New Normal dan Euforia Masyarakat Setelah ter lockdown selama lebih dari 3 bulan masyarakat sepertinya mengalami euforia..Demikian status yang saya tulis di sebuah akun komunitas ketahanan keluarga yang saya pegang. Tulisan ini wujud dari keprihatinan saya terhadap kondisi yang ada di Cimahi. Suatu waktu di hari Minggu saya ada perlu ke rumah ibu di Kopo, dan saat di perjalanan melihat kondisi keramaian yang luar biasa di sebuah pasar kaget di jalanan yang kami lewati.
Dibukanya PSBB di Jawa Barat seolah membuat masyarakat merasa 'merdeka'. Padahal era new normal bukan berarti pandemi sudah usai.
Turunnya status Cimahi dari zona biru ke kuning seharusnya jadi warning. Ditemukannya kasus2 baru seperti 3 orang positif korona di Pasar Stasiun Cimindi dan 3 orang pegawai di lingkungan RS Cibabat seharusnya membuat kita lebih waspada, virus korona masih ada di sekitar kita..
Tetap usahakan hanya keluar rumah jika perlu, selalu memakai masker bila keluar rumah, jaga jarak, hindari kerumunan, rajin cuci tangan di air yg mengalir dan selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Pasar kaget kembali dibuka, orang-orang bukan hanya berkerumun tapi berdesak-desakan berbelanja. Bahkan banyak yang membawa anak-anak untuk diajak hiburan murah seperti naik odong-odong atau naik kereta-kereta an. Sebagian besar dari mereka tidak menggunakan masker... huhu...
Sepertinya masyarakat memang betul-betul butuh piknik, setelah empat bulan lebih tidak bisa bebas keluar rumah. Tapi banyak yang lupa bahwa pandemi belumlah usai, kurva covid-19 belumlah melandai, bahkan masih meninggi.
WHO, Organisasi Kesehatan Dunia sebelumnya sudah memberi warning bahwa saat ini secara global kita berada di pertengahan gelombang pertama. Penyebaran virus corona belum memasuki gelombang kedua (second wave outbreak).
Seperti yang kita ketahui virus corona menyukai kerumunan. Virus ini mudah menyebar saat terjadi peningkatan interaksi dan kontak antar manusia. Tapi setelah dimulainya new normal banyak diantara kita yang menjadi abai tentang ini.
New Normal memang bukan seperti dulu lagi, kita tidak bisa bebas melakukan apa saja. Diberlakukan new normal hanya semata pertimbangan perekonomian Indonesia yang semakin kolaps. Kita tidak mampu lagi memperpanjang PSBB terlebih lockdown.
Pada saat new normal ini memang ada aktivitas yang sudah diperbolehkan lagi tetapi tetap harus mengikuti protokol kesehatan selama vaksin dan obat penawar virus corona belum tersedia. Tapi dalam kenyataannya ternyata masyarakat kebanyakan seperti merasa sudah bebas. Kenaikan intensitas interaksi di masyarakat ini tentu saja membuat virus corona mudah menjalar.
Ramainya pasar kaget di berbagai tempat saat kembali dibuka, tempat wisata yang kembali mulai penuh, kafe-kafe kembali mulai jadi ajang tempat nongkrong serta kembalinya kemacetan di jalan-jalan adalah realita kondisi new normal yang ada di masyarakat.
Sampai ada anekdot yang tidak lucu yang sering didengar bahwa wabah corona hanya ada di berita. Sepertinya memang wajar kalau saya membuat judul tulisan ini New Normal dan Euforia Masyarakat.
Apa yang harus kita lakukan? Sebetulnya saya pernah menulis tentang Tips Menghadapi New Normal di blog Cerita Ida ini. Teman-teman semua bisa membacanya di sini. Secara umum tips ini menggambarkan keharusan kita untuk selalu waspada dan berhati-hati di dalam menjalani kehidupan di era new normal.
Tetap melakukan protokol kesehatan seperti memakai masker saat keluar rumah, sering mencuci tangan di air yang mengalir, jaga jarak, usahakan keluar rumah jika perlu saja. Selain itu upayakan selalu menjaga imunitas tubuh kita dengan rajin berolah raga, makan dan minum yang sehat dan bernutrisi tinggal dan tetap selalu bahagia.
Terkait tentang kiat berbahagia di saat pandemi saya sudah menulisnya di sini
Semoga tulisan tentang New Normal dan Euforia Masyarakat ini bermanfaat ya teman-teman Cerita Ida. Mengingatkan kita semua untuk selalu hati-hati dalam menghadapi era normal ini.
Udah mulaibanyak yg gak pakai masker juga nih mbak, walaupun ada yg ledekin aku tetap aja pakai ah buat jaga2
BalasHapusNamanya aja new ya berarti ga sama dong dengan kenormalan sebelumnya. Semoga masyarakat makin meningkat kesadarannya, ya.
BalasHapusSemoga kesadaran semua orang makin meningkat ya mbaaa, biar pandemi segera berlalu juga.... Semangaaaattt!!!
BalasHapusBanyak yang salah kaprah emang kak karna dibilang normal jadinya kirain udah balik semua kaya semula, padahal mah artinya kebiasaan baru yah kak. Duh semoga deh masyarakat makin aware dan peduli ya kak
BalasHapusSantuy nya masyarakat saat ini...bikin geleng-geleng.
BalasHapusTapi tetap mengedukasi melalui tulisan di blog begini yaa, teh...semoga menginspirasi banyak orang yang sudah mulai merasa "Kembali Normal."
Di Lombok sini gitu, udah berasa biasa aja. Gak pakai masker, dempetdempetan, hiks...padahal kasus setiap hari terus melonjak. Miris euy :(
BalasHapusKemarin sepanjang perjalanan dari Jakarta ke Ciawi dekat Bogor, akunya deg-degan. Banyak banget lho masyarakat yang seolah tak peduli. Tak menjalankan protokol kesehatan, juga gak pakai masker. Sedih lihatnya. Berharap pandemi ini segera berlalu padahal
BalasHapus