"Itu kalau bekas susu mah simpannya di keresek di bawah tangga" Seru ibu saat melihat saya akan membuang sampah di tempat sampah biasanya.
"Oh.." Saya ber "Oh" ria, kaget campur heran. Ya, heran saja semenjak kapan di rumah ini sudah mulai memilah sampah seperti itu.
"Bapak almarhum dulu yang suka memisahkan sampah plastik, kardus dan lainnya, nanti kalau sudah banyak suka dikasihkan ke si aki yang suka lewat bawa barang bekas. Lumayan, daripada di buang" Ibu berkata seolah tahu keherananku.
Mendengar itu ada perasaan kagum bercampur senang karena ternyata almarhum bapak memiliki kebiasaan seperti itu. Tentu saja beliau tidak pernah mengikuti pelatihan tentang Go Green dan semacamnya. Tetapi beliau sudah mempraktekannya. Barang-barang bekas yang dibuang dan masih bisa didaur ulang, beliau sumbangkan ke si aki langganan yang suka lewat depan rumah.
Sumber: republika.co.id |
Ibu pun kemudian menjadi bercerita panjang lebar tentang kepedulian bapak pada emang sampah, yang suka keliling komplek mengambilkan sampah untuk dibuang ke pembuangan sementara. Kepedulian bapak pada janda tua yang miskin yang selalu ia santuni tiap bulannya, dan juga kepedulian pada masjid dekat rumah. Jadi sisa gaji pensiunnya setelah diberikan pada ibu, bapak bagi-bagi ke dalam beberapa amplop untuk disumbangkan. Kini kebiasaan itu terus dilanjutkan semua anggota keluarga di rumah itu.
Saya tercekat mendengar penuturan ibu, belasan tahun tidak serumah ternyata bapak telah banyak berubah. Dulu juga bapak baik sih, yang saya tahu bapak suka menyumbang kepada adik-adiknya yang kekurangan. ternyata kebaikannya terus bertambah dengan menyumbang orang-orang di luar keluarganya.
Aih... menulis ini semua membuat saya menangis, teringat almarhum bapak... rasa rindu ini begitu memuncak. Semoga amal kebaikannya terus menerus mengalir menjadi pemberat kebaikannya dan penggugur dosa-dosanya. Semoga Allah SWT melapangkan kuburnya dan memberikan tempat yang terindah untuknya. Alfatihah
Kebaikan bapak ini akan saya terus coba ikuti, semoga pahalanya terus mengalir untuknya. Pemungut barang-barang bekas yang keberadaannya sangat tidak kita pedulikan, ternyata akan tersenyum bahagia dan berterima kasih yang amat sangat ketika kita beri setumpuk sampah yang bisa didaur ulang seperti plastik, botol, kardus, kertas dan lain sebagainya. Masya Alloh jadi terharu, diberi sampah bersyukurnya luar biasa... Kita diberi harta yang jauh lebih banyak dari mereka kadang masih suka mengeluh.
Bagi mereka setumpuk sampah yang biasa didaur ulang pemberian kita, adalah perjuangan mereka untuk satu hari. Bagi mereka itu semua adalah penyambung hidupnya. Memberi kepada mereka membuat saya ketagihan untuk terus memberi. Jadi ingat Firman Allah "Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmatKu. Maka pasti azabku sangat pedih. ( QS Ibrahim ayat 7)
Kita saja yang pemberiannya hanya sedikit dan terbatas, sangat menyukai orang yang berterima kasih dengan sangat. Apalagi Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang limpahan kasihNya tak terkira akan membalas jauh berlipat-lipat rasa syukur kita dengan tambahan nikmat yang banyak.
Pemberian sederhana Bapak kepada para du'afa itu sungguh membuka mata hati saya untuk terus berbagi dengan orang-orang yang selama ini kurang kita pedulikan. Terima kasih bapak semoga engkau tenang dan berbahagia di alam sana.
Semoga amal baik bapak Mbak Ida menjadi pahala yg tak terputus, karena diikuti seluruh keluarga. :)
BalasHapusSemoga kebaikan ini bisa terus dilakukan sampai generasi berikutnya ya mbak Ida...
BalasHapuswww.talkativetya.com
Untuk sampah/brg tak terpakai tapi bisa dijual atau dipakai orang lain, saya udahakan untuk dikumpulkan. Kadang buat si mbak, tetangga. tukang sampah, atau pemulung.
BalasHapusSemoga kebaikan bapak mengalirkan pahala. Semoga menjadi tauladan bagi generasi muda.
Pengen banget bisa memilah sampah seperti itu, tapi belum bisa. Insyaa Allah dicoba ah. Berarti saya musti koordinasi sama si Mas dulu nih..
BalasHapusTerimakasih sharingnya, Mba.. :)
Mbak Ida, pengalaman saya hampir sama. Kami punya "pemulung langganan" yang datang secara berkala. Itu sebabnya sy tak tega menghentikan kebiasaan ini dan beralih ke Bank sampah. Biarlah itu menjadi rezekinya.
BalasHapus