengan perjuangan RA Kartini. Bahkan konon kabarnya menurut Ibu Prof yang lugas dan sederhana ini RA Kartini malah 'menghianati' apa yang diperjuangkan dengan bersedia menjadi selir seorang bupati dalam kehidupannya.
Pembicara kedua Hj. Leni Umar mengupas tuntas tentang kriteria ibu yang sholihah. Menurut beliau ada beberapa kriteria ibu sholihah yaitu : Seorang ibu harus mempunyai bekal akidah yang kuat, seorang ibu harus menjadi pembelajar dan pendidik anak-anaknya dan yang ketiga seorang ibu itu harus paham dengan kondisi zaman ... (Deuh sebenarnya masih ada lagi.... lupa...)
Pembicara ketiga Ustadz Hilman Rosyad berbicara tentang sosok perempuan sholihah melalui gambaran ibunya sendiri. Ibu ustadz Hilman adalah seorang Da'iyah. Menurut beliau seorang perempuan tidak perlu menggembor-gemborkan tentang emansipasi, dengan menjalankan islam secara kaffah seorang perempuan telah mensejajarkan dirinya dengan pria.
Menurut Ustadz Hilman seorang perempuan yang telah menjalankan agamanya dengan benar ia akan bisa berkiprah dengan baik dalam kehidupan rumah tangganya juga akan mampu memberi kontribusi positif untuk masyarakat sekitarnya. Beliau mencontohkan sosok ibunya yang sukses mendidik anak-anaknya dan banyak berkiprah untuk masyarakat menjadi seorang daiyah. (Kurleb kitu we lah...). Jadi sosok perempuan sholihat itu menuru beliau adalah yang mampu menjalankan tugas domestiknya dengan baik sebagai istri, sebagai ibu yang pendidik dan akhirnya kemudian dapat berkiprah keluar sebagai seorang daiyah.
Acara selanjutnya adalah mengenang Ibu Dewi Sartika yang dibawakan oleh cucu Ibu Dewi Sartika, Ibu Dra. Dinny Dewi Krisna Harahap. Beliau banyak bercerita tentang masa kecil Dewi Sartika yang cukup getir karena ayahnya terkena fitnah menjadi pemberontak Belanda. Akibat ayahnya dibuang ke Ternate oleh Belanda, Dewi Sartika kecil diperlakukan sebagai anak buangan oleh sanak saudaranya. Ia diperlakukan seperti seorang pembantu. Namun karena itulah ia banyak belajar tentang ketermpilan yang harus dimiliki oleh perempuan dari Uanya. Ketika ia harus mengantar sepupunya belajar, ia tidak diizinkan masuk. Namun dibalik pintu Dewi Sartika ternyata ikut belajar. Disanalah dia akhirnya memperoleh pengetahuan dan akhirnya bertekad untuk memperjuangkan kesempatan belajar untuk perempuan.
Setelah diselingi beberapa lagu diantaranya Bunda dan Lagu Untuk Mama akhirnya pengumuman sepuluh The Inspiring Women, sosok Dewi Sartika masa kini. Beberapa sosok yang sudah dikenal adalah Teh Hajah Diah Nurwitasari,Dipl Ing sebagai aktivis perempuan, Ibu Hj. Leni Umar sebagai Mubalighoh yang harus banyak diteladani, Ibu Popong Djunjunan sebagai tokoh perempuan di bidang seni dan budaya, Prof.Dr Hj. Nina Lubis,MS sebagai tokoh sejarawan. Beberapa lainnya adalah tokoh cendikiawan perempuan yaitu seorang muda usia dosen dari ITB bernama Ibu Dr Made Tri Ari Penia Kresnowati yang telah mendapat penghargaan dari Menristek karena penemuannya, ada juga dari buruh perempuan yaitu Novi Yulianti, tokoh kesehatan Masyarakat yakni Hj Eulis Rosmiati, Amd Keb SKM, kemudian seorang pejuang lingkungan yaitu Dewi Kusmianti. istri seorang tukang ojeg yang banyak menghasilkan karya berupa kerajinan tangan dari barang-barang bekas seperti bungkus kopi, permen dan sebagainya.
Selain itu ada tokoh disabilitas bernama Euis Suryani seorang tuna netra dari KBB, yang dalam keterbatasannya masih memiliki kepedulian dengan sepak terjangnya berkiprah di bidan sosial dan memperjuangkan hak-hak perempuan di daerahnya. Selanjutnya Pemilik Ina Cookis yaitu Rr Ina Wiyandini atau Ina Rachmat sebagai pengusaha wanita yang sukses.
Acara puncak pun akhirnya digelar yaitu penganugrahan Ibu Jawa Barat kepada Istri gubernur Ibu Netty Prasetya. Kandidat doktor dari Unpad yang energik ini memang layak dinobatkan menjadi Ibu Jawa Barat mengingat kiprahnya selama ini. Ibu dengan enam orang putra putri yang pintar dan sholih sholihat ini tak kuat menahan haru ketika dinobatkan menjadi Ibu Jawa Barat, dalam sambutannya beliau berharap momentum ini juga bisa dijadikan motivasi untuk terus memperjuangkan
pemberdayaan perempuan, untuk masa depan bangsa yang lebih baik.
Alhamdulillah ^_^
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Terima kasih telah mampir dan silakan tinggalkan jejak ^_^