Berada dalam posisi terusir dan dikucilkan membuat keluarga Faisal dalam kondisi yang tertekan dan ketakutan serta sensitif. Hal ini terlihat dalam adegan saat Faisal berada di pasar, tempat ia mencari nafkah dengan berjualan daging dituduh tetangganya sebagai seorang yang berasal dari kelompok yang terusir karena menutup diri dan tidak bergaul. Faisal langsung mengangkat pisau dagingnya tinggi-tinggi dan mengusir tetangganya itu. Adegan itu terlihat oleh Adinda yang datang ke pasar untuk mendatangi ayahnya.
Sumber: Bintang.com |
Adinda yang sering menyaksikan rumahnya dijadikan tempat pertemuan sebuah pertemuan rahasia kelompok yang dianut ayahnya itu ingin menjadi anak yang dibanggakan dan dihormati hingga keluarganya tidak perlu lagi merasa ketakutan. Cerita pun mengalir pada usaha Adinda menjadi seorang juara musabaqoh tilawatil al qur'an. Dengan tekad ingin memenangkan lomba itu ia dibantu kedua sahabatnya berusaha sekuat tenaga meraih impiannya.
Sebuah film keluarga yang disutradai oleh Hestu Saputra ingin memberitahukan bahwa penunggalan sebuah identitas itu sebuah hal yang berbahaya. Film yang diprakasai Haidar Bagir ketua Gerakan Islam Cinta (GIC) ini, bertujuan bagus, sayang saja dalam film ini tidak disebutkan sesatnya seperti apa, seolah ingin menggenalisir bahwa kita tidak boleh anti terhadap semua kelompok yang ada. Padahal aliran sesat itu memang ada, dan sebuah film yang baik harus mencerdaskan.
Para pemain terlihat bermain total, bahkan Tissa Biani pendatang baru cilik ini bisa mengimbangi permainan cantik para seniornya. Sayang banyak adegan yang janggal seperti saat lamaran yang tiba-tiba dibatalkan karena ayah sang mempelai putri harus menjadi ketua juri MTQ padahal sudah banyak undangan yang datang. Secara logika seharusnya seorang kiyai yang tokoh masyarakat itu seorang yang cerdas, tidak mungkin ia membuat keputusan yang tidak masuk akal, dengan membuat acara lamaran pada saat dimana ia harus menjadi ketua juri, dan ditengah acara ia membatalkan acara penting itu.
Patut disayangkan Mizan yang biasanya memproduksi film-film bermutu kali ini terjebak pada keinginan menyampaikan sebuah misi tanpa terlalu memperhatikan bobot sebuah film.
Oh jadi ceritanya seperti ini. Nuhun teh :)
BalasHapusApakah aliran sesatnya, aliran yang rame di medsos tempo hari? Jd penasaran
BalasHapusApakah aliran sesatnya, aliran yang rame di medsos tempo hari? Jd penasaran
BalasHapusmakasih reviewnya teh :)
BalasHapusbaca riview nya jadi penasaran sama filmnya, di bioskop 21 kayanya udah ada ya
BalasHapusMizan sekarang banyak memproduksi film tapi juga dapat banyak kritik.
BalasHapusBooming ya filmnya, tapi muatannya banyak kritikan, entahlah saya belum liat juga :)
BalasHapusWah..kalau dari reviu diatas sangat disayangkan... pesannya tidak tersampaikan dengan baik ya?
BalasHapusMakasiih reviewnya mak :)
BalasHapusBaru tahu ceritanya. Makasih reviewnya mb...
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus