Saya pernah menulis tentang sosok ayah mertuaku yang saya sapa dengan panggilan Papah di
sini. Biar adil sekalian ikut meramaikan postingan serentak tentang ibu mertua dalam rangka menyambut Hari Kartini yang diadakan grup keren Kumpulan Emak2 Blogger, kali ini saya akan menulis tentang sosok Ibu Mertua.
Menuliskan sosok ibu mertua sempat membuat saya bingung juga karena saya hanya sempat bertemu beberapa kali dengan sosok Ibu mertua, Mamah -biasa saya menyapa- keburu sakit lama dan akhirnya wafat dalam usia 50 tahun. Sempat menemani di rumah sakit tapi dalam kondisi beliau tak sadarkan diri karena penyakit gagal ginjalnya, Karena pertemuan singkat itulah saya tidak begitu mengenalnya.
Namun saya banyak mendengar kisahnya dari suami dan dari bibi adik papah yang sangat dekat dengannya. Berbagai cerita tentang kebaikannya mengalir deras dari bibir suamiku dan bibi. Tentang sifatnya yang pekerja keras, tegas dan dikenal banyak kalangan serta aktivitasnya dalam organisasi karena istri seorang ABRI,
|
sumber dari vemale.com |
Ibu Mertuaku yang juga seorang guru SD itu memang dikenal tegas, menurut suami sedikit galak kepada anak-anaknya. Namun itu ternyata penyeimbang karena suaminya -papah mertua- yang meski seorang ABRI ternyata sangat lembut kepada siapa pun. Hasil didikan dari dua sifat yang bertentangan itu dapat dilihat dari keempat anak-anaknya yang kesemuanya laki-laki. Mereka semua tumbuh menjadi anak-anak yang lembut dan baik hatinya.
Saya sendiri pernah berinteraksi cukup dekat dengan Mamah hanya sekali saja, yaitu saat seminggu setelah menikah, suamiku mengajak tidur di rumah orang tuanya. Betul kata orang beliau pribadi yang rajin sekali, bangun sebelum shubuh mengaji, masak dan membereskan rumah. Masakannya enak, di rumahnya ada banyak pohon anggrek, bahkan saking hobinya di samping rumahnya ada
space rumah anggrek mungil yang menarik. Di belakang rumah ada kolam ikan, beliau juga memelihara ayam dan bebek. Agak capek saya tinggal di rumahnya karena mengikuti ritme kesehariannya yang gak pernah diam. Sementara bagiku hari sabtu dan minggu adalah hari istirahat setelah rutinitas kerja dan kuliah yang melelahkan.
Sempat deg-deg an juga awalnya karena saya banyak mendengar tentang ibu mertua dari berbagai sumber, ada yang bilang suka cerewet, ada yang bilang suka ikut ngatur, ada yang bilang jadi rival dalam mencari perhatian suami. Makanya paradigma awal aku tentang ibu mertua sudah agak negatif duluan.
Tak heran saat pertama kali berinteraksi itu saya agak kaku, perasaan takut salah bersikap menyelimuti perasaanku. Tapi ternyata tidak, itu terbukti saat saya membantunya memasak melihat saya agak kaku dan salah Mamah hanya tersenyum menenangkan. Horeee ternyata mertuaku baik, tidak seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Di akhir pertemuan Mamah malah bilang "Jangan sungkan atuh da ke Mamah ini..." katanya dan kujawab dengan "Iya Mah masih karagok Mah..." Dan Mamah pun tersenyum manis dan hangat padaku. Bahkan Mamah minta ke Papah agar mengantarkan kami sampai pintu tol.
Itulah kenanganku tentang Mamah mertuaku yang walau pun sempat dibilang galak oleh suamiku ternyata memberikan kesan yang sangat baik padaku di awal dan di akhir pertemuan kami. Semoga Allah SWT memberikan tempat yang terbaik untuknya di alam sana.
Sosok Ibu Mertuaku yang kedua hadir saat beberapa bulan setelah beliau meninggal. Sempat berduka panjang, Papah Mertua sempat berujar padaku tidak akan menikah lagi sampai anak bungsunya selesai sekolah, padahal saat itu anak bungsunya baru saja lulus SMA terbayang berapa tahun lagi beliau baru akan menikah.
|
sumber perempuan.com |
Tetapi takdir berkata lain, suratan nasib untuk segera beristri kembali dalam waktu yang tidak terlalu lama sudah tergores di Lauhul Mahfudz. Akhirnya hadir sosok pengganti itu.... seorang perempuan dari desa tetapi lama tinggal di Jakarta dan menjadi wirausahawati dengan membuka bengkel AC mobil di Jakarta. Mereka bertemu saat papah membetulkan AC mobilnya yang sedikit bermasalah.
Tak berbeda jauh dari Mamah Mertua, Mamah mertuaku yang ini juga pekerja keras ternyata, tak jarang dia berada di kolong mobil untuk turun tangan membantu melayani
customer di bengkelnya. Tak biasa memasak, tetapi dalam waktu singkat berubah menjadi sosok yang jago masak.
Hubunganku dengan beliau sangat baik karena beliau sosok yang supel, mudah bergaul dan senang menolong, beruntung sekali saya memiliki mamah mertua sebaik beliau. Sayangnya kami jarang bertemu karena kesibukan masing-masing. Tapi saat kami bertamu soan ke rumah mertua, beliau selalu mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut kami. Berbagi macam masakan akan beliau sediakan untuk kami Kalau beliau datang ke rumah, saya merasa sangat terbantu sekali karena sifat rajin dan suka menolongnya yang tinggi.
Itulah dua sosok ibu mertuaku, semoga Allah SWT selalu menyayangi keduanya dan memberi kesempatan kepadaku untuk dapat berbakti kepadanya. Aamiin Allohumma Aamiin