Hidup Jujur, Jalani Hidup Apa Adanya Membaca kisah hidup seorang selegram saya menjadi semakin yakin untuk jalani hidup apa adanya saja, jadi diri sendiri, hidup tanpa syarat ketentuan orang lain. Terus fokus berkarya tanpa kepura-puraan, tanpa modus, tanpa follower palsu, tanpa basa-basi. Hidup dan mati kita serta rejeki kita semua sudah diatur Allah SWT, jadi apa yang harus kita takutkan?
"Aku engga mau lagi...aku capek, aku tinggalin semuanya, hidup penuh kepalsuan buat apa.. Itu bukan diriku, semua yang meng create, semua sudah diatur oleh manajemen aku " Demikian pengakuan seorang selegram yang sudah taubat dan meninggalkan kehidupan penuh kepalsuan yang selama ini dijalaninya.
Selegram itu menambahkan bahwa selama hidup yang diatur itu, hatinya selalu berontak. Ia ingin berteriak dan memberi tahukan kepada semua orang bahwa yang selama ini tampil di publik adalah bukan dirinya yang sebenarnya. Sosok selegram ini adalah sebuah contoh betapa tidak enaknya hidup dalam kepalsuan.
Namun sebetulnya hidup penuh kepalsuan sudah mulai marak di era digital ini. Tidak dapat dipungkiri kehadiran media sosial menjadi sebuah panggung maya untuk sejumlah orang menampilkan aktivitas dan kehidupan mereka kepada khalayak.
Kebahagiaan dan kesuksesan itulah hal yang sering kita lihat baik berbentuk foto atau status di media sosial. Tapi betulkah memang kenyataannya seperti itu? Dalam sebuah survei pernah terungkap bahwa banyak pemilik akun Facebook mengaku mereka menampilkan kehidupan yang penuh kebohongan di facebook.
Tujuan mereka melakukan kebohongan itu supaya orang lain mengakui dan merasa cemburu dengan pencapaian mereka. Happines Research Institute mengungkapkan "Media sosial adalah media yang tanpa henti mengalirkan informasi soal kehidupan hasil editan. Alhasil persepsi kita pada kehidupan terdistorsi".
Ya penampilan di media sosial biasanya merupakan hasil editan, merekayasa yang asli agar terlihat lebih menarik dan mengundang decak kagum. Rasa kagum orang lain inilah yang terus dikejar hingga hidup menjadi penuh tekanan karena ingin selalu terlihat bagus.
Hidup kita menjadi diatur oleh target mendapat like yang banyak, target kita adalah kekaguman orang lain pada diri kita, pada hidup kita. Lama-lama kita semakin terobsesi dan hidup di bawah bayang-bayang target penilaian manusia. Hidup terus dimanipulasi untuk meningkatkan pamor di mata manusia.
Yang terjadi akhirnya kepalsuan yang satu menghasilkan kepalsuan yang lainnya, dan akan terus seperti itu. Capek jadinya, kita pun sampai pada titik dimana diri kita menjadi orang lain, bukan diri kita yang sebenarnya.
Tidak hanya di sosial media, akhir-akhir ini kita pun sering disuguhkan oleh hal-hal yang palsu dalam kehidupan kita. Mulai dari informasi palsu atau hoaks yang semakin banyak tersebar dan tak terkendali sampai ijazah, gelar bahkan semua bidang kehidupan ini tak lepas dari kepalsuan-kepalsuan itu.
Termasuk bidang perpolitikan, dimana kita melihat janji-janji palsu dengan mudah diucapkan. Kebohongan demi kebohongan ringan dilakukan, spanduk dan foto editan demi membentuk citra sesuai dengan keinginan atau harapan publik agar tertarik dan menjadi simpati.
Usaha ini kadang dilakukan untuk membungkus diri bahkan terkadang untuk menutupi sesuatu yang buruk. Mencitrakan diri dengan gambaran yang disukai publik meski value atau nilai yang diberikan cenderung buruk. Hal ini sudah diprediksi oleh Rasulullah SAW dalam sebuah sabdanya,
Sesungguhnya akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh tipu daya. Para pendusta dipercaya sedangkan orang jujur dianggap berdusta. Pengkhianat diberi amanah sedangkan orang amanat dituduh khianat. Dan pada saat itu Ruwaibidhah mulai angkat bicara"
Lalu ada yang bertanya kepada Rasulullah, apakah itu Ruwaibidhah ? Orang dungu yang berbicara tentang urusan orang banyak (umat). HR Ahmad.
Menjaga karakter baik di masa seperti ini memang tidak mudah jadinya. Hidup di dunia yang menghalalkan segala cara tentu akan memberikan dampak psikis kepada kita terlebih lagi kalau keimanan kita tidak kuat. Larut dan terhanyut di dunia penuh sandiwara tentu harus berusaha kita hindari.
Apa yang harus kita lakukan di masa seperti ini? Untuk itu saya pribadi berusaha untuk tidak terbawa arus hidup dalam kepalsuan dengan memulai dari hal-hal yang kecil, mulai dari diri sendiri dan mulai saat ini juga. Ini penting kalau kita tidak ingin ikut larut dalam hidup penuh kepalsuan.
Sebagai blogger yang juga mikro influencer kadang tergoda untuk membeli follower IG atau nge bot like supaya like nya banyak. Tapi saya berpikir apa bedanya dengan mereka yang hidup dalam kepalsuan kalau sama-sama melakukan 'tipu-tipu' seperti itu?
Belajar jujur mulai dari diri sendiri, meski pertarungan antara potensi baik dan buruk itu selalu ada tapi harus selalu belajar untuk memenangkan pertarungan itu. Tidak boleh hidup dengan menginginkan hasil yang instant tapi harus dari perjuangan diri kita. Maka nikmat hasil yang kita capai akan lebih jauh terasa dan barokah.
Berbicara tentang kejujuran dan hidup apa adanya ini saya jadi teringat dengan campaign terbaru IM3 Ooredoo. Senang rasanya di saat masa penuh kepalsuan ini ada yang masih mau kembali hidup jujur. Mengajak generasi muda untuk berani hidup menjalani hidup apa adanya dalam arti positif, menjadi diri sendiri. Berkarya dan berkspresi tanpa kepura-puraan.
Yuk kita lihat video nya di bawah ini...
Kabar baik nih teman-teman, IM3 Ooredoo kini tampil sebagai brand telekomunikasi yang mengusung value simple #TanpaSyaratKetentuan. Melengkapi campaign ini, IM3 Ooredoo menghadirkan lini produk telekomunikasi yang bebas syarat ketentuan seperti Freedom Internet.
Dengan Freedom internet ini enggak akan ada lagi ingin internetan tapi kuota tidak bisa dipakai karena hanya bisa digunakan malam hari. Tidak ada lagi saat asyik internetan tiba-tiba pulsa terpotong dan tidak ada lagi kuota lokal yang hanya bisa digunakan di area tertentu saja. Semua jadi simple banget.
Nah teman-teman semoga tulisan Cerita Ida tentang Hidup Jujur, Jalani Apa Adanya ini bermanfaat ya...
Mantap Ceu....
BalasHapusJust Be Your Self yah...
Mantaps
BalasHapusJalani hidup dengan jujur, ini saya setuju banget. Jangan ada kepalsuan. Soalnya bener banget, kalau pura-pura biasanya kurang bahagia. Beda sama yang jujur apa adanya. Saya juga pakai provider m3 dan Freedom internet. Cocok pakai ini.
BalasHapusAku kalau share di sosial media memang yang bagus-bagus saja. Yang sedih gak share. Tapi bukan berarti bohong ya. Tetap jalani hidup yang apa adanya, gak pakai gayaan wah kalau memang gak ada
BalasHapusSama, Mbak.. Aku juga kalau share di media sosial seringnya yang senan-senang saja, toh bukan senang yang dibuat-buat. Tapi pernah share yang sedih juga, sih. Tergantung mood ^^"
HapusIntinya hidup apa adanya saja ya, Mbak. Senang ataupun susah asal tetap jadi diri sendiri akan lebih bebas..
Sekarang apa2 demi konten ya mba... biar keliatan lebih wow di socmed, rela jadi orang lain, berpura-pura dengan berbagai cara. Ga lelah apa ya? Mending apa adanya aja lah kaya im3, hidup tenang, no tipu2.
BalasHapusHuhuu...iya.
HapusDikit-dikit konten dan jadi berasa maksa.Aku sekarang stop nonton atau baca yang gak alami. Emm, berasa hidup dalam drama.
MasyaAllah, jazakillah teh
BalasHapusPastinya lelah kalau hidup penuh pura-pura yah Teeeh,
BalasHapusMendingan jujur jadi diri sendiri aja, biar lebih tentram dan tenang hidup kita hehe
Capek banget ya kalau harus pura2 terus. Mungkin dl waktu remaja masih ada peer pressure, jadi aku sering ikut2an dan gak jadi diri sendiri. Sekarang mah udah lebih matang, jadi lebih nyaman hidup apa adanya
BalasHapusJujur dengan diri sendiri ya mbak. Karena kejujuran itu yang menginspirasi
BalasHapusHidup memang pilihan ya teh Ìda
BalasHapusKalo mau jadi selebgram, ada konsekuensinya
Untung kita memilih yang biasa aja ya? 😁😁😁
Sangat inspiratif dan motivasi kita untuk selalu bersyukur ya karena hidup ini dunia ini penuh godaan maka untuk kita jujur dan real
BalasHapusSemoga kita tergolong orang2 yang selalu jujur termasuk di media sosial ya kak... menggunakan medsos utk hal positif juga..
BalasHapuskarena banyak.kepalsuan jd kudu atur terus biar citranya oke terus yaaa. ah capek. enak hidup aoa adanya ajah santaaaai beb
BalasHapusAku percaya banyak manfaat yang bisa dipetik kalau menjadikan jujur jadi bagian dari gaya hidup.
BalasHapusMisalnya:
- mendapatkan kepercayaan orang lain
- hidup pun terasa lebih damai dan bahagia
- lebih percaya diri
- punya banyak teman, terhindar dari hal yang merugikan dan tentu saja,
- berpahala serta terbuka kesempatan untuk makbulnya doa
Insya Allah.
Merinding baca tulisan teh Ida.
BalasHapusSungguh zaman sekarang ini zaman penuh fitnah. Semua orang ingin tampil bahkan yang tidak memiliki ilmunya sekalipun.
Semoga terhindar dari perbuatan yang sia-sia dan gak bermanfaat, penuh kepalsuan.
Jadi diri sendiri yang apa adanya, jauh lebih beberkah yaa, teh.
Saya liatnya capek teh kalau hidup penuh kepalsuan sepertinya otak mesti bekerja terus ya buat mikir besok mesti gimana hehe
BalasHapusHidup apa adanya aja deh biar nyaman
Bagian Ruwaibidhah ini sekarang bertebaran di mana - mana. Yang memprihatinkan followernya juga banyaak..
BalasHapussaya mah nggak mau hidup seperti itu, soalnya dijamin pusing dan capek banget soalnya deg2an takut ketauan terus bawaannya :)
BalasHapusMakin leluasa untuk internetan nih ya mba dengan freedom internet dari IM3 Ooredoo ini. Kita bisa terus berkarya tanpa kepalsuan dengan dukungan penuh dari sinyal yang bersahabat dan kuota yang lancar.
BalasHapusWah siapa tuh selebgramnya jadi kepo saya, setuju bgt dengan pendapatnya mba mendingan jujur pada diri sendiri termasuk di media sosial jangan takut gak punya teman walaupun hanya di dunia maya
BalasHapusCari kuota internet yang jujur itu harus kalau banyak syaratnya sama aja bohong ya. Hidup juga harus jujur walaupun misalnya sosial media dibikin sebagus mungkin tapi jangan penuh kebohongan
BalasHapusSatu kebohongan akan berlanjut ke kebohongan lain. Demikian pula pencitraan, maka akan menuntut kesempurnaan tak terbatas. Aih, capee deeh.. hehe
BalasHapusmemang mesti banget jadi diri sendiri, kalau ngikut-ngikut orang itu ga nyaman sih rasanya. apalagi kalau pura2
BalasHapusSuka sedih kalo ngeliat seseorang yang bukan dirinya. Tapi kadang, saya juga ngeliat mereka begitu tampak percaya diri.
BalasHapusSetuju, hidup dalam kepalsuan memang gak enak. Bakalan capek hidup pura-pura. Lebih baik hidup apa adanya.
BalasHapussetuju banget nih teh, yang namaya hidup itu penting buat apa adanya tanpa ada kepura puraan yaaa, biar happy juga hihih
BalasHapusDemi pencitraan ya kadang melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hati nurani. Untung saja si selebgram itu mulai menyadari kekeliruannya.
BalasHapusHidup tidak jujur akan membawa ke tidak nyamanan bahkan sama dirinya sendiri. Jadi diri sendiri jangan sok selebgram, semua demi pencitraan
BalasHapuscerita artis teh banyak kepalsuan hehehe makanya males nonton TV. setuju teh lebih baik jujur apa adanya aja menjalani kehidupan
BalasHapusHehe iya ya penuh ke palsuan dan lebih baik apa adanya ga ada tekanan gitu dan mungkin jadi lebih bahagia.
BalasHapusSoal selebgram itu dulu pernah nonton FTV bule gtu, jd dia nganggap medsos itu kerjaan aja dan gak real. Dalam kehidupan realnya dia B aja, temenan jg ma semua org.
BalasHapusKalau soal pencitraan gtu di medsos, ini imho, menurutku tergantung konteksnya, kdng kudu jaga image brand juga kalau pas ngebuzzer nah kalau dalam kehidupan nyata kudu humble, eh itu yg menjadikan medsos sbg mata pencaharian hehe
jangan nyiptain kepalsuan deh ya, karena nanti akan ada kepalsuan kepalsuan yang lain
BalasHapusJalani hidup apa adanya jadi terngiang ngiang di kepalaku nih mba hehehe. Iyap, jadi diri sendiri kalau gak pengen capek
BalasHapushidup simpel tuh da best deh mba. Capeeek kalau harus bohong - bohong dan tipu - tipu..belum disanya hehehe
BalasHapusnah setuju aku mam,
BalasHapuskok yo bener banget mba, aku juga pernah baca kisah selebgram itu. kadang ya sekilas kelihatannya bahagia, indah gitu tapi aslinya nggak ya. bismillah moga aku bisa jalani hidup apa adanya ya mba, TFS mba
BalasHapusAduh capek ya mbak kalo hidup penuh kepalsuan. Udah jalani aja apa adanya biar hidup lebih hepi. Mau ketawa lebar monggo dagh. Bahagia kita yang ciptakan
BalasHapus