Bismillah,
Waktu tak terasa terus berputar... tiba-tiba saja sulungku sudah SMA, Tanda betah hidup di dunia kah? Memang ciri akhir zaman adalah katanya waktu terasa begitu cepat. Seperti baru kemarin aku dan abinya kebingungan bagaimana membersihkan pup si sulung saat baru lahir.
Hahaha.... kalau mengingat kejadian itu aku masih ingin tertawa. Tertawa mentertawakan kebodohanku sebagai umi baru. Bagaimana tidak bodoh? Kak Azizah lahiran tengah malam. Tengah malam hari berikutnya kakak menangis tak mau berhenti, kami kebingungan tak mengerti, dikasih ASI tak mau akhirnya abinya berinisiatif membuka popok... dan ternyata pup mu telah mengering kelamaan tak kami ganti. Untuk membersihkannya saja kami tak tahu bagimana caranya.... Lagi-lagi abimu berinisiatif, diambilnya kapas dan air hangat mulailah kau kami bersihkan. Pengalaman tak terlupakan..... xixixi...
Jadi ngelantur, ingin sedikit mengeluarkan unek-unek tentang proses penerimaan siswa baru. Sudah online... canggih memang sekarang. Kita bisa melihat proses diterima tidaknya anak kita melalui internet. NEM yang menjadi patokan. NEM yang tertinggi diurut sampai terbawah sampai batas kuota SMA yang telah ditentukan. NEM terendah otomatis terusir dan harus mencabut berkas pendaftarannya dan hunting SMA pilihan kedua. Keren memang.
Hanya memperhatikan proses penerimaan Cimahi Bandung dan Depok. Cimahi dan Depok sistemnya update terus karena menggunakan website yang telah disiapkan secara nasional. Tidak begitu dengan Bandung... siswa tidak bisa update via online karena konon Bandung menggunakan website buatan sendiri. Tapi tidak jalan, susah mengamati secara online, siswa harus wara wiri ke sekolah tempat mendaftar. Menurut hemat saya sih pemborosan, sudah disiapkan malah membuat yang baru atau ada udang di balik bakwan? Who knows...?
Sistem online membuat segalanya menjadi begitu transparan. Kak Zizah mendaftar di sebuah SMAN terbaik di Cimahi. Efisiensi... hanya berapa ratus meter dari rumah. Cukup jalan kaki... Asyiiiiik...!
Walau sebetulnya kakak sempat mendaftar di sebuah pesantren dan keterima. Tapi pulang test dia terlihat murung, sedih, dan akhirnya menangis. Katanya jadi ragu... ga boleh bawa laptop lah... ga boleh OL lah.... hihi... penulis tidak dikasih laptop mah seperti ikan tidak diberi air meureunan... ya sudahlah... kami menyerah.
Akhirnya...jadilah kami, maksudnya aku dan kakak sibuk memerhatikan website pendaftaran online. Satu demi satu temannya terlihat ada yang tersingkir oleh pendaftar dengan NEM yang lebih tinggi. Alhamdulillah kakak tidak tersingkir dan bisa masuk sekolah pilihannya
But, begitu masuk sekolah terkejutlah ia... *lebaydotcom karena banyak teman-temannya yang tersingkir akhirnya ketemu di sekolah pilihan. Why? Mengalir deraslah cerita dari mulutnya. Jalur prestasi ? Oh No!!! Karena itu juga transparan via online. Katanya ada yang disebut BL. Bina Lingkungan. Siswa yang tempat tinggalnya di sekitar komplek sekolah bisa diterima lewat jalur ini. Tapi teman-temannya yang jauh ternyata ada juga yang diterima. Oh ada jatah anak guru... memang ada tapi tidak banyak, lalu jatah siapa....jatah anu dan jatah anu? Keep we ah da baru konon katanya. Walau secara pasti aku pun tahu, karena abinya pernah ditawari jalur ini oleh someone...
Konon katanya, temannya yang kaya raya tidak diterima di sebuah SMAN favorit di Bandung mengeluarkan kocek sampai 100 juta agar bisa diterima di sekolah tersebut. Dua puluh lima juta tertipu, 75 juta kemudian akhirnya berhasil. Hmmm inikah sebabnya di Bandung tidak transparan ? Biar tidak begitu kelihatan seperti di Cimahi ? Aih jadi su'udzon aku.... Beberapa temannya yang lain masuk sebuah sekolah di Cimahi ada yang bayar sekian... ada yang bayar sekian... Berita itu beredar diantara teman-temannya.
Baiklah aku sudahi unek-unekku. Cuman miris saja, cukuplah menjadi sebuah pelajaran berharga untuk anak-anak kita. Bahwa dengan uang semuanya bisa terjadi...bahwa. honestly is nothing.
gambar diambil dari pondokibu.com |
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Terima kasih telah mampir dan silakan tinggalkan jejak ^_^