Mereka yang Sukses Mendidik Anak-Anaknya Beberapa hari ini 'melihat' beberapa kesuksesan yang diraih anak-anak beberapa teman-teman. Senang melihatnya, ada perasaan 'iri' atau mungkin 'cemburu' di dalam dada ini. Tentu saja cemburu yang positif, yang mengobarkan semangat untuk lebih baik lagi. Orang tua hebat yang sukses mendidik anak-anaknya di tengah kepadatan aktivitas yang dimilikinya.... Benarlah adanyya firman Allah SWT : "Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu" (QS Muhammad 7)
Teman-teman saya yang sukses mendidik anak-anak itu memang kesibukannya padat merayap, mengisi berbagai majelis taklim. Memahamkan, memberikan pencerahan kepada umat yang masih banyak berada dalam kebodohan. Bodoh bukan berarti dalam hal pendidikan, tetapi bodoh dalam pemahaman tentang Islam yang parsial dan tidak kaffah. Sibuk dengan kesibukan sendiri, tidak peduli dengan keberadaan umat Islam yang memang sedang carut marut ini.
Di tengah berbagai kesibukannya itu ternyata mereka sukses mendidik anak-anaknya menjadi generasi muda yang cemerlang. Cerdas akalnya, terbukti menjadi juara ini dan itu, cerdas spiritualnya terbukti dengan kesholehan dan kesholihatannya serta menjadi hafidz qur'an, Luar biasa ya, seperti oase di tengah padang pasir, di tengah berita tentang kenakalan anak jaman now. Masih ada generasi muda yang bisa dibanggakan yang akan membangun peradaban bumi pertiwi tercinta ini.
Selain itu juga saya cemburu pada orang tua hebat lainnya.... Ada diantara mereka juga yang sukses mendidik anaknya selain cerdas akal, cerdas spiritual tapi juga cerdas finansialnya. Di usia muda sudah mempunyai kemampuan berbisnis dan menjadi pengusaha kecil yang sukses. Ada di antara mereka yang sudah tidak mempercayai lagi institusi bernama sekolah. Karena memang sih pendidikan di Indonesia tidak terlalu jelas bentuknya. TK satu atau dua tahun, SD enam tahun, SMA tiga tahun, kuliah empat sampai lima tahun.
Sebuah jenjang yang cukup lama, padahal di usia 14 tahun atau 15 tahun anak-anak home schooling itu sudah bisa diterima di perguruan tinggi di luar negeri. Ternyata untuk menjadi mahasiswa di sana tidak diperlukan ijazah, tetapi menggunakan tes masuk yang menguji kemampuan calon mahasiswa baru itu. Sementara anak-anak kita di sekolah dipaksa belajar semuanya, sesuatu yang mungkin tidak akan berguna di masa depan nya. Belajar integral, diferensial, hitungan lain yang menjelimet, adakah itu berguna untuk kehidupannya.? Yang pasti dalam kehidupan sehari-hari saya tidak pernah menggunakan itu semua :)
Ada sih yang membela bahwa mereka belajar ini dan itu, semuanya agar nanti bisa memilih pelajaran yang paling disukainya. Yup, itu betul, tapi akan lebih asyik lagi kalau dari awal mereka sudah bisa memilih belajar sesuatu yang betul-betul menjadi minatnya. Toh dari sejak awal sudah kelihatan kecenderungan mereka kemana. Ketika lulus SD dari lima anak saya sudah tahu dong mereka suka pelajaran apa dan tidak suka pelajaran apa.... Di sini kita bisa mulai sebenarnya.. (Ah sayang... saya bukan ibu yang hebat itu...)
Saya sebetulnya kagum dengan para orang tua HS, mereka lah orang tua yang hebat. Bisa mendidik anak-anaknya dengan tangannya sendiri hingga sukses. Bukan berarti semua diajarkan orang tuanya tetapi, orang tua HS mampu memberikan sebuah pola pendidikan yang terbaik untuk putra-putrinya. Salah satu contoh orang tua HS yang hebat adalah pasangan Gen dan Halilintar, Saya tergugu melihat kesuksesan keluarga Halilintar mendidik anak-anaknya. Kebetulan anak-anak di rumah penggemar vlog mereka... jadi mau tidak mau suka ikut nonton juga :)
Seorang Atta Halilintar putra sulung mereka yang baru memasuki usia 24 tahun sudah mampu membeli rumah milyaran rupiah dengan uang sendiri, mampu membangun bisnisnya sendiri dengan baik, mampu membeli mobil-mobil keren di usia semuda itu. Dalam salah satu vlognya Atta mempertontonkan uang satu milyar yang dimilikinya untuk memborong sebuah toko hape yang akan menjadi bisnisnya yang ke sekian setelah bisnis fashion AHA, Cake Masa Depan dan masih banyak bisnis lain yang dimilikinya.
Masya Allah ... menyaksikannya anak-anak Gen Halilintar ini. saya sering sambil nangis. Anak hebat memang terlahir dari orang tua yang hebat. Anak-anak yang tidak melupakan Tuhan nya, anak-anak yang cerdas, berani dan mandiri, anak-anak yang hidupnya bahagia, gembira dan ceria. Tidak terikat dengan pelajaran yang tidak mereka sukai. Anak-anak bahagia yang di usia semuda itu sudah menyaksikan sendiri luasnya dunia ini dengan ber traveling ke berbagai negara. Anak-anak yang beruntung... Jadi ingat Rasulullah SAW usia 12 tahun sudah ke luar negeri (Negeri Syam) untuk berdagang.
Mau lah punya mantu satu kayak gini..gaul tapi sholeh dan keren :) Sumber: Tribunnews Bogot |
Saya tidak menafikan sekolah sebagai suatu lembaga yang menghantarkan anak-anak menuju kesuksesan. Tidak sama sekali, tapi sekolah bukan segalanya, hanya salah satu cara menuju pribadi yang sukses. So di sini maksud saya adalah orang tua tidak perlu merasa berkecil hati, minder, menekan anaknya saat anak-anaknya tidak 'cerdas' secara akademis. Atau sebaliknya berbangga diri karena memiliki anak-anak yang rangking yang pintar di bidang hitung menghitung misalnya...
Pandangan kita para orang tua memang harus diubah, tidak underestime terhadap anak-anak yang nilainya tidak bagus dalam akademis. Atau berbangga diri menjadi anak-anak yang juara, diterima di perguruan tinggi negeri favorit tapi ketika ditanya sudah lulus mau apa? Bingung... paling banter bilang mau mencari kerja.... :)
Mohon maaf bila ada yang tersinggung, ini curcol saja, sedikit galau dengan tanggung jawab saya sebagai seorang ibu.... Sedang cemburu dengan mereka-mereka, para orang tua hebat, berkontemplasi, kembali mengevalusi berbagai kesalahan saya dalam mendidik anak-anak.... Tanggung jawab moral juga suka diminta bicara masalah parenting, jadinya saya harus lebih baik lagi dan banyak belajar serta mengevaluasi diri. Semoga saja setelah ini saya menjadi ibu yang lebih baik lagi.... Aamiin Allohumma Aamiin :) Semoga tulisan Mereka yang Sukses Mendidik Anak-Anaknya ini bermanfaat ya teman-tema:)
Wah Teh Ida ngefans keluarga Gen Halilintar. Saya mah udah enggak lagi. Lebih ngefans keluarga Teh Ida deh Heheehe... *kebanyakan baca gosip nih saya* :))))
BalasHapusSetuju dengan tidak underestimate pada hasil nilai ujian anak. Apalagi ternyata hasil nilai tersebut didapatkan dari jerih payah sendiri, bukan hasil nyontek. Daripada nilai tinggi tapi nggak jujur, kan
BalasHapusaku juga gak pernah mentargetkan nilai fisik anakku disekolh. yang penting saat ini adalah akhlak dan pengetahuan sang anak. insyaAllah akan menjadi bekalnya kelak disaat dewasa
BalasHapusSekolah memang bisa mendidik anak kita menjadi lebih baik, namun disamping itu pendidikan dari keluarga tetap menjadi faktor paling penting untuk menjadikan anak memiliki masa depan yg lebih baik.
BalasHapusSetujuu bangat Teh bahwa kita sebagai orang tua tidak perlu merasa berkecil hati dan menekan anak agar selalu nagus nilai secara akademis. Setiap anak terlahir dengan keistimewaannya masing-masing, tinggal orang tua mengarahkan bakat dan minat anak-anaknya.
BalasHapusSama kayak teh Nia malahan aku ngefans sama keluarga teh Ida 😍 anak hebat dari orangtua hebat semoga aku bisa ngikutin jejak teh ida mendidik dan mencetak anak hebat aamiin
BalasHapusSaya termasuk orang tua yang gak menuntut anak-anak harus punya nilai yang tinggi di bidang akademik. Karena potensi non akademik mereka juga perlu mendapat perhatian yang serius.
BalasHapusSaya malah lebih berharap mereka sukses di aspek akhiratnya...hehehe
Teteh juga hebat lho! Coba bagaimana jadinya anak2 Teteh kalau Teteh dan suami sebagai orang tua (misalkan) tidak benar2 hebat?
BalasHapusKesuksesan itu relatif, Teh.
Setiap anak juga istimewa dan punya jalannya masing2 :) sebagai orang tua (pemula seperti saya) yuk tetap semangat
Dari anak-anaklah orangtua juga belajar. Saya dan suami berusaha untuk tidak memaksakan kehendak tapi terus mengarahkan n mendukung apa yang menjadi minat n bakat mereka. Dan itu tidak mudah.. :)
BalasHapusSetuju dengan tidak memaksakan kehendak kepada anak ... Mereka pasti punya kelebihan masing2 yg bisa d banggakan
BalasHapusSoal gen halilintar, saya cuma mau bilang bahwa ini pasangan suami dan istri yang tangguh.cocok dijadikan panutan.piawai juga mendidik dan menyontohkan bagi anak2nya
BalasHapusAku juga kagum sama yang berhasil home schooling sih Teh, kadang ngelihat anak2 ke sekolah bawa buku setumpuk, belum pulangnya PR seabrek, meuni suka watir :((
BalasHapuswah itu harus serba bisa ya dan banyak ide kreatif
BalasHapusMerasa masih sangat kurang (ilmu dan kemauan, hiiks~~) saat ingin menjalankan HS di rumah.
BalasHapusAda beberapa komunitas di Bandung yang sangat membantu, namun balik lagi, kemauan Ibu dan anak serta komitmen terhadap jadwal yang disepakati.
Saya jadi ingat anak teh Ida yang bersekolah ke luar negeri.
MashaAllah...kereen sekaliii...
Iya pengen banget saya juga meng HS kan anak tapi belum ada kemampuan dan keberanian hahaha...
HapusSetiap manusia kan ada rasa iri ya? Wajah aja karena manusia kan hanya saling pandang memandang. Lupa aku istilah jawanya. Nah ibu atau keluarga yang nyaman justru kalau aku bilang adalah yang memberi kebebasan akan pilihan anak2nya kelak sesuai dengan passionnya. Ortu tinggal berperan lurusin/belokin kalau anak-anak nggak on tranck lagi. Tapi dengan pemahaman agama dari kecil rasanya langkah anak-anak akan nyaman dan aman.
BalasHapusIri kepada kebaikan boleh hukumnya..kan ada hadistnya iri yg boleh itu pada orang kaya yang banyak berderma..orang berilmu yang ilmu nya bermanfaat :)
HapusApresiasi saya kepada semua orangtua yang telah sukses mendidik anak anaknya. Tangguh dan penuh perjuangan, pengorbanan.
BalasHapusYup..setuju :)
HapusSaya salut banget dgn keluarga yg bs mendidik anak2nya sukses dan mandiri. Kalau keluarga halilintar emnag TOP banget. Semua anaknya gak diajak manja tapi hidup mandiri. Smg bisa menjadi orang tua yg bs mendidik anak2 spt itu
BalasHapusNah itu.. belajar melihat sesuatu yg positifnya dan membuang yang jeleknya :)
HapusEntah kenapa saya bukan penggemar keluarga mapan ini. Apalagi belakangan ini Atta kerap bermasalah dengan konten media sosialnya. Mungkin harta dan kemapanan bukan satu-satunya indeks kesuksesan mendidik anak.
BalasHapusSetiap keluarga ada sisi positif dan negatifnya.... kita bisa ambil sisi positifnya. Dari keluarga halilintar bisa saya ambil bagaimana mendidik anak jadi mandiri, berani, cerdas finansial toh rosulullah saja sudah mulai berdagang di usia 12 tahun ke luar negeri....
Hapussedangkan dari teman2 saya yg saya bicarakan di awal saya belajar bagaimana mendidik anak menjadi anak2 sholih sholihat hapal qur'an beraklhak baik :)