Yup, kata-kata itu yang paling terngiang-ngiang, karena saya setuju sekali dengan ungkapannya. Selama ini pemahaman umat Islam tentang zakat dan wakaf masih sangat rendah. Zakat hanya ramai dibicarakan saat menjelang Hari Raya Idul Fitri saja. Setelah moment itu berlalu keramaian tentang zakat pun terkubur oleh hal lainnya.
Senang sekali rasanya saat saya terpilih menjadi salah satu blogger yang bisa mengikuti acara keren ini. Meski harus meninggalkan suami dan anak-anak di rumah selama tiga hari. Menjadi agent of change ekonomi syariah suatu hal yang mulia, menjadi pejuang perubahan terhadap paradigma yang berkembang tentang zakat dan wakaf di dalam masyarakat...hmmm....Semoga menjadi salah satu pejuangnya dan menjadi amalan yang tercatat sebagai bekalan hidup di akhirat nanti.
Beruntungnya suami mengizinkan, anak-anak pun sudah cukup besar hingga sudah bisa mandiri. Saya pun mantap mengikuti acara yang berlangsung maraton selama tiga hari. Berkumpul bersama para peserta yang lainnya yang terdiri dari berbagai kalangan yaitu dari kementrian agama, para mahasiswa, aktivis penggerak zakat, mahasiswa dan blogger.
Kang Ali Muakhir |
Zakat dan Wakaf Sebuah Potensi yang Besar
Setelah lantunan ayat suci al qur'an, acara resmi dibuka oleh Prof. Dr. H. Muhammadiyah Amin, M.Ag, Dirjen Bimas Islam, sosok yang mempunyai motto hidup, jangan menunggu besok bila bisa dilakukan hari ini. Beliau pun mengisi sessi acara pertama bertajuk "Strategi Bimas Islam dalam Menghadapi Arus Baru Ekonomi Syariah. Dalam paparannya beliau menekankan bahwa Bimas Islam akan konsistem dalam melaksanakan keberpihakannya dalam hal zakat dan wakaf.
Setelah dipotong sessi ISHOMA acara dilanjutkan dengan mendengarkan paparan dari Drs. H.Tarmizi,MA. Dalam paparannya Bapak Tarmizi menekankan bahwa zakat harus menjadi sarana untuk mensejahterakan umat Islam. Diungkapkan bahwa potensi zakat umat Islam itu sebetulnya 217 triliyun per tahun. Sebuah angka dengan nominal yang cukup besar, harusnya bisa dioptimalisasikan untuk bisa terkumpul dan dijadikan alat untuk mengentaskan kemiskinan di kalangan umat Islam.
Kesadaran masyarakat untuk mengumpulkan zakat dan wakafnya ke lembaga bukan ke perorangan memang masih rendah. Hingga perlu disosialisasikan lagi pemahaman zakat dan wakaf ini hingga potensi yang besar ini bisa dioptimalisasikan. Sebuah negara akan maju bila pengelolaan zakat dan wakaf dikelola secara profesional serta menyalurkan pemanfaatannya dengan baik hingga mampu mengentaskan kemiskinan di kalangan umat Islam.
Terungkap pula bahwa pemahaman dana wakaf masih sekitar tentang wakaf tanah untuk sekolah dan masjid. Padahal wakaf bisa berbentuk uang tunai berapa pun jumlahnya. Bedanya wakaf akan menjadi sebuah dana abadi yang pemanfaatannya untuk sesuatu yang berkelanjutan seperti sekolah dan masjid. Yang perlu dipahamkan pemanfaatan dana wakat tidak hanya sekolah dan masjid ternyata tetapi bisa menjadi gedung, hotel atau apapun itu yang hasilnya bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan umat Islam.
Media Sosial sebagai Sarana Sosialisasi Zakat dan Wakaf
Di hari kedua, Kang Ali Muakhir, seorang Blogger Bandung yang sudah senior menjadi pemberi materi di sessi pertama. Blogger yang sudah menulis buku lebih dari tiga ratus buku anak ini membawakan materi tentang Blogging, Sosial Media dan Ekonomi Syariah. Kang Ali memaparkan tentang karakteristik dari generasi baby bummers, Generasi X, Generasi Milineal dan Generasi Z. Diharapkan dengan mengenal karakteristik dari berbagai generasi dapat membuat pola sosialisasi yang tepat agar mengena pada sasaran.
Acara dilanjutkan dengan paparan dari Bapak Elmo Juanara beliau memberikan presentasi tentang Program Pemberdayaan Zakat dan wakaf dilanjutkan dengan memaparkan materi "Sosial Media dan Pembentukan Karakter Generasi Z dalam Pengembangan Ekonomi Syariah". Selain memaparkan tentang karakteristik generasi Z yang dihubungkan dengan pengembangan ekonomi syariah, Bapak Elmo juga memaparkan apa yang telah dilakukan selama ini oleh Institut Zakat Indonesia (IZI) yang dikelolanya,
Elmo Juanara memaparkan ttg IZI |
IZI sebagai lembaga amil zakat nasional telah banyak mengembangkan berbagai inovasi program-program amil zakat dan pengelolaannya. Dengan Tag line Memudahkan dan Dimudahkan yang mengambil intisari dari hadist Riwayat Muslim "Barang siapa yang memberi kemudahan kepada orang yang kesulitan Allah SWT akan memberi kemudahan padanya di dunia dan akhirat". Berbagai inovasi pengelolaan zakat telah dicanangkan yaitu IZI to Succes, IZI to Smart, IZI to Fit , IZI to Iman dan IZI to Help.
From Offline to Online
Ananto Pratikno yang juga seorang trainer development , internet marketing sepertinya menjadi bintangnya acara hari ini... hehe... Membawakan materi dengan begitu menarik, mampu membuat peserta memahami materi yang diberikan dalam suasana penuh gelak tawa. Pengusaha sukses di bidang Halal Travel serta pendiri Sekolah Alam Indonesia ini mampu menyihir semua peserta untuk memberikan perhatian penuh kepadanya.
Ananto Pratikno.... Rame... |
Beliau mengungkapkan pesatnya teknologi dunia digital dan internet telah berimbas pada pengalihan trend marketing di dunia. Trend Marketing Offline sudah mulai digantikan dengan Trend Marketing Online. Digital marketing sekarang merupakan strategi pemasaran yang lebih prospektif karena orang sudah beralih mencari dan membeli sesuatu melalui internet. Dipaparkannya pula tentang karakteristik generasi Z yang menjadi potensi pasar potensial karena jumlahnya yang mencapai 68 juta orang.
Hal itu senada yang diungkapkan oleh Ananto Pratikno, Nur Effendi CEO Rumah Zakat Indonesia yang menjadi pembicara selanjutnya. Bedanya Bapak Nur Effendi mengungkapkan hal dalam implementasinya. Angkat topi dan acungan jempol untuk Rumah Zakat Indonesia yang bisa berkibar selama 19 tahun lamanya. Terus berkembang menjadi sebuah lembaga amil zakat yang profesional dan amanah. Menyikapi perkembangan zaman yang sudah beralih ke dunia digtal pun Rumah Zakat telah mengantisipasi dengan berbagai inovasi digital yang menarik dan sesuai dengan perkembangan zaman yang ada.
Menjadi Agent of Change, Ekonomi Syariah, Mengapa Tidak
Hari kedua Lokalatih Tunas Muda Agent of Change Ekonomi Syariah pun telah selesai, jadi semakin banyak informasi tentang hal zakat dan wakaf. Menyebarkan, dan memahamkannya kepada berbagai kalangan tentang zakat dan wakaf tentang bagaimana hal itu bisa menjadi sebuah potensi untuk pengentasan kemiskinan umat, tentang wakaf yang ternyata bisa berbentuk tunai, tentang pengelolaan dan peruntukannya menjadi tugas kami selanjutnya. Menjadi Agent of Change Ekonomi Syariah...? Mengapa Tidak?
Semoga menjadi ladang pahala bagi semua agent of change dalam rangka mengumpulkan bekal bagi kehidupan di akhirat nanti.
Semoga niat baik ini segera bisa berkembang diseluruh penjuru indonesia khususnya.
BalasHapusWah keren nih, mudah2an perekonomian Indonesia semakin membaik dari tahun ke tahun, aamiin
BalasHapusAmiiin..
BalasHapusManggut2 menyimak
Bener banget teh, padahal zakat itu wajib untuk semua umat yah, zaman Rasulullah juga, ada sahabat suami istri yang harta satu-satunya adalah pakaian yang dipakai bergantian, Rasulullah tetap mewajibkan berzakat
BalasHapusSemoga kesadaran umat Islam untu berzakat semakin terbuka ya, teh, acaranya keren yah, sukses teh Ida
BalasHapusBesar banget ya potensi zakat di indonesia...
BalasHapusAih.. keren teh. Jadi makin ngeh soal kegunaan zakat, selain buat idul fitri aja hehehe.. Aamiin untuk ekonomi yg lebih maju krn zakat!
BalasHapusKeren teh! Jadi ngeh manfaat zakat yg ternyata sbg penggerak ekonomi yaa
BalasHapusJadi kalo kita berzakat kita termasuk agent of change di bidang ekonomi syariah, Teh? Waaaah :D kalo berzakat saya mah pasti ke Rumah Zakat. Laporan keuangannya bagus & zakatnya disalurkan sebaik-baiknya buat masyarakat yg perlu.
BalasHapusSemoga zakat wakaf makin dapat terkelola dg baik ya Teh... Jadi pengen belajar lagi :)
BalasHapusanakku ikutan lokalatih ini . mulai hari ini . mahasiswa yg diundang .
BalasHapussangat menginspirasi
sangat menginspirasi, semoga niat karena Allah ta'ala terkabul
BalasHapusSemoga lancar terus acaranya kak, bisa bermanfaat buat semua orang
BalasHapus