Manajemen Keuangan Keluarga di Masa Pandemi Tidak bisa dipungkiri banyak yang terimbas oleh pandemi yang saat ini terjadi. Terlebih lagi penanganan di negara kita memang banyak hal yang mengecewakan sehingga kita sampai di lockdown lebih dari 50 negara. Mungkin karena banyak pertimbangan ekonomi di negara kita yang memang pondasinya tidak kuat, sehingga penanganannya terkesan plin plan dan penuh keraguan.
Beberapa hari ini bertemu dengan beberapa kasus teman-teman yang terimbas secara langsung oleh pandemi ini. Ada suaminya yang di PHK, ada yang usahanya gulung tikar hingga harus diakuisisi, ada juga pedagang grosiran yang omzet merosot lebih dari 40%. Kondisi yang betul-betul mengharuskan kita menata kembali Manajemen Keuangan Keluarga di Masa Pandemi ini.
Pengertian Manajemen Keuangan Keluarga
Mengapa kita harus menata kembali Manajemen Keuangan Keluarga di Masa Pandemi ini? Manajemen keuangan adalah sebuah kegiatan perencanaan, pengelolaan, penyimpanan serta pengendalian dana dan asset sebuah instuisi dalam hal ini adalah keluarga karena kita sedang berbicara tentang manajemen keuangan keluarga.
Manajemen Keuangan menjadi salah satu unsur pondasi pembentuk terbangunnya sebuah keluarga yang sakinah mawadah dan rahmah. Jika manajemen keuangannya tidak baik maka akan sangat riskan dan mengancam keutuhan rumah tangga. Faktor ekonomi merupakan faktor kedua terbesar penyebab penceraian di Indonesia.
Hal yang harus kita ketahui adalah memahami dasar pengelolaan keuangan. Dalam mengatur manajemen keuangan keluarga ini terdapat dua hal yang perlu kita pahami yaitu pemasukan atau income dan pengeluaran atau expense. Pandemi Covid 19 ini telah membuat pendapatan dari berbagai sektor pekerjaan menurun baik itu pendapatan aktif maupun pendapatan pasif.
Yang termasuk ke dalam pendapatan aktif ini dikatagorikan sebagai gaji bagi pekerja dan deviden atau keuntungan bagi pelaku bisnis. Sedangkan pendapatan pasif terbagi menjadi pendapatan dari saham, obligasi, peer to peer dan lainnya. Tentu saja menurunnya pendapatan ini berimbas pada berkurangnya daya beli. Hal ini disebabkan karena masyarakat jadi lebih fokus pada kebutuhan primer dan skunder saja.
Pendapatan di Dalam Manajemen Keuangan Keluarga di Masa Pandemi
Penurunan pendapatan ini memang terasa oleh keluarga saya juga, dimana pendapatan dari ngeblog dan penjualan online berkurang drastis. Manajemen Keuangan Keluarga di Masa Pandemi ini memang betul-betul harus ditata ulang kembali.
Yang harus saya lakukan adalah mencari jalan lain agar pendapatan tidak banyak terpengaruh walau terjadi pandemi. Membuka usaha bisnis di bidang digital marketing adalah salah satunya. Memanfaatkan kemampuan suami dalam menganalisa dan pemahaman tentang dunia digitalnya berkolaborasi dengan saya yang mempunyai jejaring di dunia blogger yang cukup luas.
Namun ternyata membangun start up di masa pandemi bukan hal yang mudah, walau ada yang closing tapi beberapa yang cancel dan tidak closing. Nah dengan situasi ini ketika pendapatan alternatif belum bisa didongkrak yang harus saya perhatikan adalah pengeluaran atau expense.
Paling asyik memang hobi yang dibayar, sering mendengar ungkapan itu? Nah kita bisa mencari alternatif pendapatan dari hobi kita. Hobi yang menghasilkan cuan tentu saja akan sangat menyenangkan ya...
Misalnya saja hobi masak, maka kita bisa membuat usaha kuliner dengan menciptakan masakan yang enak dan unik. Kemudian hobi gardening kita bisa ikut menjadi penjual tanaman hias, hobi menulis bisa membuat tulisan yang menghasilkan, hobi berkreasi bisa mendesain masker yang lucu dan menarik kemudian menjualnya dan lain sebagainya.
Hobi baru, pengeluaran baru, kebahagiaan baru |
Pengeluaran di Dalam Manajemen Keuangan Keluarga di Masa Pandemi
Pengeluaran pada dasarnya terbagi menjadi tiga jenis yaitu kebutuhan inti (necessities), keinginan (wants) dan saving (tabungan). Di tengah kondisi pandemi ini banyak orang yang menghapus keinginan dari pengeluaran ini. Pengeluaran lebih difokuskan pada hal yang bersifat penting dan mendesak.
Namun memenuhi keinginan pun sebetulnya menurut pendapat saya pribadi itu penting untuk menjaga kesehatan mental. Jadi sepanjang keinginan itu tidak terlalu mengganggu perekonomian keluarga ada baiknya juga menyisihkan budget untuk keinginan. Pengeluaran keinginan yang masih saya penuhi seperti untuk hobi gardening yang tiba-tiba menyeruak begitu saja :)
To be honest, ini bukan ikut-ikutan karena saat saya memulai saya tidak tahu kalau gardening sudah mulai viral. Berawal dari tertarik membeli beberapa kaktus dan sukulen akhirnya terus merambat ke berkebun sayuran, dan akhirnya bermacam-macam tanaman hias, belum berani beli anggrek karena harganya mahal ....
Yang namanya hobi saat melakukannya pasti ada perasaan senang saat melakukannya. Saat hati senang penuh suka cita ini akan berimbas pada jiwa menjadi bahagia. Tentu saja ini akan membuat imun tubuh kita menjadi lebih kuat sehingga insya Allah terhindar dari berbagai penyakit.
Jadi dalam hal pengeluaran kita bisa menyisihkan untuk keinginan ya. Makanya saat menata Manajemen Keuangan Keluarga di Masa Pandemi kita buat prosentase untuk pengeluaran sebaiknya adalah untuk kebutuhan inti 65%, keinginan 5% dan tabungan sebesar 30%. Prosentase ini tentu saja tidak mutlak karena tergantung pendapatan kita juga.
Tabungan 30% tentu saja tidak semua untuk ditabung, bisa kita bagi lagi untuk investasi. Namun dalam kondisi pandemi ini diperlukan perencanaan yang matang untuk mengambil langkah investasi supaya menjadi profit baik dalam jangka pendek, menengah atau panjang. Ada beberapa investasi yang bisa kita pilih seperti emas, saham atau reksadana.
Kalau melihat dari resiko, investasi dengan resiko terendah adalah menabung emas dan reksadana. Sementara saham di dalam kondisi pandemi ini termasuk kategori resiko cukup tinggi karena banyak perusahaan yang sedang dalam kondisi sulit di masa pandemi ini. Diperlukan strategi yang tepat serta memahami produk investasi yang tepat untuk meminimalisir kerugian finansial dari investasi.
Nah temen-teman semoga tulisan Cerita Ida kali ini tentang Manajemen Keuangan Keluarga di Masa Pandemi ini bermanfaat ya... Oya tulisan ini merupakan tulisan kolaborasi dengan Komunitas Bandung Hijab Blogger :D
sangat berpengaruh kesemua lini pandemic ini ,jadi pengaturan mengenai manajemen keuagan haruslah diperhatikan sangat ya teh , btw hoby gardening nya bikin gagal fokus lho teh
BalasHapusBaru bulan kemaren nih teh aku melek investasi LM. Kenapa gak dari dulu ya..sekarang malah udah melambung tinggi, hehee..tapi bismillah aja selama pandemi ini di usahakan menyisihkan buat nabung meskipun cuma 10%an
BalasHapuswaah mantap Mbak Ida, hobi menanamnya sudah menunjukkan banyak perkembangan ya ... sudah ada yang dijual?
BalasHapuswkwkwk.... belum ada niatan ke sana Mba... saya masih pure hobi, newbi pulak..:D
HapusTerima kasih mba..memberi pencerahan Krn di masa seperti sekarang ini kita memang harus pintar2 atur keuangan kita ya..
BalasHapusbener teh, saat pandemi begini, bisa survive aja udah syukur banget ya :( keluarga saya termasuk yang terdampak nih
BalasHapusSisi positifnya jadi bisa lebih kreatif dalam membangun pipa penghasilan ya, teh.
BalasHapusSemangat, teh ida...
Masa pandemi gini mesti pintar-pintar mengelola keuangan yaa mbak. Soalnya kita gak tahu, kapan pandemi ini berakhir :(
BalasHapusAkupun disuruh gardening sama Ibu, tapi apa daya aku anaknya kurang telaten untuk merawat tanaman. Yang udah ada aja banyak yang bernasib naas :(
BalasHapusEntahlah semenjak pandemi jadi doyan ngebon, tiap minggu ke Cihideung beli bunga heheh tapi Alhamdulillah rezeki Allah maha luas
BalasHapusIya nih bener banget mbak.. Mau gamau kayak gini istri juga harus berperan yainimal buat menstabilkan isi perut anak2😆
BalasHapuswah aku salfok dengan foto plants nya, ada gelombang cinta ya teh...hobi baru pasti koleksi makan hari makin nambah ya teteh
BalasHapusPerencanaan keuangan harus tetap jalan walopun lagi masa pandemi ya teh, harus tetep ada 3 pos, tabungan, investasi dan proteksi sih yang paling dasarnya
BalasHapusWah baru tau kalau memenuhi keinginan itu bisa juga untuk menjaga kesehatan mental. Sepakat juga Teh Ida, karena kalau menjalankan hobi itu bawaannya happy jadi imun kita juga bagus. ^_^
BalasHapusHuhu ... sedih banget dengar banyak kabar duka selama pandemi. Setelah 8 bulan terakhir rada suram, alhamdulillah sekarang ini ekonomi mulai bangkit. Toko online-ku rutin dapat pesanan, mbak. Senangnya ada angin segar.
BalasHapusMasa pandemi saya merasakan bangt bagaimana kesulitan keuangan. Simpanan habis dan blm sampai akhir bulan sudah minus. Ini juga sedang dikoreksi salahnya dimana dalam mengatur uang. Apalagi kondisi hamil juga.
BalasHapusPandemi ini memang memporakporandakan ekonomi ya mbak, tak terkecuali ekonomi keluarga. Pengelolaan ekonomi keluarga yang baik bisa jadi jalan menyelamatkan keuangan keluarga. Namun tak semudah membalikkan telapak tangan, butuh perencanaan yang matang. Intinya kita harus tetap konsisten dan disiplin mematuhi rencana yang telah kita buat.
BalasHapusTerus terang kami gak ada hobi baru di rumah, cuma pandemi tetep menyekolahkan anak jd anggarannya ke sana semua haha. Krn bbrp tunjangan dipotong akhirnya ya bbrp rencana kyk renov rumah dll babhay dulu huhu. Cuma, ini yang terbaru lagi nabung sih buat beli piano utk anak krn si anak ternyata menunjukkan minat belajar piano. Sementara buat beajar basic saya kasi pianika dulu aja #curcol
BalasHapusBismillah meski di masa sulit sekalipun, dengan pandemi ini kita tetap dimudahkan untuk mendapatkan rejeki dan mengalirkannya dengan baik pun bisa berinvestasi ya mba ida. Semangat kita
BalasHapusMba Idaaaa makasii tipsnyaaaa
BalasHapusKalo orang jawa bilang, kondisi keuangan di pandemi ini rentan bikin kepontal-pontal.
Pokoke serba ga jelas gitu.
Semogaaaa tips ini bisa kita praktikkan yaaa, yeay!!
Wah di masa pandemi covid ni bener-bener harus kencangkan ikat pinggang dan makin sadar mana yg prioritas
BalasHapusBener banget Mak. Aku juga ngerasain setelah punya hobi baru semenjak pandemi kok pengeluaran jadi gak terkontrol. baru pelan pelan mulai membenahi pembukuan nih.
BalasHapusmantap mbk selama pandemi mengasah kemampuan mengelola medsos aja kerena banyak di rumah ada dan butuh kesibukan baru
BalasHapusNah ini dia, dulu pas belum pandemi ga kerasa ya mba. Mau beli apa aja udah langsung beli. Begitu pemasukan berkurang, harus mulai terapkan skala prioritas.
BalasHapuskalau kita konsisten dan selalu semangat untu belajar hal baru memang tidak ada halangan yaaa mba
BalasHapusdi masa awal pandemi jujur aja keluarga kami sangat terdampak karena menggantungkan hidup dari event khususnya olaharaga. Alhamdulillah sekarang muali bangkit, dan mulai mengatur keuangan lebih detail lagi termasuk menabung. Semoga pandemi ini bisa segera dikendalikan. Amin
BalasHapusBener, Teh. Menekuni hobi sekaligus menambah penghasilan. 🤗
BalasHapusya bener banget pendapatan berkurang selama pandemi
BalasHapusMemarik nih di masa pandemi gini ketemu hobi baru malah2 memghasilkan kalo ditekuni lebih serius
BalasHapusBetul bisa jangan kehilangan akal atau ikhtiar kita.. bisa nyambi hal-hal lain yang bisa menghasilkan ya teh
BalasHapuswah setuju sama teh ida banyak celah bisa digunakan salah satunya prospek berkebun yang sekarang sedang naik daun
BalasHapus