Muhasabah Diri Merayakan
Tahun Baru Masehi menurut akidah merupakan suatu hal yang tidak dibenarkan. Dilihat
dari sisi empiris tidaklah relevan apabila pergantian tahun kita rayakan dengan
pesta, meniup terompet atau hura-hura di hotel-hotel. Meskipun demikian karena tradisi
itu terjadi di sekitar kita seyogyanya kita bisa mensikapi hal ini dengan
mengajak yang lain untuk bisa memanfaatkan momen ini secara bijak.
Sedikit melihat ke belakang menurut sejarah perlu diketahui bahwa penanggalan Romawi bersumber dari tradisi bangsa Romawi yang berawal dari penanggalan yang dibuat orang-orang Yunani Kuno untuk menandai kelahiran dewa matahari. Saat Kaisar Romawi memeluk agama nasrani, keyakinan penyembahan terhadap dewa matahari ditanggalkan dan menetapkan hitungan tahun pertamanya dari kelahiran Isa Al Masih.
Dalam rangka memperingati kebesaran bangsa Romawi penanggalan Masehi sampai saat ini masih menggunakan nama-nama para dewa Yunani Kuno. Enam dari dua belas nama bulan menggunakan nama-nama dewa sembahan mereka. Bulan Januari sampai dengan Juni menggunakana nama para dewa, bulan ke 7 dan 8 menggunakan nama raja mereka dan bulan 9 sampai dengan 12 menggunakan nomor urut bilangan bulan.
Urgensi Muhasabah Diri
Untuk itulah kita sebagai umat Islam tidak semestinya ikut bergegap gempita menyambut pergantian tahun baru masehi ini. Masehi adalah manives dari keyakinan agama lain sementara Islam melarang keras umatnya untuk aktif berperan serta ikut-ikutan dalam perkara yang merupakan manivestasi dari agama lain.
Karena ini sudah menjadi tradisi yang terjadi di sekitar kita, umat Islam hendaknya menggunakan pergantian tahun Masehi ini dengan cara muhasabah atau introspeksi diri. Muhasabah berarti melakukan evaluasi dan bersikap kritis terhadap diri sendiri. Mencoba mengetahui lebih dalam kelebihan serta kekurangan yang dimiliki diri kita. Kelebihan yang kita miliki hendaknya digunakan untuk menambah kebaikan. Sedangkan kekurangan yang kita miliki hendaknya dijadikan sebagai sarana untuk memperbaiki diri agar hidup menjadi lebih baik lagi.
Hendaklah kita juga mengevaluasi apa yang telah kita lakukan selama ini dan juga memersiapkan diri untuk menggapai masa depan yang lebih baik. Hal ini seperti yang sudah Allah SWT firmankan dalam surat Al Hasyr ayat 58
(59 : 18) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا
اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ
اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
"Hai orang-orang yang beriman bertawakalah kamu
sekalian kepada Allah SWT dan hendaklah setiap diri mengevaluasi kembali apa
yang telah dilakukan untuk menata hari esok. Dan bertakwalah kamu
sekalian kepada Allah SWT, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kalian
kerjakan"
Sebuah pesan dari Sahabat Nabi SAW Umar bin Khotob :
Evaluasilah...Hisablah dirimu sebelum kalian dihisab di
hadapan Allah SWT kelak...
Sebagai seorang mukmin kita harus selalu mengingat
tentang hal ini, selalu mengevaluasi diri dan keluarga hingga hari-hari akan
selalu semakin baik. Intropeksi diri sangatlah penting karena segala
sesuatunya akan diminta pertanggungjawabannya di akhirat kelak.
Intropeksi dengan merenungi tentang umur, harta,
kesempatan dan waktu yang kita miliki selama ini. Untuk apa umur dan
kesempatan yang kita dapatkan selama ini? Darimana dan untuk apa harta kita
selama ini kita gunakan. Intropeksi, mengevaluasi diri apa yang telah kita lakukan di dalam hidup yang singkat ini.
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda yang artinya:
"Barang siapa yang hari ini , tahun ini lebih baik
dari hari dan tahun yang lalu, dialah orang yang sukses, tapi siapa yang hari dan tahun ini sama dengan hari dan tahun kemarin maka dia orang yang tertipu,
dan siapa yang hari dan tahun ini lebih buruk daripada hari dan tahun kemarin
maka dialah orang yang terlaknat..."
Dalam menjalani kehidupan ini taqwa hendaknya menjadi
bekal dan perhiasan kita hingga kita akan menjadi makhluk yang mulia di sisi
Allah SWT. Dan para ulama sudah mengungkapkan bahwa setidaknya ada lima
jalan yang harus kita renungkan untuk mengawali tahun ini agar menjadi pribadi
yang terus lebih baik dan berujung pada menjadi pribadi yang
bertaqwa.
5 Jalan Menuju Taqwa
Jalan-jalan menuju ketaqwaan itu adalah:
Muhasabah : Mengevaluasi diri dan meningkatkan kualitas
diri dan hidup kita dengan cara selalu mengambil hikmah di setiap kejadian yang
terjadi dalam kehidupan kita.
Mu'ahadah : Hendaknya kita selalu mengingat perjanjian
kita dengan Allah SWT, setiap hari kita berjanji kepada Alllah SWT di dalam
shalat-shalat kita. Sesungguhnya hidupku dan matiku hanya untuk Allah
lalu juga kita sering mengatakah bahwa hanya kepada Nya lah kita beribadah dan
memohon pertolongan. Mengingat-ingat perjanjian kita hingga selalu
mengisi hidup ini sesuai dengan perjanjian kita inilah yang disebut Mu'ahadah.
Mujahadah : Mujahadah artinya bersungguh-sungguh kepada
Allah SWT. Di dalam Al Qur'an terdapat ayat tentang mujahadah ini
yaitu: Orang-orang yang sungguh (mujahadah) di jalan Kami. Kami akan
berikan hidyah kepada kalian.
Untuk meraih ketaqeaan kesungguhan tentu saja harus
dilakukan. Sungguh-sungguh menjalani hidup dan kehidupan ini hanya untuk
mencari ridla Allah SWT.
Muraqabah : Jalan selanjutnya yang harus dimiliki
untuk meraih ketakwaan adalah muraqabah yang artinya merasa diawasi oleh Allah
SWT. Jadi dalam hidup ini kita harus selalu ingat bahwa setiap langkah
kita, bahkan apa yang kita pikirkan apa yang ada dalam batin kita yang tidak
terungkap selalu diketahui dan diawasi oleh Allah SWT.
Mu'aqobah : Yang dimaksud dengan mu'aqobah adalah
memberi sanksi kepada diri kita manakala kita telah melakukan sebuah
kekhilafan. Memberi sanksi dengan sanksi yang diridlai oleh Allah SWT, dengan amalan yang dicintai oleh Allah SWT.
Memasuki awal tahun 2020 Masehi ini marilah ber Muhasabah Diri agar kita bisa terus
berusaha lebih baik untuk selalu hidup dan berjalan di atas titahNya. Melaksanakan kelima jalan menuju ketakwaan ini dengan sungguh-sungguh maka kita akan menjadi hamba yang
bertakwa kepada Allah SWT.
Terima kasih untuk sharingnya mbak. Perlu banget baca postingan2 begini biar balance. Nggak hanya BW post2 tentang lifestyle
BalasHapusMu'aqobah. Saya baru tahu ini.
BalasHapusJadi kita diperbolehkan menghukum diri kita kala melakukan maksiat. Begitukah?
Wah, sungguh cetek banget ilmu agama saya.
Terima kasih sudah berbagi.
Menghukum dengan amalan lagi mba...misalnya ekstrimnya nih sahabat Umar bi Khotob menginfaqkan kebun kurmanya krn kebun kurma itu telah melalaikannya sehingga terlambat shalat berjamah di masjid :)
Hapusiya mba, aku kalau tahun baru tuh suka kepikiran, ya alloh tahun udah ganti lagi aja, setahun tuh kilat rasanya, tapi amal kayaknya masih gini2 aja, dan memang mikirin gimana caranya bs hdup lebih baik d tahun baru
BalasHapusKalau buat saya pribadi, sejak lama memang tak ikut dengan peringatan tahun baru. Karena berpikir manfaatnya sebenarnya apa saja sudah bisa dijawab. Muhasabah diri, alias introspeksi diri memang yangpaling urgent dilakukan ya, Mbak Ida.
BalasHapusGak cuman di tahun baru sih menurut saya harus intropeksi. Setiap hari pun harus terus intropeksi, bagaimana kita hanya seorang manusia yg tak luput dari salah dan dosa. Mengenai penting atau tidak penting mengenai tahun baru, saya rasa lebih penting untuk bijak menyadari akan perbedaan thp semuanya. Kalau soal akidah, itu urusan masing-masing. Tetapi ilmu agama gak akan pernah satu dengan ilmu pengetahuan. Ada yg pro ada yg kontra. Namanya juga hidup, banyak nano2
BalasHapusMasyaallah teh, ini diingetin lagi. Makasih ya teh. Sering lupa tentang 5 M ini, padahal penting dan basic sekali dlm hidup
BalasHapusSemoga kita semua menjadi orang yang lebih baik ya, teh. Amin :)
BalasHapusAda 5 jalan takwa. Tetapi, kadang-kadang menjalani 1 aja sungguh banyak godaan, ya. Semoga saja kita semua mau terus berusaha. Terima kasih sudah mengingatkan
BalasHapusBarakallahu fiik, teteh..
BalasHapusSemoha kita semua senantiasa menjadi pribadi yang disayangi Allah karena selalu ingat kesalahan dan memperbaiki dengan bertaubat sebaik-baik taubat.
Lima jalan menuju taqwa kelihatannya mudah tapi sesungguhnya sulit loh. Terutama mu aqobah, itu saya loh
BalasHapusDuh, aku jadi merenung. Sering banget sebenernya bermuhasabah diri. Dan pasti, tiap sedang bermuhasabah diri, sedih dan nangis sejadi-jadinya. Tapinya, nanti-nantinya, pasti deh ngelakuin hal yang sama lagi. :(
BalasHapusNoted, lima jalan menuju ketakwaannya. Selama ini baru familiar dengan muhasabah diri aja, Teh
BalasHapusTerima kasih banyak sudah mengingatkan.
alhamdulillah, terima kasih untuk tulisan yang menginspirasi ini. jadi diingatkan kembali.
BalasHapusBarokallah terimakasih mba Ida selalu mengingatkan kebaikan
BalasHapusmari bersama musahabah diri, aku juga penuh dengan kekhilafan ini
Bener banget teh terkadang jarang banget muhasabah diri. Tau tau udah awal tahun lagi dan banyak yang belum tercapai target kebaikan dari tahun sebelumnya. Makasih sharingnya teh
BalasHapusMuhasabah seharusnya dilakukan setiap hari terutama sebelum tidur. Mereview tindakan yang kita lakukan setelah seharian beraktivitas. Bersyukur dan beristigfar mohon ampun kepada Allah atas apa yang telah dilakukan selama hari itu.
BalasHapus