Bergabung dengan mahasiswa dari berbagai kampus di seantero Bandung saat mengikuti acara Kompas Kampus di Sabuga ITB, memberi kesan yang mendalam untukku. Khususnya sebagai seorang ibu dari lima orang anak. Bagaimana tidak, saya begitu terkagum-kagum dengan penampilan Komika Gilang Baskara dan Raditya Dika, salah satu penulis idola sulungku. Sempet nonton karya-karya Raditya Dika yang sudah di angkat ke layar lebar. Walau belum sempat membaca bukunya -padahal koleksinya sulungku hampir komplit- tapi dari film-filmnya saya menilai Raditya memiliki imajinasi yang sangat tinggi dan super kocak.
Sumber: Twitter.com |
Ternyata
ketika menyaksikan penampilannya saat syuting acaraTalkshow Rosiana Silalahi di
acara Kompas Kampus, saya menyaksikan seorang pemuda yang bukan saja seorang
penulis dengan karya-karyanya yang hebat, tatapi saya menyaksikan seorang
pemuda yang penuh percaya diri dan pandai pula berbicara, mengolah kata secara
verbal dengan jenaka.
Selain itu
juga pemikirannya pun cukup bijaksana memberi nasihat kepada para mahasiswa
agar melek politik dan tidak dibodoh-bodohi oleh politikus yang tidak amanah.
Raditya Dika juga pandai memberi jawaban saat ada mahasiswa yang bertanya yang
merasa terpaksa harus kuliah dan bertentangan dengan hobi yang sedang
ditekuninya. Dengan bijak Radith -panggilan sehari-harinya-
berkata dengan gayanya yang khas bahwa
dia juga mengalami hal yang sama, saat ia berpikir bahwa tanpa menyelesaikan
kuliah pun ia bisa hidup dan berhasil menjadi penulis. “Elu ga bisa
ngebayangin, bagaimana rasanya melihat wajah nyokap elu, saat elu diwisuda..,
rasanya, gak bisa diungkapkan dengan kata-kata...” Ungkap Radith.
Radith selain seorang penulis ia juga bertindak sebagai pemain film, sutradara, model, pelawak dan terakhir dia berkarir di penerbitan Bukune bertindak sebagai direktur dan pemimpin redaksi. Radith yang di twitter memiliki 10 juta orang followers ini juga memiliki penggemar berat yang membentuk Raditya Dika Lovers. O ya Radith ini unik semua judul buku yang telah diterbitkannya ada nama binatangnya dan itu menjadi selling point tersendiri untuk dirinya. Buku-bukunya antara lain Kambing Jantan, Cinta Brontosaurus, Radikus Makankakus : Bukan Binatang Biasa dll.
Lain Dika
lain Gilang Baskara, saya tak tahu apa-apa tentang Gilang Baskara sampai saya
melihatnya tampil di Sabuga waktu itu.
Saya langsung ‘jatuh hati’ pada pandangan pertama. Pemuda jangkung dengan rambut kruwil berkaca mata yang
tampil cool tanpa sedikit pun ekspresi, tak peduli kalau seluruh hadirin di
Sabuga terbahak mendengarkan monolognya yang cerdas tapi lucu. Ya monolognya memberikan sinyal bahwa makhluk
yang satu ini memang keren dan cerdas.
Stand Up komedi yang ia sampaikan merupakan observasi dari sisi logika sehari-hari. Ghibas biasa ia disapa memiliki kemampuan
menganalisis hal-hal kecil tapi realita yang benar-benar terjadi di sekitar
kehidupan masyarakat.
Melihat
sosok Raditya Dika yang sudah sukses secara materi dari hasil buku-bukunya yang
telah diterbitkan dan diangkat ke layar lebar, atau seorang Gilang Baskara yang
mampu menyihir ribuan audiens dengan stan
up comedy nya yang luar biasa keren, saya jadi berpikir bagaimanakah orang
tuanya mendidik mereka menjadi sosok yang begitu ‘keren’. Dalam arti berani,
cerdas dan mampu melejitkan potensi yang dimilikinya?
Kalau menurut
saya yang pasti orang tua mereka masing-masing
sudah berhasil menjadikan Radith dan Gilang menjadi sosok yang memiliki konsep diri yang
baik. Mereka berdua telah berhasil
mengembangkan dan melejitkan potensi mereka masing-masing.
Menurut
seorang Glasser, agar dapat berkembang dengan baik seorang anak harus
mendapatkan dua hal mendasar dalam kehidupannya yaitu kebutuhan akan cinta
mencintai dan yang kedua kebutuhan akan
rasa harga diri berharga. Dan Radith serta
Gilang telah mendapatkannya. Dua
kebutuhan inilah yang menjadi dasar dan berlaku sebagai fondasi untuk mencapai
kesuksesan.
Dengan cinta
seorang anak akan mengembangkan motivasi untuk berhasil dan merasa diri
berharga. Ya cinta yang tidak saja
menerima tetapi cinta yang memberi. Seorang anak yang hanya menerima cinta dan
tidak belajar memberi cinta seperti pada anak yang terlalu dimanja misalnya
akan merasa menjadi anak yang seringa merasa mengalami kegagalan.
O ya tulisan ini hanya menilai mereka berdua dari sisi kemampuan melejitkan potensi yang mereka miliki, di luar itu saya tidak mengetahui banyak tentang mereka. Berkaca dari mereka, saya jadi memandang anak-anakku dari perspektif lain dan ini menjadi sebuah PR
besar bagiku untuk memastikan kedua hal mendasar itu dimiliki anak-anakku...
Alu suka anget Raditya Dika mbaa, dalam hal menulis aku belajar banyak dari dia. Dia orabng yang sellau mau berkembang mencipta hal-hal baru. Inovatif/ Kalo ngga salah dia yang mempolopori maraknya buku personal literatur kan. Habis itu dia populerkan stand up comedy di Indonesa, dia bikin film dan menyutradarai sendiri filmnya, dia bikin malam minggu miko, kereen. Follower twitternya banyak bingits, presiden dan mantan presiden Indonesia aja kalah hehehe
BalasHapusSori banyak typonya mbaa, hihi terlalu bersemangat ngomongin Radt hihihi..
HapusAlu=aku
Haha..... segitunya Mak.... tapi memang Radith keren ya.. saya bukan penggemarnya tapi kagum banget ama dia hihi
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusMaaf link hidup dilarang di sini :D
HapusAku nih...
BalasHapusFollowernya..
:)
Wah ternyata banyak dari kalangan emak-emak juga ya penggemarnya habis Raadith keren ya Mak
Hapusaku juga ngefansss sama Raditya Dika mak... aku koleksi semua buku-bukunya... menurutku, setelah bertaburan sekarang muncul aneka buku komedi situasi tapi tetap tulisannbya Raditya dika yang paling baik. Karena natural banget lucunya... gak dipaksain.
BalasHapusAnak2ku ngefans sama Raditya Dika
BalasHapusRadith memanga banyak penggemarnya ya...walau katanya suka jutek juga hehe...
Hapus