Cara Mudah Deteksi Hoaks Miris sekali mencermati bagaimana bertebaran hoaks serta berbagai isu tidak jelas yang menyerang seseorang di satu dekade terakhir ini. Sekarang semakin banyak orang-orang menggunakan berbagai cara untuk menyerang pribadi dan karakter seseorang.
Semua agama tentu mengajarkan kebenaran general seperti perintah melakukan kebaikan kepada siapa pun namun dalam keseharian kita sering melihat demi kepentingan uang sering kali manusia tergoda untuk melakukan perbuatan yang tidak terpuji membicarakan orang lain hingga menfitnah.
Di dalam Al Qur'an Surat Al Baqoroh ayat 217 disebutkan "Fitnah lebih kejam daripada melakukan pembunuhan". Betapa berbahayanya fitnah sampai dalam Islam fitnah itu dikatagorikan dosa besar bahkan dikatakan lebih kejam dari pembunuhan. Hukumannya pun sungguh sangat berat kelak akan dimasukkan ke dalam neraka jahanam.
Hukum fitnah itu dosa besar karena dapat membahayakan diri sendiri juga menimbulkan kesengsaraan, keresahan, bisa memutuskan silaturahmi, mencelakai orang lain, dan merupakan salah satu tanda orang munafik.
Di masa pandemi ini hoaks yang berhubungan dengan kesehatan banyak sekali, dan ironisnya banyak diantara kita yang tanpa berpikir panjang langsung meneruskan, menyebarkan berita, foto atau video kepada teman-teman, keluarga atau kerabat kita tanpa dicek dulu kebenarannya.
Atau kadang karena rasa malas sering meng share informasi tidak jelas itu dengan embel-embel "Ini hoaks bukan ya... ?" Tanpa kita sadari mungkin ada orang lain yang menyebarkan lagi informasi yang masih kita pertanyakan itu dan kita berkontribusi menyebarkan berita yang belum jelas kebenarannya.
Di Indonesia memang era media sosial masuk dalam kondisi masyarakat kita belum memiliki tradisi literasi digital yang memadai. Bangsa kita yang tidak hobi membaca buku ini tiba-tiba saja dibanjiri informasi di ranah digital. Karena sifat dasar masyarakat kita suka berbincang, akhirnya informasi yang diterima itu kemudian dibagikan lagi tanpa melakukan verifikasi.
Sebetulnya masyarakat memiliki peran utama dalam menangkal hoaks ini, karena masyarakat merupakan tujuan akhir hoaks diproduksi. Kalau saja masyarakat memiliki pengetahuan dan daya kritis, hoaks yang beredar tidak akan menimbulkan polemik seperti saat ini.
Workshop Cek Fakta Kesehatan
Itulah mengapa saya dan beberapa rekan blogger dari Komunitas Indonesian Social Blogpreneur antusias sekali saat diajak ikut Workshop Cek Fakta Kesehatan yang digelar online melalui platform Zoom Cloud Meeting ini.
Workshop Cek Fakta Kesehatan ini merupakan satu kegiatan dari program Fellowship Global Health diselenggarakan oleh Cek Fakta Tempo bermitra dengan Facebook. Acara ini berlangsung selama dua hari yaitu tanggal 18 - 19 Juni 2021.
Mengenal Kanal Cek Fakta Tempo
Acara menarik ini diisi oleh dua pemateri yaitu Ika Ningtyas dan Siti Aisah dari Tim Cek Fakta Tempo. Sebelum memulai materi Ika Ningtyas sedikit menjelaskan tentang kanal Cek Fakta Tempo. Kanal ini terdapat pada portal berita Tempo.co yang bertujuan untuk membantu mayarakat luas dalam mengidentifikasikan hoaks yang terjadi.
Tim Cek Fakta Tempo akan memilah informasi berdasarkan fakta dan sumber yang kredibel hingga masyarakat dapat mengetahui apakah informasi yang didapatkannya itu sebuah kebenaran atau informasi hoaks semata.
Keberadaan kanal seperti Cek Fakta Tempo ini tentulah sangat penting mengingat tidak semua orang memiliki kemampuan yang sama untuk mengecek kebenaran sebuah berita secara menyeluruh. Dari kanal Cek Fakta Tempo ini kita bisa membaca kesimpulan dari sebuah informasi yang kita peroleh disertai dengan paparan informasi pendukung yang jelas dan dipercaya.
Alhamdulillah saya senang sekali karena di acara Workshop Cek Fakta ini saya berkesempatan untuk mendapatkan ilmu mengenai proses sebuah informasi dicek secara mendalam sehingga mendapatkan kesimpulan yang tepat.
Sebagai contoh di acara itu kami mendapatkan sebuah foto mengenai keberadaan Habib Rizieq Sihab di sebuah rumah sakit. Kemudian kami diminta untuk menebak keaslian dari foto itu. Seperti yang kita pahami bersama foto memang menjadi salah satu sumber hoaks yang utama karena sangat mudah dimanipulasi. Untuk itu kita harus teliti agar bisa membedakan foto mana yang asli foto mana yang merupakan hasil editan.
Mengapa Hoaks Berkembang Sedemikian Cepat?
Saat ini hoaks berkembang sedemikian cepat hal ini disebabkan karena penetrasi internet yang semakin cepat. Berkembangnya Teknologi Informasi dan internet membuat kita mudah mendapatkan, membuat dan menyebarkan informasi.
Indonesia merupakan pengguna internet terbesar kedua di dunia yaitu 175,4 juga dari total populasi 250 juta penduduk. Dari jumlah itu terdapat 160 juta prang yang merupakan pengguna media sosial yang sangat aktif.
Media sosial yang digunakan oleh warga Indonesia berdasarkan peringkat pemakai adalah Youtube, WhatApp, Facebook, Instagram, Twitter, Line Mesanger, Linkedin, Pinterst, Wechat, Snapchat, Skype, TikTok, Tumblr, Reddit, dan Sina Weibo.
Pertumbuhan pengguna internet di Indonesia sejak tahun 2020 semakin meningkat. Sayangnya penetrasi internet yang tinggi ini tidak diimbangi dengan kemampuan berpikir kritis atau mempunyai literasi digital terhadap foto, video dan informasi yang beredar di internet. Seperti yang saya katakan di awal tulisan ini bahwa era media sosial masuk pada saat masyarakat Indonesia belum memiliki kecakapan literasi digital yang memadai.
Masalah pun muncul saat media sosial dijadikan sebagai sumber rujukan yang utama yang diakses luas oleh masyarakat Indonesia. Berita online, situs resmi atau media cetak yang merupakan akses terbaik untuk berita tidak dijadikan sebagai rujukan yang utama., ini hanya 25% yang melakukannya.
Menurut data di atas ternyata WhatsApp (WA) menjadi media sosial yang paling dipercaya sebagian besar masyarakat Indonesia dalam menerima informasi dengan persentase 55% . Informasi 'dari grup sebelah' menjadi sebuah kekuatan di dalam penyebaran informasi padahal kebenarannya belum bisa dipastikan. Terkadang karena kita mempercayai orang yang menyebarkannya akhirnya tidak dicek lagi kebenarannya.
Perjalanan Hoaks di Indonesia
Pada kesempatan itu Mba Ika Ningtyas memaparkan bahwa penyebaran hoaks di Indonesia mulai masif terjadi saat Pilpres di Indonesia di tahun 2014. Hoaks seputar lawan dari masing-masing jagoan silih berganti muncul di media sosial.
Terjadi polarisasi mayarakat yang begitu tajam karena hoaks diprduksi dan disebar luaskan secara sadar oleh beberapa pihak untuk memenangkan pemilu. Tidak adanya edukasi yang cepat dan tanggap terhadap paparan tanpa literasi ini semakin membuat masyarakat begitu mudah mempercayai hoaks.
Jenis-Jenis Hoaks
Lebih lanjut Mba Ika memaparkan bahwa terdapat tiga jenis hoaks. Ketiga jenis hoaks ini terlihat mirip tapi terdapat perbadaan yang jelas. Jenis-jenis hoaks itu adalah:
Misinformasi
Hoaks ini terjadi karena ada informasi yang salah, orang yang membaca tidak paham karena ketidaktahuan. Ia menyebarkannya tanpa ada unsur kesengajaan.
Malinformasi
Hoaks ini menyebarkan fakta obyektif tetapi dikemas sedemikian rupa sehingga dalam kondisi tertentu merugikan pihak lain. Contohnya yang sering terjadi adalah kebocoran data pribadi pada pinjaman online. Meskipun datanya benar tapi hal ini sangat merugikan terutama bagi pihak yang terkait dengan masalah yang dihadapi.
Disinformasi
Hoaks ini yang paling berbahaya karena yang menyebarkan mengetahui bahwa informasi ini salah, ia menyebarkannya dengan unsur kesengajaan untuk tujuan tertentu. Bahkan ada pihak-pihak tertentu yang memang menjadi pabrik atau produsen hoaks.
Ditinjau dari mis-disinformasi ini ada tujuh buah jenis konten hoaks yang sering tersebar di masyarakat. Ketujuh Mis-Disinformasi itu adalah:
- Satire
- Konten Menyesatkan
- Konten Aspal
- Konten Pabrikasi
- Konten Tidak Nyambung
- Konteksnya Salah
- Konten Manipulatif
Banyak alasan pembuatan konten Mis-Disinformasi ini, alasan yang sering digunakan adalah bentuk propaganda dan alat politik untuk meraih kekuasaan. Alasan lainnya tentu saja adalah untuk meraih keuntungan dari tersebarnya hoaks itu.
Alasan di balik dis-misinformasi
- Jurnalisme yang lemah
- Lucu-lucuan
- Provokasi
- Partisipanship
- Click Bait
- Gerakan Politik
- Propaganda
Cara Mendeteksi Hoaks dan Situs Abal-Abal
Untuk mendeteksi sebuah situs abal-abal, Mba Ika memberikan beberapa trik untuk mengenali situs aba--abal. Apa saja yang harus kita lakukan....?
Cek Alamat Situsnya
Hoaks biasanya disebarkan oleh situs yang memiliki alamat tidak jelas, oleh karena itu untuk mengecek sebuah informasi pertama yang harus dilakukan adalah mengecek alamat situsnya. Misalnya situs yang digunakan situs gratisan (Blogspot atau wordpress contohnya).
Lalu setelah lolos filter bukan domain gratisan, cara termudah melakukan pengecekan adalah melalui situs who.is dan domainbigdata.com
Berdasarkan data diketahui bahwa dari 47.000 media online yang ada, hampir 79% nya merupakan media abal-abal.
Cek Data Perusahaan Media di Dewan Pers
Kalau setelah dicek terdaftar di Dewan Pers maka informasi dari situs tersebut bisa diyakini kebenarannya.
Cek Detail Visualnya
Apakah ada bagian yang bisa jadi merupakan suntingan dan membuat foto tersebut menjadi kelihatan aneh. Biasanya ada tulisan super besar yang menutupi foto tersebut. Media abal-abal juga kerap meniru detail media mainstream seperti nama dan logo.
Kita bisa lihat logo media yang meniru abc.go.com logo media aba-abal tampak berbeda baik font maupun bulatan luarnya.
Waspada Jika Terlalu Banyak Iklan
Hampir semua media online memuat banyak iklan tetapi penyebar hoaks biasanya lebih mengutamakan jumlah iklan daripada isi konten untuk meraih untung.
Perhatikan Ciri Ciri Pakem Media
Pembaca sebuah media pasti familiar dengan tampilan media yang biasa dikunjunginya sehingga tidak mudah terkecoh saat ada media abal-abal yang menirunya. Misalnya pembaca media Tempo tidak akan terkecoh apabila ada media abal-abal yang meniru Tempo karena sudah begitu familiar dengan Tempo.
Cek Isi Menu About Us dari Media yang Kita Baca
Media terpercaya akan memberikan berbagai informasi tentang identitas mereka dengan jelas pada menu ini. Misalnya saja alamat kantor, para dewan redaksi dan lain sebagainya. Sementara media abal-abal yang sering menampilkan hoaks tidak ada informasi tentang about us ini.
About us juga mencantumkan Pedoman Pemberitaan Media siber, Berbeda dengan media abal-abal yang selalu anonim.
Waspadai Judul Sensasional
Judul sensasional digunakan media abal-abal untuk mengundang pembaca, salah satu tujuannya adalah clickbait-iklan atau mencari uang. Jadi ketika mendapat informasi jangan hanya baca judulnya lalu kemudian kita mengomentarinya hanya berdasarkan judul itu di medsos.
Cek Situs Mainstream
Cara selanjutnya adalah dengan mengecek apakah berita itu ada di media mainstream, jika ada maka kita harus membaca secara utuh agar tidak terjadi misinformasi. Jika tidak ada maka kita patut waspada bahwa informasi tersebut hanyalah hoaks.
Bagaimana mengecek kebenaran sebuah berita? Gampang saja, kita bisa menggunakan kata kunci berita itu di mesin pencari tambahkan kata "in site".
Contoh: Ada berita "Akibat Suntik Vaksin dari Cina Masyarakat Zimbabwe Terkena Penyakit Kulit Berair" setelah dilakukan pengecekan ternyata faktanya adalah: "Perempuan suku Hamar di Ethiopia menggelar tradisi Ukuli Bula. Dalam tradisi ini si perempuan akan dicambuk sebagai bukti pengorbanan.
Cek Foto di Google Reverse Image
Foto yang ada pada berita hoaks bisa dideteksi dengan memperhatikan detail visualnya. Misalnya saja kita bisa lihat latar belakang bangunan, tulisan, pencahayaan foto, serta logis tidaknya foto tersebut. Bila belum yakin gunakan Google Reverse Image foto utama pada media abal-abal biasanya mengambil dari media mainstream.
Melakukan Verifikasi Foto dan Video
Selanjutnya Mba Ika mengajarkan kami bagaimana melakukan verifikasi foto dan video. Hal-hal yang yang harus kita perhatikan di dalam melakukan pengecekan foto adalah sebagai berikut:
Langkah Verifikasi Foto
1. Untuk mendapatkan fokus dari foto yang akan kita analisi pangkas atau cropping foto sebelum melakukan pencarian.Misalnya pada bagian foto yang terlihat ambigu karena merupakan suntingan.
2. Telitilah dalam melakukan pencarian karena terkadang hasil pencarian yang satu dengan pencarian yang lain terkadang hasilnya berbeda. Jika kita ingin mendapatkan hasil yang lebih mantap kita bisa memasang ekstensi rev.eye image search pada mesin pencari kita misalnya saja di Google Chrome.
Dengan memasang ekstensi ini kita dapat melakukan analisis terhadap foto yang kita dapatkan ke beberapa mesin pencari seperti Google, Bing, Yandez, Tine eye dan lainnya.
- Reverse Image dari Google bisa digunakan untuk mencari unggahan foto pertama pada sebuah website. Tools ini berguna untuk menelusuri foto-foto yang diambil dari internet.
- Reverse image dari Yandex. Yandex adalah sebuah search engine dari Rusia yang sangat bagus untuk penelusuran foto, terutama untuk mengeksplorasi situs-situs dari Eropa Timur.
- Reverse image dari Tineye bisa digunakan untuk penelusuran foto dengan kelebihan memiliki filter berdasarkan urutan waktu.
- Alternatif tools lainnya adalah Bing.com milik Microsoft dan Baidu.
Langkah Verifikasi Video
Caranya hampir sama dengn verifikasi foto, yang penting diperhatikan adalah kita harus menonton videonya sampai selesai. Ada dua langkah untuk memverifikasi video, pertama dengan menggunakan kata kunci di mesin pencari atau di media sosial (Youtube, Facebook, Twitter, IG). Kedua, memfragmentasi video menjadi gambar lalu menggunakan reverse image tools.
Cara lainnya adalah dengan menjadikan video menjadi potongan gambar lalu ditelusuri dengan reverse image tool. Untuk memfragmentasi video menjadi gambar bisa menggunakan cara manual dengan screen capture atau menggunakan tool InVID.
InVID memiliki beberapa keunggulan yaitu memiliki fitur fragmentasi video dan reverse image tool sekaligus, dapat memfragmentasi video dari seluruh tautan media sosial dan file lokal dan dilengkapi fitur lain seperti memeriksa metadata dan analisis forensik foto.
Infodemik
Di hari kedua workshop Mba Siti Aisah memberikan materi tentang infodemik dan Cara Cek Fakta Kesehatan. Infodemik adalah penyebaran informasi yang sangat cepat mengenai sebuah isu.
Hidup di masa pandemi Covid-19 di mana era digital sudah sedemikian canggih membuat masyarakat semakin mengandalkan internet sebagai sumber informasi. Pada bulan Februari 2021 sebuah media asal Inggris We Are Social melaporkan bahwa sekitar 61,8% masyarakat Indonesia merupakan pengguna aktif media sosial. Rata-rata penggunaan media sosial per harinya adalah 3 jam.
Penggunaan media sosial yang begitu masif di masa pandemi ini menimbulkan informasi yang salah dimana terkadang dapat menyebar lebih cepat dibandingkan faktanya. Fonomena inilah yang disebut INFODEMIK.
Untuk mengantisipasi infodemik ini platform digital harus dibuat lebih akuntabel, mis-disinformasi dilacak dan diverifikasi serta kemampuan literasi digital masyarakat harus ditingkatkan.
Permasalahan Mis/Disinformasi Kesehatan
Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) melaporkan jumlah hoaks kesehatan meningkat dari 7% (86 jumlah hoaks selama tahun 2019) menjadi 56% (519 hoaks dalam setengah tahun pada 2020) MAFINDO mengklarifikasi jumlah hoaks Covid-19 berjumlah 492 hoaks (94,8% ) dari total hoaks kesehatan selama enam bulan pertama tahun 2020. Sementara itu Kementrian Kominfo mencatat 1471 hoaks terkait Covid-19 tersebar di berbagai media hingga 11 Maret 2021.
Pada bulan September 2020 Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan survei prilaku masyarakat di masa pandemi Covid-19. Sebanyak 17 dari 100 responden menyatakan sangat tidak mungkin atau tidak mungkin tertular Covid-9. Kelompok populasi umur 17-30 tahun memiliki persentase tertinggi yang menyatakan sangat tidak mungkin atau tidak mungkin terinfeksi Covid-19. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin meyakini bahwa Covid-19 berbahaya dan mudah menular.
Penelitian lain menyebutkan hanya 11.3% responen (n=382) yang menganggap diri mereka kemungkinan besar terhindar Covid-19 (International Journal of Public Health Science, 2020)
Dampak Mis/Disinformasi Kesehatan
Dampak buruk dari mis-disinformasi kesehatan antara lain:
- Menyebabkan kebingungan dan kepanikan di masyarakat
- Ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah, otoritas kesehatan serta ilmu pengetahuan
- Demotivasi untuk mengikuti perilaku protektif yang direkomendasikan
- Sikap apatis yang memiliki konsekuensi besar karena berkaitan dengan kualias hidup masyarakt, seperti membahayakan kesehatan, bahkan sampai menimbulkan resiko kematian.
Kemampuan Dasar Cek Fakta Kesehatan
Untuk bisa mengecek fakta kesehatan ada beberapa tahapan yang bisa kita lakukan, tahapan itu antara lain adalah:
- Cek sumber aslinya. Cek siapa yang membagikan informasi dan darimana mereka mendapatkan informasi tersebut. Bahkan, jika informasi tersebut berasal dari orang yang kita percayai, teman atau keluarga, tetap harus kita periksa sumbernya.
- Jangan hanya membaca judulnya. Judul terkadang sengaja dibuat sensasional atau provokatif untuk mendapatkan jumlah klik yang tinggi.
- Identifikasi penulis. Lakukan penelusuran terhadap nama penulis secara online untuk melihat apakah penulis adalah seseorang yang nyata dan kredibel.
- Cek tanggalnya. Periksalah apakah informasi itu merupakan informasi terbaru, apakah sudah up to date dan relevan dengan kejadian terkini. Periksa juga apakah judul, gambar atau statistik yang digunakan sesuai dengan konteks.
- Cek bukti pendukung lainnya. Cerita yang kredibel mendukung klaim dengan fakta.
- Cek bias. Pikirkan bahwa bias diri kita akan mempengaruhi penilaian kita terhadap hal yang dapat dipercaya atau tidak.
- Cek organisasi pemeriksa fakta. Cek berita yang kita temukan dengan tulisan atau temuan yang sudah diverifikasi oleh organisasi pemeriksa fakta baik dalam lingkup nasional, seperti Cek Fakta Tempo atau media nasional lainnya maupun pemeriksa fakta internasional seperti AFP factcheck, serta Washington Post factcheckers.
- sumber referensi yang terpercaya seperti situs resmi institusi atau organisasi (Badan Kesehatan Dunia /WHO, Pusat Pencegahan dan Pengandalian Penyakit AS/CDC, Kementerian Kesehatan, Badan POM, Ikatan Dokter Indonesia/IDI, Ikatan Kesehatan Masyarakat Indonesia/IAKMI) dan jurnal ilmiah, misalnya saja the New England Journal of Medicine, the British Medical Journal, Nature Medicine, the Lancet).
- studi peer-review dan pre-print. Peer review merupakan studi penelitian atau jurnal yang sudah melewati proses evaluasi oleh tim pakar independen dari bidang keilmuwan yang sama. Peer-review umumnya dianggap sebagai gold standard atau standar utama rujukan dalam studi ilmiah. Sedangkan pre-print belum dievaluasi secara independen oleh para ahli.
- studi korelasi dan hubungan sebab akibat. Studi korelasi mengukur derajat keeratan atau hubungan korelasi antara dua variabel baik yang sudah jelas maupun yang masih diteliti. Sedangkan studi hubungan sebab akibat untuk meneliti pola kausalitas dari sebuah variabel terhadap variabel lain.
Sip..nuhun teh Ida :)
BalasHapusBagus dan bermanfaat...
BalasHapusNuhun
Waaah nuhun pisan informasinya Teh Ida. Aku teh lagi butuh informasi seperti ini 😄😍👍
BalasHapusNuhun infonya teh.. bagus👍
BalasHapusPara pelaku hoaks pada gak nyadar apa ya kalo mereka telah melakukan fitnah. Sejak kecil juga kita tahu kalo fitnah itu dosa. Memang sih ya masih perlu edukasi seperti ini.
BalasHapusBener banget nih, aku juga paling awal itu biasanya aku ngecek dulu alamat situsnya. Haruslah dari sumber terpercaya dan udah lama dikenal. Jangan langsung percaya mana tau hanya fitnah
BalasHapusHoaks ini sudah tidak bisa dianggap sepele lagi ya. Sekarang sudah bisa ngecek jug kalau ada berita hoax.
BalasHapusKita sebagai bagian masyarakat harus ikut serta dalam pembasmian hoax. Bikin repot aja soalnya. Mesti check dulu sebelum disharing, jangan sampai kemakan apalagi nyeabarin hoax nya
BalasHapussedih banget yaaa sekarang orang dengan mudahnya nyebarin hoaks tanpa cek dulu kebenerannya, untung sekarang udah dipermudah yaaa
BalasHapushoak, misinfomasi dan disinformasi memang makin banyak terjadi yaa mba saat ini. Untung kita bisa segera cek kebenarannya ya supaya terhindar dari kebingungan dan masalah
BalasHapusHoax nih sering banget beredar di grup-grup WA keluarga yang isinya orang2 sepuh. Biasanya bapak, ibu, pakde, budhe ini langsung percaya sama beritanya dan nyebarin ke yang lain. Makanya mereka generasi2 tua juga perlu dikasih tau soal hoax ini biar nggak makin berkembang.
BalasHapusTerimakasih infonya sodariku.....memang kuta harus cerdas ketika membaca berita...jgn sampai terjebak sehingga yg dikedepankan adalah suudzon...program literasi harus trs dikembangkan
BalasHapusHoax itu sudah seperti wabah ya, dan fitnah ini sudah digarisbawahi oleh Rasulullah saw. Ngeri efeknya. Dulu mah hoax itu memang hanya ada di sekitar dunia politik, tapi sekarang paling banyak adalah di bidang kesehatan....
BalasHapusBahkan, seorang Eriik Thohir aja tergelincir dalam hoaks, ya. Terlepas dari kemungkinan bahwa Erick Thohir sangat ingin melihat pandemi Covid-19 berlalu, agar pemerintah tidak lagi harus mengeluarkan ribuan triliun dan ekonomi bangkit kembali.... ini menjadi bukti bahwa memang sangat nggak mudah membedakan hoax atau info valid.
BalasHapusApalagi di kalangan rakyat jelata.
Semogaaaa, corona segera hengkang bener2 bersih dari planet Bumi.
Iya Teh. Di kampung saya nih, sekelas ulama saja bilangnya "kita jangan percaya berita televisi, karena itu udah disetir pemerintah, kita mah percaya sosmed aja," gitu katanya... Saya ingin ketawa, tapi dia ulama lho...
BalasHapusMirisnya pengikutnya manut aja. Jadi bagaimana hoax ga menyebar luas, sekelas ulama saja masih percaya berita dari sosmed yg belum tentu kebenarannya daripada berita dari media resmi dan fakta....
Wah ak baru tahu ada beberapa jenis hoax, artikel ini perlu deh dbaca orang2 yang gampang panas denger kabar dari sosmed biar lebih calm n cari faktanya dulu deh sebelum ikut2an
BalasHapusWah ini bermanfaat banget. AKu ijin share link tulisannya ke grup2 WA ku ya mbak
BalasHapusSuka kesel soalnya kalau ada yang share2 hoax di WAG. Hanya baca judul pula. Padahal jaman sekarang banyak artikel yang judulnya apa, isinya beda.
Sekarang udah tau cara deteksi hoax, pasti akan aku pakai nih caranya
Semakin mudahnya akses internet dan sosial media, maka semakin terbuka lebar seseorang untuk menebar kebencian online. Bukan hanya kebencian, tapi juga kejahatan dan penyebaran berita hoaks di internet. Makanya penting banget edukasi soal penggunaan internet dan sosmed secara bijak.
BalasHapusTerima kasih atas tipsnya, jadi tau cara mendeteksi berita hoaks dan bisa lebih bijak lagi dalam menyikapi setiap berita yang masuk.
Hoaks ini memang harus ditangkal, karena masih ada yang percaya, meski banyak juga yang udah paham dari ciri-ciri nya
BalasHapusHoax ini digrup keluarga banyak banget bersileweran. Yang meneruskan hanya pada membaca judul dan melihat foto atau videonya aja, tanpa mengecek kebenarannya. Kadang udah berita beberapa tahun lalu yg dikemas ulang lagi.
BalasHapusSemoga informasi cara mendeteksi hoaks ini banyak dibaca oleh masyarakat dan dipahami ya mba Ida.
Wahh ini penting banget nih dibaca ibu2 yang suka share2 berita hoax di wa group wwkk. suka gedek emang sama penyebar hoax
BalasHapusKak aku suka nggak habis fikir dengan orang yang menyebarkan hoax gini. Nggak takut dosa apa ya? Memang seharusnya Kita cek dulu kebenarannya ya kak
BalasHapusWah keren ya mba bisa cek hoaks melalui verifikasi foto, sesuatu yang gak bisa kita lakukan 10 tahun yang lalu, sekarang hanya cek beberapa menit saja sudah ketauan hoaks atau bukan ya
BalasHapuswah saya baru tahu tuh ada fitur reverse image, berguna banget nih untuk menyaring berita hoaks, emak2 harus tahu nih tentang edukasi hoaks agar tidak menjadi korban berita hoaks lagi
BalasHapusPenting sekali sih kemampuan literasi seperti ini. Karena hoax ini sangat banyak sekali bertebaran. Makanya, jika sedang nggak ingin menggali kebenaran informasinya lebih baik skip dan abaikan saja.
BalasHapusSepakat sama mba Yuni. Jangan ikutan2 jadi penerus dr informasi hoaks tersebut tanpa melakukan cek kebenarannya. Mana hoaks sekarang isinya seakan2 itu sebuah kebenaran sehingga banyak yg terperdaya.
HapusKadang di situasi tertentu kita juga nggak bisa menghindari adanya berita hoax masuk ke pikian kita ya kak.
BalasHapusMisal teman share info yang ternyata hoax, toh kita sudah terlanjur percaya.
Harus benar memilah nih mana yang real dan hoax.
hoaks ini bahaya banget emang ya teh. terlabih di masa pandemic kaya gini nih, kadang suka bikin was was, terutama sering banget nih di grup keluarga besar hihihi
BalasHapusserem situasi saat ini
BalasHapusbanyak banget berita hoaks
makanya harus pintar mendeteksinya ya mbak
HOAX ini emang bahaya banget ya, Teh. Jadi fitnah yang memanjang kalo di kanal daring. kalau ada berita memang kita harus pastikan dulu kebenarannya, apalagi kalo berita itu berita berantai. Semoga kita bisa bisa bijak menerima informasi.
BalasHapusHOAX adalah musuh nyata dari dulu hingga skrg, oleh karena itu saya selalu sebelum sharing saya saring dulu informasinya
BalasHapusSyediih, makin marak hoax sering kuk lihat di WAG keluarga, sampe ku berani keluar, malesin soalnya meresahkan yg lain juga. Dikasih edukasi malahan ngeyel merajalela.
BalasHapusPadahal udah banyak situs2 untuk mengecek kebenarannya ya , Teh.
Dari sekian banyak media sosil yng disebutkan, hampir semua aku pakai dn tiap hari ditengokin ��
BalasHapusDn kalau dipikir-pikir, banyak banget sih informasi yang valid yang asal di share gitu aja. Kentara sekali ya, netizen malas membaca dan mau menerima info mentah-mentah
nah ini nih masyarakat indonesia gampang banget kemakan hoax. ya, itu semua karena minat baca rendah sih menurut aku, jadi langsung dimakan aja tuh berita yang dia dapet tanpa diselidiki dulu kebenerannya. duh.. apalagi kadang cuma baca judulnya doang tanpa baca isinya, makin miskom aja deh.. miris ya
BalasHapusTeh Ida, lengkap banget informasinya masyaAllah. benar banget yaa, hoaks itu kalau salah bisa jadi fitnah, padahal dalam islam fitnah itu lebih kejam dair pembunuhan. nauzubillah yaa kalau banyak yang buat konten hoaks untuk membunuh karakter seseorang, harus waspada ya zaman digital begini
BalasHapusYg susah tu monitor wag ortu nih. Gatau yg dishare apaan. Udah aku pesen kalau ragu hoaks atau bukan, tanya dulu ke aku. Tapi kayaknya gak semua ditanyain deh. Huhuuu
BalasHapusSeringnya itu kalau banyak tersebar di masyarakat, mereka percaya bahwa itu benar. Apalagi sekarang pada punya gawai kan. Asal sebar tanpa cek duku. Kalau ketemu di aku, ya kucek keasliannya. Terus jika memang hoax, cukup di aku aja
BalasHapusUdah sejak lama jadi hati-hati dalam share apapun kalau gak yakin dengan isi/konten berita karena bahaya kalau share fakta yang ternyata hoaks. Ternyata banyak jenis-jenis hoaks. Makasih sharingnya teh
BalasHapussekarang banyak mba platform yang bisa dipakai untuk mengecek anek hoaks, misinformasi dan disinformasi
BalasHapusHoaks ini mudah sekali mempengaruhi masyarakat Indonesia ya. Saya kalau buka internet cuma bisa geleng-geleng aja banyak banget hoaks bertebaran
BalasHapusIni pentingnya untuk mencerna dulu sebelum meyebarkan berita yaa, teh..
BalasHapusKalau ingat surah Al-Baqarah : 217, dijamin lebih sering diam daripada memberikan berita atau informasi yang menyesatkan orang lain.
Covid-19 mewabah terus berita hoax juga bertambah. Duh hal ini bikin hati resah. Cek fakta tempo bisa menolong terhindar dari fitnah
BalasHapusHoax tentang kesehatan dan politik memang paling banter di negara kita. Apalagi menyebar di WAG dan sebagian besar orang ingin jadi yang pertama share.
BalasHapusMasalahnya yang sering terjadi, sudah diluruskan kalau itu hoax tapi tetap menganggap sebagai hal yang benar
Berita hoax emang masih suka nyelundup di negeri ini, apalagi kalo yang menerima berita itu orang awam, bisa2 ditelan mentah2. Beruntuk sih ya sekarang bisa dicek melalui cek fakta tempo, jd kita tau mana yang berita hoax mana yang bukan. Hoax bikin orang resah soalnya, huhu~
BalasHapussenangnya bisa ikut acara ini mbaa.. memang menurutku sangat penting bisa memilah berita, terutama yang hoax. kita kudu melindungi diri sendiri dan keluarga dari berita hoax yg beredar ya
BalasHapusYang banyak terjadi nih mba di wag keluarga, seringnya yang sepuh2 asal share aja deh apa yang didapat dari grupnya. Kadang bisa sih diberi pengertian, tapi ntar ya berulang lagi. Ya itu tadi, anggapan bahwa apa yang sering muncul di medsos itu adalah benar memang benar2 terjadi deh.
BalasHapusCukup miris ya dengan fakta dari 47.000 media online yang ada, hampir 79% nya merupakan media abal-abal. Makin enggak mendidik bangsa deh. Punya fasilitas untuk menyebarkan kebaikan kok malah digunakan untuk memapar banyak orang dengan hoaks... dimanaaa coba hati nuraninya.
Informasinya lengkap banget. Memang di masa sekarang ini kita benar-benar harus cek dan ricek nih untuk setiap informasi dan berita yang kita terima, terutama terkait informasi kesehatan ya. Banyak banget hoax sekarang dan sebagian besar isinya membahayakan juga euy. duh
BalasHapusPernah ngobrol sama teman, konten hoax memang ada yang memproduksi dengan tujuan yang macam-macam dan aneh-aneh. Kalau ada informasi begini masyarakat harus lebih waspada ya. Jangan baca judul doang, baca kontennya dulu dengan seksama
BalasHapus