Sumber: madinaonline.id |
Karakter keras yang dimiliki Mahmud dipadu dengan keteguhannya memegang prinsip membuatnya menemui berbagai pertentangan dengan berbagai pihak termasuk anak laki-lakinya yang dipanggil Heli (Oka Antara). Sebagai seorang da'i dengan semangat dakwah yang tinggi, adalah ironi memiliki anak seperti Heli yang aktivis lingkungan hidup tetapi tidak menjalankan ajaran Islam seperti sholat dan puasa.
Di tengah kerentaan usianya dan keringkihan tubuh lemahnya, Mahmud mendengar prihal sidang Isbat Kementrian Agama yang katanya menelan biaya sampai 9 milyar rupiah. Mahmud teringat tradisi pesantren yang melakukan kirab dan mencari hilal bersama-sama para santri. Mahmud merasa mencari hilal tak perlu menghamburkan uang sebanyak itu. Tanpa memperdulikan tubuhnya yang lemah dan sakit, ia bertekad untuk mencari hilal seperti tradisi di pesantren dulu.
Keinginanannya yang kuat itu ditentang anak perempuannya yang bernama Halida (Erythrina Baskoro) karena khawatir akan kesehatan ayahnya. Akhirnya Halida mengijinkan ayahnya pergi asal ditemani Heli yang sebetulnya tidak ingin ikut tapi terpaksa harus ikut karena kepentingannya terhadap Halida yang bekerja di Kantor Imigrasi untuk memperpanjang paspor yang kadaluarsa saat menjelang libur Idul Fitri.
Dengan sangat terpaksa keduanya pun pergi, perjalanan inilah yang mempertemukan mereka dengan banyak kejadian dan orang termasuk Arifin (Toro Margens) teman seperjuangan di pesantren yang telah berubah menjadi seorang politikus ambisius.
Berhasilkah keduanya menemukan hilal di lokasi seperti waktu saat Mahmud mesantren dulu sebelum Idul Fitri tiba? Apakah perjalanan ini mengubah hubungan antara ayah dan anak yang sudah lama saling bertentangan?
Sebuah film yang dibuat oleh Gerakan Islam Cinta yang dimotori Haidar Bagir melalui MVP Pictures, Studio Denny JA Dapur Film ini tampaknya sama dengan film sequel sebelumnya Ayat-Ayat Adinda ingin mengedukasi masyarakat melalui film tentang makna toleransi dalam keberagamaan.
Semoga saja masyarakat sudah cukup cerdas untuk tidak mengenenalisir sesuatu. Seperti misalnya sosok politikus yang digambarkan melalui tokoh Arifin, bahwa tidak semua politikus itu kotor dan ambisius seperti Arifin yang menjual agama untuk kepentingan duniawi, karena seperti halnya sosial, pendidikan dan ekonomi, di bidang politik pun umat Islam harus mewarnai dan berjuang di dalamnya. Begitu pun dengan toleransi tidak semua aliran agama itu bisa diterima, karena tetap saja ada aliran yang sesat yang harus diluruskan.
Menonton dua film sequel Ayat-Ayat Adinda dan Mencari Hilal membuat saya rindu film - film Mizan sekelas Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Garuda di Dadaku atau Ada Surga di Rumahmu.... ^_^
Jenis Film : Drama, Religi
Produser : Raam Punjabi, Hanung Bramantyo, Putut Widjanarko, Salman Aristo
Sutradara : Ismail Basbeth
Penulis : Salman Aristo, Bagus Bramanti
Produksi : MVP Pictures, Studio Denny JA, Dapur Film, Argi Film, Mizan Productions
pengen nonton film nya :( aku belum nonton film ini mba hehe mau baca review nya dulu ahh ..
BalasHapusWaaah, jadi kepengin nonton secara langsung neeeh...
BalasHapusBaru tau saya mba ada film ini...tayang di.bioskop ya?
BalasHapusjadi pengen nonton ...sempat liat iklannya di medsos....
BalasHapuskayaknya udah gak ada di bioskop, ya? Telat saya :)
BalasHapus