Koperasi dan Generasi Milenial : Antara Tantangan dan Peluang Saya dulu sempat bekerja di Rumah Sakit Al Islam Bandung, di bagian koperasi. Koperasi AMANAH namanya, merupakan koperasi serba usaha yang memiliki beberapa unit usaha. Unit usaha yang dimiliki Koperasi Amanah waktu itu adalah Simpan Pinjam, Apotek, Kantin, Toko, Perparkiran, Cleaning Service dan Laundry.
Saya dan Koperasi
Sempat jadi Kepala Unit Simpan Pinjam kemudian ditarik di manajemennya. Membawahi banyak unit saat itu saya jadi sedikit banyak tahu tentang manajemen dan perkoperasian. Saat itu jadi banyak melihat orang-orang yang membutuhkan tertolong dengan adanya simpan pinjam di koperasi. Bisa melihat manfaat koperasi yang begitu banyak selain memberikan pinjaman uang juga menyediakan kebutuhan sehari-hari seperti sembako dengan harga yang lebih miring dan bayarnya pun bisa di awal bulan di bulan depannya.
Sebagai seorang ibu rumah tangga, saya paham bahwa pinjaman seperti itu pada situasi tertentu terkadang sangat membantu. Misalnya saja pada bulan-bulan dimana keuangan mengalir keluar begitu deras seperti menjelang lebaran atau saat anak-anak mulai memasuki jenjang baru di sekolahnya. Selain itu di akhir tahun para anggota akan mendapat SHU alias Sisa Hasil Usaha dari hasil usaha setiap unit di koperasi selama satu tahun. Kesimpulannya koperasi memang memiliki manfaat cukup banyak untuk para anggotanya.
Koperasi Amanah RSAI termasuk koperasi yang memiliki kemajuan yang cukup pesat. Itu dikarenakan Koperasi Amanah memang berada dalam sebuah tempat dengan target pasar yang sudah jelas. Walau target pemasaran agak terbatas yaitu karyawan rumah sakit dan pengunjung tapi target pasar sudah pasti ada karena ada unsur monopolinya sehingga pesaing pun sangat terbatas.
Sebagai seorang ibu rumah tangga, saya paham bahwa pinjaman seperti itu pada situasi tertentu terkadang sangat membantu. Misalnya saja pada bulan-bulan dimana keuangan mengalir keluar begitu deras seperti menjelang lebaran atau saat anak-anak mulai memasuki jenjang baru di sekolahnya. Selain itu di akhir tahun para anggota akan mendapat SHU alias Sisa Hasil Usaha dari hasil usaha setiap unit di koperasi selama satu tahun. Kesimpulannya koperasi memang memiliki manfaat cukup banyak untuk para anggotanya.
Koperasi Amanah RSAI termasuk koperasi yang memiliki kemajuan yang cukup pesat. Itu dikarenakan Koperasi Amanah memang berada dalam sebuah tempat dengan target pasar yang sudah jelas. Walau target pemasaran agak terbatas yaitu karyawan rumah sakit dan pengunjung tapi target pasar sudah pasti ada karena ada unsur monopolinya sehingga pesaing pun sangat terbatas.
Pengalaman belasan tahun yang lalu itu , masih saya ingat dengan jelas, karena memang bekerja selama beberapa tahun di sana. Jadi penasaran apa kabar koperasi hari ini? Apakah para milenial tahu tentang koperasi ya..? Hihi.. pertanyaan yang lalu saya sampaikan kepada anak sulungku, mahasiswi jurusan film di sebuah universitas di Turki via chating di WA. "Yang mensejahterakan anggota" "untuk simpan pinjam". Itu jawabannya saat ditanya apa yang si sulung ketahui tentang koperasi. "Pernah jadi anggota?" susulku.."Engga Mi, cuma buat beli-beli doang...wkwk" Jawabnya... :D
Generasi milenial yaitu generasi yang lahir di awal tahun 1980 an ternyata secara umum tahu ya tentang koperasi, karena di pelajaran sekolah juga ada. Di sekolah-sekolah juga tentu ada koperasi sekolah, saat saya bertanya ke semua anakku ternyata di sekolahnya ada koperasi. Masalahnya mungkin apakah mereka paham tentang koperasi? Apakah mereka tertarik dengan koperasi? Sejauh mana koperasi bisa memberi manfaat bagi mereka? Dan ternyata beberapa hasil survey membuktikan bahwa 60% generasi milenial tidak tertarik dengan koperasi.... Oow...
Koperasi sebagai soko guru perekonomian nasional, selama ini dianggap sebagai salah satu urat nadi perekonomian bangsa. Dengan memberdayakan koperasi artinya bisa memberdayakan anggotanya dan pada akhirnya bila terus dikembangkan maka koperasi akan mampu memberdayakan perekonomian nasional. Apa jadinya kalau generasi milenial sebagai generasi penerus, pembentuk peradaban di masa yang akan datang tidak tertarik dengan koperasi ?
Maju mundurnya koperasi akan ditentukan oleh keberadaan kaum milenial yang saat ini memasuki usia produktif. Menurut data BPS 2018 jumlah generasi milenial berusia 20-35 tahun mencapai 24 % atau setara dengan 63,4 juta dari 179,1 juta jiwa yang merupakan usia produktif. Lalu kalau pada kenyataannya banyak diantara mereka yang tidak tertarik, apa yang akan terjadi? Padahal selama ini koperasi sudah terbukti banyak memberikan kontribusi untuk kemajuan anggotanya. Tidak perlu menyalahkan kaum milenial bila mereka tidak tertarik dengan koperasi karena tak kenal maka ta'aruf eh tak sayang memang benar adanya.
Melihat hasil survey tentang minimnya ketertarikan kaum milenial terhadap koperasi tentu saja harus menjadi sebuah tantangan tersendiri. Bagaimana pun koperasi harus bergerak dinamis mengikuti perkembangan zaman sehingga bisa merangkul kaum milenial. Minimal harus ada upaya konkrit meminimalisir stigma buruk kaum milenial terhadap koperasi yang mungkin ada dan berkembang di kalangan milenial hingga lebih dari separuh kaum milenial tidak tertarik dengan koperasi. Suatu kondisi yang harus menjadi sebuah pertanyaan besar, mengapa kaum milenial tidak tertarik pada koperasi ?
So sepertinya untuk merangkul generasi milenial untuk tertarik kepada koperasi harus dimulai dengan mengetahui dan memahami karakteristik kaum milenial itu sendiri. Misalnya saja generasi milenial itu tidak bisa lepas dari gadget maka koperasi harus mengakomidir hal ini dengan cara menjadikan keanggotaan mereka serta segala sesuatu yang berhubungan dengan koperasi bisa terhubung melalui internet dan bisa diakses melalui smartphone mereka.
Maka buatlah aplikasi sebagai pendukungnya, Para pelaku koperasi bisa memanfaatkan jasa Sistem Digital Transaksi Indonesia (SDTI) yang merupakan salah satu perusahaan inovasi yang dikembangkan oleh PT Multi Inti Digital Bisnis (MDB). Solusi praktis untuk masalah-masalah yang terjadi pada dunia koperasi di Indonesia bisa diberikan oleh perusahaan ini. Lebih jauh tentang perusahaan ini kita bisa mengaksesnya di cooprasi.id
Kaum milineal adalah digital native sudah bersentuhan dengan teknologi dari semenjak masih dalam rahim sang ibu. Jari-jarinya sudah terbiasa dan sangat cekatan dalam mengakses sumber-sumber pengetahuan. Karena itu mereka adalah manusia-manusia kreatif yang senang bergerak bebas tidak dikekang.
Kemajuan teknologi yang semakin canggih ini yang mengakibatkan masyarakat semakin terkoneksi sebetulnya bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan koperasi agar bisa mengikuti perkembangan zaman. Dengan kecanggihan teknologi, maka dibangunlah jaring-jaring produksi, distribusi, permodalan sampai pemasaran tentu saja hal ini sangat bisa dimanfaatkan oleh koperasi sehingga bisa merangkul generasi milenial untuk bisa peduli dan percaya pada koperasi. Perkembangan teknologi akan memperluas ruang gerak koperasi yang selama ini belum memiliki jaringan konektivitas seluas perbankan.
Sejatinya kalau melihat ide dasar koperasi yaitu perekonomian sebagai usaha bersama dengan berdasarkan atas kekeluargaan sangatlah cocok untuk karakteristik generasi milenial sekarang ini. Di dalam koperasi tidak ada pertentangan antara majikan dan buruh, tidak ada level pemimpin dan pekerja. Sebuah kondisi yang cocok dengan ciri-ciri generasi milenial sekarang yang menjungjung tinggi kreatifitas, yang lebih senang jadi freelancer atau punya usaha sendiri daripada bekerja dengan diatur-atur oleh atasan.
Dengan kreativitas yang dimilikinya juga kemampuan sebagai digital native ditunjang hidup di era wikinomic dan wikisociety yang gemar berkolaborasi membuat generasi milenial bisa memanfaatkan sistem atau konsep koperasi untuk mendirikan sebuah start up. Generasi milenial dengan hobi yang dimilikinya biasa membentuk komunitas dengan yang memiliki kesamaan hobi. Sering bertemu, memiliki passion yang sama jadi semakin dekat dan selalu nyambung karena memiliki banyak kesamaan kesukaan.
Alangkah indahnya kalau kemudian kedekatan dan kebersamaan itu diikat dalam sebuah usaha bersama yang saling menguntungkan. Misalnya komunitas pendaki gunung bisa berbisnis bersama-sama menjual dan menyewakan peralatan pendaki gunung atau kemping plus perlengkapan traveling. Ruh koperasi yaitu kekeluargaan secara tidak langsung sudah diterapkan di sini.
Sesama anggota komunitas sudah begitu dekat, saling percaya, sudah semakin solid saling loyal ini bisa bertransformasi menjadi sebuah koperasi. Membuka usaha bersama dengan modal, manajemen dan hasilnya dari anggota untuk anggota. Tentu saja ini membuat efek ekonominya akan jauh lebih besar.
Bisa membeli atau menyewa peralatan traveling yang dibutuhkan dengan lebih murah, pelayanan lebih menyenangkan dan bersahabat karena sudah demikian dekat dan di akhir tahun akan mendapatkan keuntungan atas hasil usaha bersama ini.. Ini kan suatu hal yang luar biasa dan sangat milenial banget kan ya..hehe...
Tiga karakter yang dimiliki kaum mileanl yaitu connected, creative dan colaborative sejatinya adalah sebuah modal untuk mengembangkan koperasi lebih maju lagi. Semoga saja semua pihak yang terkait dengan perkoperasian memanfaatkan hal ini dan mengaplikasikannya dalam perkoperasian. Jadikan koperasi ada di gadget mereka, itu adalah cara yang tepat untuk merangkul milenial agar bisa mengenal dan kemudian akhirnya mencintai koperasi karena sejatinya kopeasi itu cocok untuk kaum milenial.
Nah teman-teman cukup sekian dulu ya, semoga tulisan Cerita Ida tentang Koperasi dan Generasi Milenial: Antara Tantangan dan Peluang ini bermanfaat ya :)
Generasi Milenial Tidak Tertarik dengan Koperasi ?
Generasi milenial yaitu generasi yang lahir di awal tahun 1980 an ternyata secara umum tahu ya tentang koperasi, karena di pelajaran sekolah juga ada. Di sekolah-sekolah juga tentu ada koperasi sekolah, saat saya bertanya ke semua anakku ternyata di sekolahnya ada koperasi. Masalahnya mungkin apakah mereka paham tentang koperasi? Apakah mereka tertarik dengan koperasi? Sejauh mana koperasi bisa memberi manfaat bagi mereka? Dan ternyata beberapa hasil survey membuktikan bahwa 60% generasi milenial tidak tertarik dengan koperasi.... Oow...
Koperasi sebagai soko guru perekonomian nasional, selama ini dianggap sebagai salah satu urat nadi perekonomian bangsa. Dengan memberdayakan koperasi artinya bisa memberdayakan anggotanya dan pada akhirnya bila terus dikembangkan maka koperasi akan mampu memberdayakan perekonomian nasional. Apa jadinya kalau generasi milenial sebagai generasi penerus, pembentuk peradaban di masa yang akan datang tidak tertarik dengan koperasi ?
sumber:innews.co.id |
Masa Depan Koperasi Indonesia di Tangan Generasi Milenial
Maju mundurnya koperasi akan ditentukan oleh keberadaan kaum milenial yang saat ini memasuki usia produktif. Menurut data BPS 2018 jumlah generasi milenial berusia 20-35 tahun mencapai 24 % atau setara dengan 63,4 juta dari 179,1 juta jiwa yang merupakan usia produktif. Lalu kalau pada kenyataannya banyak diantara mereka yang tidak tertarik, apa yang akan terjadi? Padahal selama ini koperasi sudah terbukti banyak memberikan kontribusi untuk kemajuan anggotanya. Tidak perlu menyalahkan kaum milenial bila mereka tidak tertarik dengan koperasi karena tak kenal maka ta'aruf eh tak sayang memang benar adanya.
Melihat hasil survey tentang minimnya ketertarikan kaum milenial terhadap koperasi tentu saja harus menjadi sebuah tantangan tersendiri. Bagaimana pun koperasi harus bergerak dinamis mengikuti perkembangan zaman sehingga bisa merangkul kaum milenial. Minimal harus ada upaya konkrit meminimalisir stigma buruk kaum milenial terhadap koperasi yang mungkin ada dan berkembang di kalangan milenial hingga lebih dari separuh kaum milenial tidak tertarik dengan koperasi. Suatu kondisi yang harus menjadi sebuah pertanyaan besar, mengapa kaum milenial tidak tertarik pada koperasi ?
So sepertinya untuk merangkul generasi milenial untuk tertarik kepada koperasi harus dimulai dengan mengetahui dan memahami karakteristik kaum milenial itu sendiri. Misalnya saja generasi milenial itu tidak bisa lepas dari gadget maka koperasi harus mengakomidir hal ini dengan cara menjadikan keanggotaan mereka serta segala sesuatu yang berhubungan dengan koperasi bisa terhubung melalui internet dan bisa diakses melalui smartphone mereka.
Maka buatlah aplikasi sebagai pendukungnya, Para pelaku koperasi bisa memanfaatkan jasa Sistem Digital Transaksi Indonesia (SDTI) yang merupakan salah satu perusahaan inovasi yang dikembangkan oleh PT Multi Inti Digital Bisnis (MDB). Solusi praktis untuk masalah-masalah yang terjadi pada dunia koperasi di Indonesia bisa diberikan oleh perusahaan ini. Lebih jauh tentang perusahaan ini kita bisa mengaksesnya di cooprasi.id
Kaum milineal adalah digital native sudah bersentuhan dengan teknologi dari semenjak masih dalam rahim sang ibu. Jari-jarinya sudah terbiasa dan sangat cekatan dalam mengakses sumber-sumber pengetahuan. Karena itu mereka adalah manusia-manusia kreatif yang senang bergerak bebas tidak dikekang.
Kemajuan teknologi yang semakin canggih ini yang mengakibatkan masyarakat semakin terkoneksi sebetulnya bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan koperasi agar bisa mengikuti perkembangan zaman. Dengan kecanggihan teknologi, maka dibangunlah jaring-jaring produksi, distribusi, permodalan sampai pemasaran tentu saja hal ini sangat bisa dimanfaatkan oleh koperasi sehingga bisa merangkul generasi milenial untuk bisa peduli dan percaya pada koperasi. Perkembangan teknologi akan memperluas ruang gerak koperasi yang selama ini belum memiliki jaringan konektivitas seluas perbankan.
doc pribadi |
Koperasi dan Generasi Milenial
Sejatinya kalau melihat ide dasar koperasi yaitu perekonomian sebagai usaha bersama dengan berdasarkan atas kekeluargaan sangatlah cocok untuk karakteristik generasi milenial sekarang ini. Di dalam koperasi tidak ada pertentangan antara majikan dan buruh, tidak ada level pemimpin dan pekerja. Sebuah kondisi yang cocok dengan ciri-ciri generasi milenial sekarang yang menjungjung tinggi kreatifitas, yang lebih senang jadi freelancer atau punya usaha sendiri daripada bekerja dengan diatur-atur oleh atasan.
Dengan kreativitas yang dimilikinya juga kemampuan sebagai digital native ditunjang hidup di era wikinomic dan wikisociety yang gemar berkolaborasi membuat generasi milenial bisa memanfaatkan sistem atau konsep koperasi untuk mendirikan sebuah start up. Generasi milenial dengan hobi yang dimilikinya biasa membentuk komunitas dengan yang memiliki kesamaan hobi. Sering bertemu, memiliki passion yang sama jadi semakin dekat dan selalu nyambung karena memiliki banyak kesamaan kesukaan.
Alangkah indahnya kalau kemudian kedekatan dan kebersamaan itu diikat dalam sebuah usaha bersama yang saling menguntungkan. Misalnya komunitas pendaki gunung bisa berbisnis bersama-sama menjual dan menyewakan peralatan pendaki gunung atau kemping plus perlengkapan traveling. Ruh koperasi yaitu kekeluargaan secara tidak langsung sudah diterapkan di sini.
Sesama anggota komunitas sudah begitu dekat, saling percaya, sudah semakin solid saling loyal ini bisa bertransformasi menjadi sebuah koperasi. Membuka usaha bersama dengan modal, manajemen dan hasilnya dari anggota untuk anggota. Tentu saja ini membuat efek ekonominya akan jauh lebih besar.
Bisa membeli atau menyewa peralatan traveling yang dibutuhkan dengan lebih murah, pelayanan lebih menyenangkan dan bersahabat karena sudah demikian dekat dan di akhir tahun akan mendapatkan keuntungan atas hasil usaha bersama ini.. Ini kan suatu hal yang luar biasa dan sangat milenial banget kan ya..hehe...
Tiga karakter yang dimiliki kaum mileanl yaitu connected, creative dan colaborative sejatinya adalah sebuah modal untuk mengembangkan koperasi lebih maju lagi. Semoga saja semua pihak yang terkait dengan perkoperasian memanfaatkan hal ini dan mengaplikasikannya dalam perkoperasian. Jadikan koperasi ada di gadget mereka, itu adalah cara yang tepat untuk merangkul milenial agar bisa mengenal dan kemudian akhirnya mencintai koperasi karena sejatinya kopeasi itu cocok untuk kaum milenial.
Nah teman-teman cukup sekian dulu ya, semoga tulisan Cerita Ida tentang Koperasi dan Generasi Milenial: Antara Tantangan dan Peluang ini bermanfaat ya :)
Setuju, Teh. Sudah saatnya generasi millenial akrab dengan koperasi karena ini sistem yang sesuai dengan alam sosial Indonesia. Saling meringankan dan memberdayakan lewat unit usaha yang produktif. Saya yakin dengan kecerdasan anak millenial yang familiar dengan teknologi, koperasii bakal lebih maju lagi. Semoga!
BalasHapusBanyak juga ya, unit usahanya koperasi amanah. SDTI ini menawarkan apa ya? Software, jasa konsultan atau yang lain?
BalasHapusYang saya ingat,sejak SD dulu di sekolah selalu diajarkan azas dan manfaat koperasi. Di sekolah, di masyarakat, koperasi jadi badan usaha yang menghindari riba.
BalasHapusTetapi akhir akhir ini suara dan geliat koperasi seperti menurun ya?
Memang sekarang saatnya generasi milenial mengangkat kembali kekuatan koperasi yang bisa memperkuat perekonomian rakyat dan bangsa
Sahabt kuliahku sekarang mengelola DanaProspera, salah satu koperasi digital. Ada paket invest yg murah meriah bgt, start from 100K aja! Millenials kudu invest nih
BalasHapus--bukanbocahbiasa(dot)com--
Kalau koperasi model zaman dulu, Milenial itu nglirik aja malas. Tapi setelah pakai aplikasi dan lainnya yang lebih kekinian, baru deh mereka oke
BalasHapusKoperasi memang sesuai dengan kultur masyarakat Indonesia. Tetapi, memang seperti kurang berasa gaungnya. Mungkin harus diperbaiki lagi pendekatannya, ya. Disesuaikan dengan zaman
BalasHapusSetuju Teh, cara yang tepat untuk merangkul milenial agar bisa mengenal dan kemudian akhirnya mencintai koperasi yaitu dengan cara digitalisasi sistem koperasinya.
BalasHapusaku akui sih mbak, generasi skrg nggak tertarik sama koprasi, aku pun gtu, ikut koprasi karna dirayu org kantor dengan iming2 dapat hadiah atau parcel yang bagus pas lebaran.. kenapa kurang antusias yaa hmmm.. emang harus dibarengi dengan teknologi nampaknya
BalasHapusAku baru diajakin buat jadi pengurus koperasi nih teh mudah-mudahan bisa bersinergi dibidang baru buat aku ini dan makin tertarik sama koperasi setelah baca tulisan teteh. Semoga sukses ya teh
BalasHapusDari dulu koperasi itu sangat membantu sekali lho. Zaman Mileniel ini perlu banget Koperasi dan harus dikembang juga secara digital, agar menyesuaikan perkembangan zaman :)
BalasHapusWah mbak Ida ternyata kerjaannya di bidang koperasi ya pantas tau betul seluk beluknya ya. Jadi ingat jaman sekolah ya bahas tenyang koperasi, bagus lah kalau sampai sekarang masih ada ya koperasi, aku pikir sudah gak ada. Bener banget kamu milenial banyak yang gak mengenal koperasi nih,makanya harus mulai dikenalkan.
BalasHapusWaah teh ida keren pernah jadi kepala unit simpan pinjam pastinya udah tahu seluk beluk koperasi ya, generasi milenials makin canggih aja ya karena koperasi pun bisa digital
BalasHapusSudah lama sekali tidak mendengar informasi tentang koperasi.. tulisan ini kembali mengingatkan saya tentang fungsi koperasi yang dicita citanya sang pendiri bahwa koperasi bisa menjadi cikal bakal perekonomian bangsa, apalagi kaum millenial bisa ikut berkontribusi ya mbak
BalasHapusEntah apa aku yang kudet atau gimana ya kalau koperasi aku ingetnya jaman Sekolah dulu sih taunya tapi syukurlah ya kalau sekarang koperasi lagi bebenah dan menyasar kaum milenial.
BalasHapusBener banget mba, ide kreatif anak muda jaman now itu bisa banget digunakan untuk memajukan koperasi. Kadang-kadang pemikirannya tuh out of the box loh. Hal ini kayknya yang diperlukan untuk perkembangan koperasi di masa depan.
BalasHapussetuju 1000%. milenal harus lah dekat dan akrab dengan koperasi ya mba. dan mungkin juga koperasi harus lebih inovatif dalam meng-grab para milenial, jadi makin kolaboratif.
BalasHapusDulu ikutan koperasi karena ada arisannya
BalasHapusseru sekalian nabung. Waktu SMA ada koperasi makanan yang bisa nitip jajanan
semuganya berproses ya Mba IDa
Kalau di jaman saya sekolah memang ada pelajaran yanh membahas tentang koperasi serta manfaatnya. Sampai sekarang pun sepertinya masih ada ya cuma kalau diliat generasi milenial sekarang ini kurang akrab dengan koperasi. Jadi memang perlu nih ada inovasi-inovasi terutama yang berkaitan dengan teknologi atau gadget agar generasi milenial bisa lebih mengenal dan dekat dengan koperasi.
BalasHapuspasti lebih keren ya kalau Generasi Milenial pun mau memajukan koperasi ini, seperti ide koperasi untuk para traveler yang Mbak ceritakan ini, widiihh mantap bener dah ya. Moga koperasi jadi lebih maju lagi di tangan generasi Milenial :)
BalasHapusDuh, udah lama sekali tak terdengar geliatnya koperasi ini ya. Padahal dulu jaman sekolah, koperasi cukup banyak membantu loh. Di koperasi sekolah kami diminta untuk menabung secara rutin tiap minggu. Lalu saat tahun ajaran baru, biaya pembelian buku sudah langsung ada karena tinggal diambil dari tabungan yang ada di koperasi. Senang kalau sampai hari ini perannya koperasi masih bisa dimanfaatkan masyarakat banyak
BalasHapus