Aku tercekat, mataku menatap nanar tulisan di depan mataku, berbagai rasa bercampur di dalam dada. Bangga, sedih, haru dan kekhawatiran pun mengaduk-aduk tak menentu. Ya tulisan Janji Dua Mimpi karya sulungku Azizah Amatullah sang penulis yang kini sudah menghasilkan 6 buah buku solo dan antalogi itu membuat aku termangu beberapa waktu.
Tak kusangka diusia belianya memiliki kepedulian besar terhadap
lingkungannya. Cerita Janji Dua Mimpi
yang menceritakan kisah kondisi bumi di masa depan. Saat langit tak lagi putih dan biru yang
cerah, tapi memerah dan kelabu karena polusi yang dihasilkan penduduk bumi
bernama manusia.. Kala bumi kering
kerontang karena kekeringan yang panjang dan kala manusia berebut oksigen yang
sudah menipis, juga tentang seorang bunda yang meninggal karena kanker kulit
dampak dari polusi. Cerita masa depan yang sangat modern namun penuh kesenduan akibat pola hidup dimasa
lalu...
Hanya sebuah cerita fiksi tapi mungkin bisa terjadi, kalau kita tak peduli
pada kelestarian bumi yang memang sudah semakin tua. Terlebih untuk negara kita Indonesia, letak
geografis dan kondisi geologisnya memang rentan terhadap ancaman dan dampak
dari perubahan iklim.
Sumber: bimbingan.org |
Merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Gordon Mc Grahanan dari
International Institute for Environment and Development Inggris, mengemukakan
bahwa penduduk yang bermukim sekitar 10 meter dari pinggir pantai terancam
tenggelam ketika es di kutub mencair akibat perubahan iklim. Menurutnya diperkirakan
10% dari total penduduk bumi atau sekitar 630 juta jiwa termasuk di dalamnya Jakarta, Makasar dan beberapa kota di Jawa
Barat akan tenggelam pada beberapa dekade mendatang.
Perubahan iklim juga mengakibatkan meningkatnya berbagai penyakit seperti
malaria, diare dan penyakit pada saluran pernafasan. Hal itu terjadi antara
lain karena peningkatan suhu yang menyebabkan nyamuk malaria dapat hidup di
dataran tinggi padahal sebelumnya nyamuk ini hanya hidup di daerah rendah
saja. Hal ini menyebabkan peningkatan
peyakit malaria di berbagai daerah di Indonesia.
Merembesnya air asin karena naiknya permukaan air laut, kelangkaan air
bersih akibat kekeringan karena kemarau yang berkepanjangan mengakibatkan
peningkatan penyakit diare di masa yang akan datang. Kekeringan pun mengakibatkan rawannya
kebakaran hutan hingga terjadi polusi udara, kepulan asap mengakibatkan
penyakit saluran pernafasan atau bahkan penyakit pernapasan dari udara kota yang terpolusi di kehidupan
sehari-hari kita.
Sumber: slideshare.net |
Sebuah kondisi yang memerlukan sebuah kebijakan yang strategis dalam menanggulangi dan mengantisipasi ancaman yang terjadi akibat perubahan iklim ini. Dan tentu saja kebijakan penting ini diputuskan dan diambil oleh para pengambil keputusan di negara ini, selain itu kita sebagai masyarakat, penduduk suatu negara harus bersikap proaktif dalam menghadapi isyu atau prediksi yang berlatarkan sebuah penelitian.
Masih ingatkah baru-baru ini tepatnya
tanggal 26 September 2015 di Jogjakarta ratusan aktivis, relawan
dan partisipan, menggelar sebuah aksi kreatif. Sebuah aksi yang merupakan rangkaian
hari aksi global yang dilakukan di 30 negara di seluruh dunia. Mereka membentangkan sebuah foto raksasa
dengan tulisan #ActionsForClimate disepanjang wilayah Pantai Baru, salah satu
wilayah yang menggunakan energi terbarukan angin dan matahari.
Aksi global sendiri adalah aksi yang
ditujukan kepada pemimpin negara dunia agar memperkuat komitmen mereka terhadap
penurunan emisi menuju pertemuan COP 21 di Paris awal Desember 2015 yang akan datang.
Festival Buru Baru ini adalah sebuah
contoh aksi proaktif dari masyarakat yang mendesak agar pemerintah membuat
suatu kebijakan mengalihkan bahan bakar fosil ke energi terbarukan. Juru kampanye Iklim dan Energi Greenpeace
Indonesia, Dian Elviana mengajak seluruh unsur masyarakat untuk mendesak
pemerintah Indonesia agar mengakhiri era bahan bakar fosil dan menghentikan
deforestasi. Peralihan menuju energi
terbarukan dan perlindungan harus segera dipercepat dengan itu Indonesia dapat
memberikan kontribusi nyata terhadap penyelamatan iklim global.
Seperti kita ketahui bersama salah
satu kebijakan politik dari presiden kita yang meluncurkan proyek 35 GW untuk
memenuhi kebutuhan listrik di seluruh pelosok tanah air, dimana 60% diantaranya adalah PLTU Batuabara. Padahal menurut sebuah penelitian Greenpeace
dan Universitas Harvard mengungkapkan fakta diperkirakan sebanyak 15.600 jiwa
per tahun akan mengalami kematian dini akibat terpapar polusi yang dikeluarkan
PLTU Batabara. Ekspansi batubara yang
direncanakan secara signifikan dapat meningkatkan tingkat polusi di seluruh Indonesia.
Seyogyanya Indonesia memimpin
perubahan dengan melakukan ekspansi yang cepat dan tepat untuk mengembangkan
energi yang aman dan bersih melalui energi terbarukan daripada tetap mengambil
kebijakan dengan pendekatan bisnis yang memiliki impact negataif terhadap
kehidupan ribuan orang Indonesia.
Dalam semua bidang, sudah seharusnya pemerintah
melakukan pembangunan yang berwawasan
lingkungan dimana pembangunan diarahkan pada pembangunan yang berkelanjutan yaitu mengambil jalur rendah polusi dengan mengembangkan energi terbarukan
sebagai solusinya.
Sumber: umiamanah.blogspot.com |
Kepedulian kepada lingkungan bisa
mulai kita tanamkan dalam diri kita mulai dari hal yang terkecil dan mulai saat
ini juga. Semoga sebuah kondisi yang
kubaca di cerpen anakku Janji Dua Mimpi tidak terjadi pada kehidupan anak cucu
kita.
Sumber:
http://yaniegeografi.blogspot.com
http://greenspace.org
Sumber:
http://yaniegeografi.blogspot.com
http://greenspace.org
Aku baru menyimak sedikit saja tentang pembangunan berkelanjutan, sempat nguping orang workshop, hehe. Dan mau tak mau isu climate change pasti dibahas. Waduh, galaunya minta ampun... Kalau diitung2 sekarang tuh sudah terlambat banget untuk mengembalikan keseimbangan alam, emisi karbon sudah kelewat ambang. Dengan pola hidup & pembangunan yg konvensional skrg, jauh dari konsep "keberlanjutan".
BalasHapusPerubahan pun sudah terlihat jelas, dulu saya mengenal musim hujan jatuh pada bulan yang ber akhiran ber, namun sampai awal oktober belum juga turun hujan.. Entahlah siapa yang harus bertanggung jawab atas semua ini..
BalasHapusPerubahan pun sudah terlihat jelas, dulu saya mengenal musim hujan jatuh pada bulan yang ber akhiran ber, namun sampai awal oktober belum juga turun hujan.. Entahlah siapa yang harus bertanggung jawab atas semua ini..
BalasHapus