Bismillah,
Tergelitik dengan sebuah pertanyaan yang isinya kurang lebih "Kalau niatnya untuk mencari ridla Allah kenapa yang dulu kau tinggalkan?" Walau pertanyaannya tidak ditujukan khusus untukku, tetapi aku yang pernah meninggalkan sesuatu tentu saja tergelitik untuk menjawabnya.
Kenapa aku disini sekarang? Bertahan lebih dari tujuh belas tahun, sementara yang dulu aku hanya 'kuat' dua tiga tahun saja. Mengapa diriku kuat selama itu ada di sini? Padahal aku muda dulu sering loncat sana loncat sini? Mencari apa yang ingin kudapati.
Disini bersama wajah wajah teduh, kalian saudaraku yang saling menguatkan saling mengingatkan. Memutabaah amal harianku, mengingatkan untuk selalu ikhlas beramal, mengingat tempat kepulangan kita yang abadi. Biarlah orang lain berteriak sesuai keinginannya. Tak kenal maka tak sayang...
Aku bahagia di sini teman.... Biarlah ini menjadi tempat akhir perjuanganku. Aku senang di sini. Selalu tertantang untuk membersihkan hati, meluruskan niat, selalu... bila tidak mudah tergelincir nanti.
Bukankah zaman rasulullah dulu saat perang penuh dengan iming iming ghanimah yang menggiurkan ? Bukankah zaman rasulullah dulu para sahabat banyak mengorbankan hartanya untuk berperang ?
Kalau sekadar berkumpul, mengaji, mengkaji ilmu yang begitu sistematis dan terarah, saling menguatkan, saling mengingatkan itu sudah dan sedang kami alami. Aplikasi dari apa itu ikhlas, apa itu jihad itu tuntutan yang kami hadapi sekarang...
Banyak onak dan duri, banyak yang tumbang, ada yang terlena, ada yang terperosok. Itulah perjuangan yang menuntut kita untuk segera bangkit kembali dari keterlenaan. Karena itulah hakikat perjuangan, penuh dengan tantangan.
Kalau kami boleh memilih tentulah kami lebih senang saat dulu kami mengawali, tapi itu hanya teori saja tak pernah kami teruji untuk mengaplikasikannya dalam realita kehidupan.
Kami berkumpul bersama dalam satu lingkaran tanpa saling berebutan untuk mendapatkan sebuah kursi duniawi yang menggiurkan dan melenakan. Kami duduk bersama saling mengingatkan, saling menyemangati... Aih sebuah keindahan yang sulit aku temukan di tempat yang lain.
Wajah wajah itu, yang berkorban waktu dan tenaga serta harta untuk sesuatu yang tak mungkin ia dapatkan karena ia tidak berkesempatan..... wajah wajah penuh keikhlasan... untuk Indonesia yang lebih baik.
Teman..., aku bahagia disini...... Bersama saling menguatkan memerangi musuh dalam diri maupun musuh yang nyata yang tidak menyukai kejayaan Islam...
Kalau kau katakan HT itu sistem melawan sistem, kenapa saat dulu ribut RUU Ormas mereka datang sowan kepada kami untuk bahasa halusnya minta tolong agar kami berjuang untuk menolak RUU yang akan menghasilkan rezim yang represif...
Teman, ada sini membuat kami lebih berarti... lebih berguna untuk masyarakat, tidak untuk diri sendiri, jangan bersuuzon dengan niat niat duniawi karena niat adalah amalan hati.... Ribuan dari kami turut berjuang untuk menghantarkan satu dua orang dari kami yang terbaik.....
Di sini memang kami sering babak belur, banyak yang terpeleset, tapi itulah hakikat perjuangan, penuh onak duri, kami harus selalu menjaga hati, harus selalu bertarbiyah dzatiyah......
Kalau hanya duduk melingkar mengkaji dan mengkaji tidak ada aplikasi apalah artinya. Bukankah sebaik baiknya manusia adalah yang paling banyak kemanfaatan untuk orang lain....
Teman kalau kau katakan demokrasi adalah produk kafir yang haram, engkau harus membaca ini http://harakatuna.wordpress.com/2008/10/22/berpartai-adakah-contohnya-dari-nabi/.
Untuk teman temanku... fastabiqul khoirut lebih baik, daripada mencaci... Karena kami mempunyai hujjah yang akan kami pertanggung jawabkan di akhirat nanti, kau pun memiliki hujjah... bukan? Saling menghormatilah... Bukankah sebaik baiknya bekal untuk akhirat nanti hanyalah TAQWA.?
Wah mantep da,, trims sharingna
BalasHapusSami sami :D
BalasHapussetuju sama tulisan ini, Mbak. Kenapa kita harus saling mencaci-maki?
BalasHapus