Tubuhku terbanting ke kanan dan ke kiri, tanganku berusaha melepaskan pegangan itu, semakin berusaha melepasnya semakin kuat genggaman itu terasa. Ruang tempat dimana saya berada itu terdiri dari satu set meja makan, sebuah lemari kayu dan sebuah lemari es. Dan tubuhku berada diantaranya terbanting ke kanan membentur lemari terbanting ke kiri membentur kaki-kaki kursi, tak ayal tubuhku terasa sakit akibat benturan keras itu.
Merasa putus asa tak kunjung mampu melepas genggaman tanganku, akhirnya saya pasrah se pasrah - pasrahnya dan sejurus kemudian batinku menjerit, Ya Allah seandainya saat ini adalah saat tiba ajalku, hamba pasrah ya Allah.... Ampuni dosa-dosa hamba ya Allah, sungguh hamba Mu belum siap, hambaMu ini penuh dosa ya Robbana ....Ya Robb..tolonglah hamba Mu yang hina ini..
Ajaib...., tiba-tiba saja genggaman kuat tangganku memegang kabel itu terlepas seketika. Dan saya terkapar di atas lantai, dengan tangan yang mulai melepuh, badan yang terasa sakit dan berbagai rasa yang berkecamuk dalam dada...
Itulah sebuah peristiwa dimana saya merasa berada diujung kehidupan, gerbang kematian terasa begitu dekat, bahkan sangat dekat. Saat dimana untuk pertama kalinya saya merasa kan totalitas kepasrahan kepada yang Maha Kuasa.
Peristiwa ke setrum belasan tahun yang lalu ketika sedang sendirian di rumah itu, selalu membekas dalam ingatanku. Betapa saya harus selalu bersyukur pernah merasakan berada di ujung kehidupan, diambang kematian dan diberi kesempatan hidup sampai kini, Peristiwa yang membukakan pintu kesadaranku akan dekatnya ajal, akan kedatangannya yang begitu tiba-tiba tanpa ba, bi, bu..... Kun Fayakun, bila Dia berkehendak maka terjadilah.... Suatu saat saya pasti kan mati..
Tidak semua orang mendapatkan kesempatan kedua dalam hidupnya, bersyukurlah orang-orang yang pernah mendapatkan kesempatan itu. Tanda Allah SWT sayang kepada dirinya dan masih memberikan kesempatan untuk berbuat yang lebih baik dalam hidupnya. Dan merugilah orang yang membiarkan peristiwa itu berlalu tanpa memberikan jejak perubahan dalam dirinya..
Alangkah bahagianya orang-orang yang mendapat kabar berita kapan datangnya kematian itu tiba...tapi itu adalah hal yang mustahil terjadi. Setiap orang harus selalu bersiap dan mempersiapkan dirinya. Berandai-andai seandainya diberi waktu delapan hari menuju kematian... lalu apa yang akan kau lakukan wahai Ida... What ? Delapan hari ? Tak akan dapat membayar lunas akumulasi puluhan tahun tumpukan dosa... Tetapi bukankah taubatan nasyuha akan menghapuskan semua dosa-dosa kita.....?
Maka bila keajaiban itu tiba dan saya diberi kesempatan untuk mengetahui kematianku delapan hari sebelumnya, inilah yang akan saya lakukan :
- Ya pertama yang akan saya lakukan adalah taubatan nasuha, memohon ampun dengan sepenuh jiwa dan perasaan atas segala kesalahan yang telah dilakukan selama puluhan tahun kesempatan hidup yang telah Allah SWT berikan. Mengevaluasi semua kesalahan yang saya ingat kemudian memohonkan ampunan kepada Allah SWT.
- Membuat jadual selama delapan hari itu agar waktu yang tersisa bisa dimanfaatkan seefisien mungkin serta membuat to do list, hal-hal yang harus dan akan saya lakukan. Berjihad dalam arti sungguh-sungguh melaksanakannya.
- Meminta maaf kepada suami, orang tua, adik-adik, anak-anak dan orang-orang yang mungkin pernah saya sakiti tanpa saya sadari. Memohon ridla suami dan orang tua, serta meminta anak-anak untuk mendo'akan kebaikan untuk uminya. Dan memintakan kepada mereka untuk terus mendoakan saya setelah meninggal nanti. Ingat hadist Rasulullah SAW tentang do'a ini....
- Menggunakan seluruh waktu tersisa untuk bermunajat kepada Allah SWT melalui sholat-sholat wajib dan sunat, shaum, dzikir, istighfar dan membaca al qur'an.
- Disela-sela bermunajat kepada Allah SWT saya akan bersilaturahmi kepada orang tua, tetangga dan handai taulan, memohonkan ridla dan maafnya, memberikannya hadiah agar mereka bergembira.
- Membayar hutang yang saya miliki
- Menyedekahkan harta yang saya miliki, ya harta yang saya punyai karena setelah itu harta ini tidak akan memiliki manfaat apa pun. Tentu saja di luar harta suami dan kewajiban kepada anak-anak.
- Membuat wasiat dan tulisan yang berisi nasehat, pengalaman dan perasaan bagaimana menghadapi kematian dalam 8 hari, sehingga tulisan itu bisa menginspirasi dan mudah-mudahan bisa menggugah orang-orang hingga tersadar. Menyebar luaskan tulisan itu seluas mungkin hingga pahala akan terus mengalir hingga menjadi pemberat timbanganku di yaumil hisab.
- Menyediakan kain kafan, memesan kuburan, membersihkan diri sebersih-bersihnya agar memudahkan orang yang mengurusi jenazahku.
Masya Allah.. membuat tulisan ini, menyadarkanku bahwa sesungguhnya hal tersebut di atas harus selalu kita lakukan agar kita bersiap menghadapi kematian yang memang datangnya tiba-tiba. Kita memang harus bersiap.... harus selalu bersiap....
Perbanyaklah mengingat kematian. Seorang hamba yang banyak mengingat mati maka Allah akan menghidupkan hatinya dan diringankan baginya akan sakitnya kematian. (HR. Ad-Dailami)