Mencegah Pikun Sejak Dini Hari Minggu 20 September 2020 kemarin saya sengaja menyediakan waktu untuk sebuah acara webinar yang menurut saya begitu penting. Seminar Kesehatan dalam rangka Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia ini begitu menggoda untuk saya simak secara serius.
Mencegah Pikun Sejak Dini
Saya jadi teringat dengan firman Allah SWT di dalam Al Qur'an
"Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa" (QS. An Nahl 70)
Saya sempat tergelitik dengan ayat ini karena ternyata di ayat tersebut disebutkan 'ada', yang artinya tidak semua orang akan pikun, jadi kepikiran bagaimana untuk mencegah pikun ya? Dan melalui seminar ini saya mendapatkan jawabannya. Karena ternyata dalam seminar ini terungkap bahwa kita bisa mencegah pikun sejak dini, pikun adalah penyakit yang bisa dideteksi sejak dari awal.
Seminar Kesehatan: Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia ini memang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar bisa mendeteksi sejak dini tentang pikun ini sehingga pikun bisa diatasi, hingga kita bisa mencegah pikun sejak dini.
Seminar Kesehatan yang dikemas dalam bentuk webinar ini terselenggara berkat kerjasama PT Eisai Indonesia dengan Perdossi (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia). Kabar gembiranya PT Eisai ini telah meluncurkan sebuah aplikasi yang bernama EMS (E-Memory Screening). Aplikasi ini bisa mendeteksi sejak dini kepikunan dan gejalanya.
PT Esai Indonesia sendiri merupakan sebuah perusahaan yang merupakan anak perusahaan farmasi Eisai Co. Ltd berbasis human health care (hhc) yang berkantor pusat di Tokyo. Eisai ini bergerak dalam bisnis yang memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan di seluruh dunia yang bertujuan memberikan kontribusi yang berarti dalam sistem perawatan kesehatan,
Acara yang dibantu MC Yockie Dheafithraza ini dibuka dengan sambutan dari Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) PERDOSSI Dr. Dr Dodik Tugasworo P Sp S (K). Kemudian acara dilanjutkan dengan penjelasan Aplikasi EMS dari dr Purkovisa Prawiroharjo Sp.S (K).
Mencegah Pikun Sejak Dini dengan Aplikasi EMS
Dalam paparan dr Purkovisa terungkap bahwa teknologi informasi dapat menjadi solusi penanggulangan Demensia di Indonesia. Hal ini mengingat bahwa masyarakat Indonesia melek dan aktif menggunakan gadget.
Informasi yang dikelola dengan baik melalui IT dapat mengubah paradigma masyarakat. Dimana saat ini terdapat pemahaman yang keliru di masyarakat tentang penyakit pikun ini. Menganggap enteng bahkan menganggap itu normal terjadi.
Lahir EMS ini dikarenakan masyarakat membutuhkan edukasi terpercaya dari ahli, mencegah pikun seajak dini berbasis gadget dan direktori rujukan terpercaya. Aplikasi yang memiliki jargon Sahabat Kesehatan Otak Keluarga ini merupakan aplikasi yang memiliki kelebihan satu akun bisa digunakan banyak user sekaligus.
Aplikasi ini bisa mencegah pikun sejak dini karena dapat mendeteksi tingkat kepikunan seseorang, tapi ingat ini bukan alat diagnosa jadi bila terdeteksi sejak dini pengguna sebaiknya segera ke dokter ahli syaraf. O ya aplikasi ini sudah bisa di download di playstore dengan nama EMS Sahabat, namun nanti akan berganti nama menjadi Obati Pikun.
Fitur yang dimiliki oleh aplikasi EMS ini memiliki tiga point penting yaitu: Edukasi informasi tentang Demensia Alzheimer, Task Screening, direktori dokter ahli terdekat dengan lokasi kita. Pengalaman menggunakan aplikasi ini sih gampang, saya bisa menggunakannya saat webinar kemarin.
Jadi memang kelebihannya selain satu akun bisa dipakai untuk banyak user, ternyata aplikasi EMS ini user friendly, banyak artikel terkait yang bermanfaat yang bisa kita akses dan direktori dokter ahli terdekat dengan kita berada. Hasil akhirnya akan keluar skor atau nilai dimana kalau kita mendapat nilai 2 ke atas akan ada rekomendasi untuk segera periksa ke dokter terdekat.
Saat menyaksikan webinar |
Mencegah Pikut Sejak Dini: Apa Itu Pikun, Gejala dan Pengobatannya.
Selanjutnya seminar dilanjutkan dengan pemaparan #ObatiPikun dengan Mengenal Gejalanya yang dijelaskan oleh dr. Sri Budhi Rianawati, Sp S (K) yang dimoderatori oleh Dr.dr Rocsky Fransiska VS,SP S. Pada kesempatan ini dokter Sri membahas tentang Apa itu Pikun, Gejala Pikun dan Mengobati Pikun.
Menurut pemaparan dokter Sri adalah menurunnya kemampuan berpikir pada otak seseorang. Dalam dunia medis pikun ini beresiko menjadi penyakit yang disebut Demensia. Definisi dari demensia itu adalah penurunan fungsi otak seperti menurunnya daya ingat dan kecepatan berpikir serta berperilaku.
Pada saat ini sudah tercatat lebih dari 50 juta orang terkena dimensia. Patut diperhatikan pikun ini terkadang tidak hanya dimiliki orang yang sudah lanjut usia saja sebab pada usia produktif pun ternyata banyak yang menderita demensia alzheimer.
Pikun beda dengan pelupa, kalau pelupa itu karena gangguan pemusatan perhatian sementara, sedangkan pikun lebih pada fungsi kognitif yang menurun yang disertai gangguan aktivitas keseharian. Misalnya saja kalau pelupa itu lupa nama seseorang yang jarang ketemu, sedangkan pada pikun lupa dengan nama orang yang ditemui tiap hari.
Gejala pikun pada seseorang biasanya berupa sering lupa, sering bingung menarik diri dari pergaulan, perubahan perilaku seperti tiba-tiba suka marah, histeris, sulit melakukan pekerjaan, sulit memahami kondisi, sulit fokus, gangguan komunikasi (sulit berbicara), disorientasi (bingung waktu, hari dan tanggal, tidak tahu jalan pulang).
Apa obat pikun? Seperti di ayat al qur'an di atas ternyata tidak semua orang lanjut usia terkena penyakit pikun ini. Orang yang tidak terkena pikun ini adalah orang yang berusaha mencegah pikun sejak dini hingga bisa meringankan gejala yang timbul. Hal ini dapat memperlambat datangnya penyakit pikun ini.
Gaya hidup sehat serta melakukan rajin melakukan aktivitas membaca, terutama membaca ayat suci al qur'an untuk umat Islam terlebih menghapalnya, mendengarkan musik, mengosumsi coklat, olah raga fisik maupun otak seperti catur, mengisi TTS dan lainnya. Menjaga kenangan indah keluarga dengan menjaga kesehatan otak ini pun akan mencegah terjadi kepikunan.
Sessi terakhir ada dokter Junita Maja Pertiwi dari Kelompok Studi Neurobehaviour Perdossi memberikan materi tentang demensia di masa pandemi covid-19. Beliau memaparkan tentang dampak pandemi covid-19 pada ODD (Orang dengan Demensia) serta strategi dan tips hidup dengan ODD di masa pandemi Covid-19 ini.
Alhamdulillah banyak sekali ilmu yang didapat dengan mengikuti webinar ini. Mudah-mudahan dengan menulis tentang Mencegah Pikun Sejak Dini di Cerita Ida ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua.
Saya pernah punya tetangga usia lanjut yg pikun. Pernah beliau malam-malam antri di depan bank. Pas ditanya mau apa, dijawab mau ambil uang. Untung banknya dekat rumah. Jd diantar pulang sm satpam.
BalasHapusBeliau tinggal sendirian. Kasihan. Akhirnya dibawa saudaranya tinggal bersama. Beliau jg tdk punya anak soalnya.
Wah baru tahu mengonsumsi coklat bisa mengatasi kepikunan juga mba. Apakah karena kandungan yang ada di dalamnya ya?
BalasHapusKalau kata suamiku jangan tidur abis subuh, nanti gampang pikun. Itu kata-kata yang selalu keinget bagian dari resep sehat Rosulullah juga.
BalasHapusTerus terang daku juga masuk golongan yg gampang pelupa pake banget, Mba.
BalasHapusTertohok dah, ketika ikutan acara ini.
Bismillah, semogaaaaa daku dan kita semua bisa #ObatiPikun 😀
Beberapa tahun lalu, seorang teman menyatakan kekagumannya ketika melihat ibu kami yg waktu itu telah masuk usia 80, masih lincah main game tetris di komputer..hehe.. Memang kami berupaya mencegah kepikunan dg memfasilitasi beliau mengisi TTS, membaca majalah dsn juga main game, hehe..
BalasHapusSemoga kita semua bisa terhindar dari penyakit pikun. Saya takut kalau sampai pikun.
BalasHapusbaru tahu kalau coklat bisa mengatasi pikun juga, tapi di usia tua sebaiknya jangan terlalu banyak konsumsi gula kan ya?
BalasHapusAku baru tau ternyata cokelat baik untuk mencegah pikun mungkin karena memang bagus untuk otak ya, kan katanya jg bisa meredam emosi tuh btw semoga kita semua terhindar dari pikun ya
BalasHapusMengetahui pikun sejak dini itu sangat penting ya, teh. Jadi belajar banyak tentang pikun sejak dini dari tulisan ini
BalasHapusHuhuuu, semoga kita dapat mengenali tanda2 gejala pikun ya Teh, biar bisa diatasi dari awal. Semoga juga ga pikun nanti kelaaak hihii..
BalasHapusSaya jadi mikir, Mbak
BalasHapus... pengen sehat terus, termasuk tidak pikun biar bisa beramal baik terus dan gak ngerepotin anak-anak.
Aku baru paham pikun dan pelupa itu berbeda. Aku pikir ya sama aja. Terimakasih informasinya mba. Bener bener aku baru paham deh
BalasHapusSaya ikut webinarnya juga nih, terus langsung terpana pas dijelaskan gimana bagusnya kalau kita makan cokelat. Hahahah..soalnya saya tuh suka cokelat, jadi gak merasa bersalah karena doyan cokelat..soalnya kan baik untuk fungsi kerja otak :)
BalasHapusYa ampun banayak juga ya yang usia produktif kena dimensia juga. Tedus penderita dimensia lanjut usia juga sampai 50 jt gitu. Btw jadi pengen tau nih kerja aplikasi deteksi dini ini.
BalasHapusAku juga ikutan menimba ilmu di webinar ini lho mbak, ternyata pikun tuh bukan untuk orang tua aja ya dan bisa dideteksi sejak awal. Salah satunya deteksi awal pake aplikasi ems
BalasHapusAku baru tau kalau pikun dan pelupa itu beda, sejak dini jangan gampang depresi ya biar nggak gampang pikun juga
BalasHapusObatnya kembali lagi ke Al-Qur'an yaa...teh.
BalasHapusAku suka banget sama tulisan teteh...adeemm.
Semoga Allah melindungi keluarga kita selalu dari berbagai penyakit yang menyulitkan orang lain.
iyah, teh Ida, kadang aku pelupa suka takut juga sama penyakit pikun, mesti dideteksi dan dicegah sejak dini ya
BalasHapusSalah satu yang paling menyenangkan masa pandemi banyak webinar yang bisa kita pelajari untuk nambah ilmu dan pengetahuan ya Mba. Pikun emang nggak bisa dihindari, tapi kita bisa meminimalisinya.
BalasHapusPikun bisa dicegah ya mba dengan terus mengaktifkan daya ingat dan rajin berolahraga. Kalau aku nih mba pelupa banget, harus mulai melatih konsentrasi dan daya ingat deh.
BalasHapus