Tentu saja, saya sebagai ibu dari lima orang putra-putri memahami betapa berat amanah ini. Yang saya dan suami lakukan adalah berupaya memberikan dasar agama yang kokoh kepada anak-anak, ketika ada godaan datang dari luar dengan pemahaman agama yang kokoh tentulah relatif lebih kuat dalam menghadapinya.
Sebuah dilema mulai muncul ketika mengetahui anak sulung saya memiliki bakat yang cukup tinggi dalam bidang menulis. Hasil test psikologinya menunjukkan IQ 141 dengan kemampuan tertinggi di bidang bahasa. Kayaknya ini sedikit menurun dariku, walau tidak dikembangkan dengan baik, dari dulu saya senang mempelajari bahasa dan relatif diberi kemudahan dalam mempelajarinya dibandingkan dengan pelajaran lainnya. Soal kemudian saya malah terdampar dalam bidang akuntansi itu mungkin suratannya seperti itu hehe... toh akhirnya saya lari ke dunia bahasa dalam hal ini tulis menulis walaupun hanya sambilan saja.
Sumber: peesee86.blogspot.com |
Ya dilema itu adalah antara membiarkan imajinasinya melayang terbang liar atau membatasinya dengan aturan yang memang seharusnya mulai ia pahami dengan konsekuensi mungkin akan menghambat imajinasinya.
Ini terjadi dibukunya yang terbaru #23Days, buku yang proses pembuatannya saya ketahui tetapi saya tidak diberi kesempatan untuk menjadi first readernya. Padahal hampir semua karyanya saya selalu diberi kesempatan untuk membacanya, kecuali cerpen-cerpen di koran dan majalah yang tiba-tiba ujug-ujug ada saja... tapi sejauh ini isinya memang bagus, motivasi, masalah sosial di masyarakat, saya merasa cukup puas dan bangga akan kepeduliannya kepada masalah-masalah sosial yang muncul padahal saat itu kaka masih SD.
Sumber: Twetten Mizan Media Utama |
Setelah buku ini sudah ada kepastian diterbitkan barulah saya diberi kesempatan untuk membacanya. Rame, seru dan penuh misteri memang...sedikit berbeda dari fantasteen lain yang sempat saya baca. Banyak pembaca yang mengapresiasinya. bahkan membaca di twicsy.com termasuk 10 buku yang direkomendasikan di Mizan Media Utama nomor dua setelah Dilannya Pidi baiq Saya sudah berbicara dengan kaka tentang masalah ini, tentang hubungannya dengan akidah seorang muslim, misi hidup seorang muslim dan saya tau kaka sudah mulai memahaminya. Walau awalnya dia banyak menolak dan sedikit kontra tapi seiring dengan pemahamannya mungkin ia akan semakin memahami.
Saya cukup terhibur dengan ulasannya di fesbuk..
Fantasteen : 23 Days
Aku mau ulas dikit tentang novelku ini '-'
Jadi, novel ini aku tulis pas kenaikan kelas ke SMA, jadi sekitar setengah tahun ngerjainnya. Lama? Wks emang iya, soalnya aku ngerjain pas libur doang._. Dan emang baru aku kirim januari lalu, ga nyangka bisa terbit secepat ini :')
Sebenarnya tokoh utama dari buku ini adalah El sendiri. Aku ngeliat dari sudut pandang El yang harus mencabut nyawa seorang Riana. El emang tertarik banget sama Riana dari awal. Soalnya Riana itu nyentrik, freak, beda xD
Dan itulah yang jadi kesalahan terbesarnya; dia harus menjalankan misinya sesuai waktunya atau dia yang mati.
Jeng jeng jeng._.
Kenapa aku ngambil genre mistery kayak gini? Novel agak nyentrik dan beda dari naskah fantasteen yang udah banyak terbit?
Bukan berarti aku ga suka horor-_- Tapi aku ga bisa nulis biar ini jadi serem, aku ga tau cerita serem itu kayak gimana xD Jadi ya aku selipin sedikit dari cerita Riana yang punya indera keenam dan teman2nya, dan apa yang membuatnya begitu menderita dengan kemampuannya. Aku ga ngarep kalian ketakutan, karena menurutku ga serem :' aku cuma harap kalian bisa terhibur:')
Jadi ya gitu deh, moga bisa jadi terobosan baru dari Fantasteen. Meski fantasinya ringan (karena latar belakangnya cuma sekolah biasa), genrenya lebih ke friendship mungkin, dan .. romance ga yaa?? xD, ga begitu ada banyak hantu, dan tanpa sihir, Tapi aku harap kalian tetap sukaaa smile emotikon
Katanya sih, endingnya nyesek, tapi manis xD
Happy reading, writing, and inspiring^^
Niatnya semata untuk menghibur ternyata.... ^_^
Jadi untuk sementara ini yang saya lakukan adalah mendukungnya, memotivasinya terus sambil sedikit demi sedikit berusaha menambah pemahamannya. Saya tak ingin mematikan potensinya, berusaha bersikap profesional dengan berusaha ikut mempromosikan buku ini. Karena saya tahu Kak Azizah menulis juga tentu ada keinginan memiliki reward berupa materi. Semoga ke depan lebih baik lagi ya Kak... I proud of you....