Belajar dari Nabi Ibrahim AS Kemarin hari Selasa 20 Juli 2020 yang bertepatan dengan 10 Dzulhijah kaum muslim di seluruh dunia merayakan Hari Idul Adha. Hari dimana umat Islam melakukan prosesi ibadah berupa sapi, kambing, domba, atau unta.Ibadah ini berawal dari pengorbanan Nabi Ibahim AS yang diperintahkan untuk menyembelih anaknya yang bernama Ismail. Setelah ikhlas menerima perintah dari Allah SWT, kemudian Allah SWT mengganti Ismail dengan domba jantan dari surga.
Ibadah kurban ini memiliki dua dimensi yaitu dimensi spiritual dan dimensi sosial. Dimensi spiritual diharapkan kita bisa belajar dari Nabi Ibrahim AS. Dengan ibadah kurban ini seorang mukmin diharapkan mampu berkorban dengan apa yang dimilikinya untuk agama-Nya dan untuk Allah SWT.Sementara dimensi sosial, diharapkan mampu memberikan manfaat kepada orang-orang yang selama ini sangat jarang mendapatkan dan merasakan daging yang hanya bisa dirasakan orang-orang tertentu saja.
Belajar dari Nabi Ibrahim AS
Nabi Ibrahim AS adalah sosok yang luar biasa, beliau dikenal sebagai
ayahnya para nabi. Nabi-nabi setelah beliau merupakan keturunannya termasuk Nabi Muhammad SAW. Sosok yang istimewa karena berhasil
menjadikan keturunannya menjadi orang-orang yang shalih. Nabi Ibrahim
AS berhasil menjadikan para keturunannya orang-orang yang terbaik
di dunia.
Tentu saja untuk bisa menjadikan keturunannya orang-orang yang terbaik
di dunia butuh pengorbanan luar biasa. Jangan bermimpi menghadirkan orang
terbaik tanpa ada pengorbanan di dalam membentuknya.
Kisah pengorbanan Nabi
Ibrahim AS pun tercatat dalam sejarah kehidupan manusia. Belajar dari Nabi Ibrahim AS kita harus mengkaji ulang sejarah terjadinya Idul Adha. Ada tiga tokoh
sentral yang menjadi pemain utama dalam kisah luar biasa ini.
Ketiga
tokoh yang bisa kita teladani dari peristiwa ini adalah Nabi Ibrahim AS sang ayah,
Ismail AS sang anak dan Siti Hajar sang ibu, istri dari nabi Ibrahim.
Sebuah keluarga yang menjadi tauladan bagi manusia sampai akhir zaman.
Nabi Ibrahim AS adalah sosok manusia yang dikenal dengan keimanan
yang sangat luar biasa, ia memiliki gelar dari Allah SWT Al Khalil yang artinya
kekasih Allah SWT. Selain itu ia pun sosok milyader yang sangat mencintai
Tuhan-nya.
Dalam kitab Misykatul Anwar disebutkan bahwa Ibrahim memiliki
kekayaan 1000 ekor domba, 300 lembu dan 100 ekor unta. Dalam riyawat lain
disebutkan kekayaan Ibrahim mencapai 12.000 ekor ternak.
Kekayaan yang berlimpah itu tidak membuat ia sombong dan lupa akan
kedudukannya sebagai hamba. Ketika ditanya milik siapakah harta kekayaan itu,
Ibrahim menjawab bahwa semuanya milik Allah hanya saat ini untuk sementara
menjadi miliknya.
Bila Allah memintanya kembali dengan rela ia akan
mengembalikan semuanya. Nabi Ibrahim pun sempat berucap “Jangankan
hartaku, kalau Ismail anakku yang sangat kusayangi diminta Allah SWT, niscaya
akan kuberikan…”
Ibrahim adalah sosok utama dalam momentum sejarah umat Islam, dimulai
dari proses pencarian Tuhan Yang Maha Esa. Selanjutnya ia menyebarkan
keyakinan akan Allah sebagai satu-satunya Tuhan, kemudian prosesi
pembangunan ka’bah, terciptanya ibadah haji serta Idul Adha.
Ismail putra Ibrahim dari Siti Hajar sebagai tokoh sentral kedua,
dalam peristiwa Idul Adha adalah anak yang mempunyai tingkat keyakinan dan
keteguhan hati yang luar biasa. Di usianya yang baru saja menginjak
remaja, ia sudah begitu patuh dan setia kepada permintaan dan perintah Tuhan
nya serta orangtuanya.
Tokoh sentral ketiga adalah Siti Hajar, istri kedua Ibrahim
ibu Ismail. Siti Hajar adalah teladan bagi banyak perempuan dalam
mentaati perintah Allah SWT, taat pada suami dan menyayangi anaknya.
Tentu kita masih ingat bagaimana Siti Hajar harus terlunta di gurun yang
gersang dan panas bersama anaknya yang masih bayi karena ketaatannya pada
suami.
Bagaimana ia harus berkeliling antara bukit Safa dan Marwah demi
mendapat pertolongan dan air minum untuk putranya, Ismail yang sedang kehausan.
Siti Hajar inilah tokoh sejarah yang mengawali terbentuknya kota Mekah.
Dengan mukjizat dari Allah SWT maka keluarlah air zam-zam yang
kemudian seiring dengan perkembangan zaman tempat ini menjadi tempat yang subur
makmur. Kota inilah yang kemudian kita kenal sebagai Kota Mekah.
Mereka bertiga itulah tokoh sentral yang mengawali berbagai sejarah
besar di dalam perjuangan umat Islam termasuk terjadinya Idul Adha ini.
Pelajaran dari Peristiwa Perintah Penyembelihan Ismail
Ada banyak pelajaran atau ibroh yang bisa kita ambil dari peristiwa luar
biasa yang melahirkan hari besar untuk umat Islam ini. Salah satu diantaranya
selain ketaqwaan dan keimanan mereka yang luar biasa adalah hubungan yang
terjalin baik antara orang tua dan anaknya.
Mari kita simak di dalam Al Qur’an
bagaimana Nabi Ibrahim mengabarkan perintah dari Allah SWT tentang mimpinya itu yang terdapat dalam Qur'an Surah Ash-Shaffat 102 yang artinya:
“Maka tatkala anak itu (Ismail) telah sampai usianya dapat membantu Ibrahim,
maka Ibrahim berkata: “Wahai anakku, sesungguhnya saya bermimpi bahwa saya
disuruh menyembelihmu, maka bagaimana pendapatmu?” Si anak menjawab: “Wahai
ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah aku termasuk
orang yang sabar.”
Dari dialog
antara ayah dan anak tersebut kita bisa melihat bagaimana orang tua dalam
hal ini sang ayah tidak bersifat otoriter dan melakukan doktrinasi kepada
anaknya. Sang ayah membangun nilai-nilai edukasi dan nilai–nilai musyawarah.
Sementara sang anak menggambarkan nilai-nilai kepatuhan dan ketaatan kepada
orang tua dan Khaliq-nya.
Kepatuhan dan ketaatan sang anak tentu saja tidak serta merta terjadi begitu saja, pasti
hal itu adalah buah dari pendidikan dan tauladan yang baik dari kedua
orangtuanya. Komunikasi yang dibangun antara anak dan orang tua atau
sebaliknya menggambarkan sebuah komunikasi yang harmonis.
Sebuah potret
keluarga Islami, keduanya memiliki kadar keimanan yang kuat dan
luar biasa. Sebetulnya saat
mengabarkan perintah penyemblihan melalui mimpi yang berturut-turut itu Nabi
Ibrahim merasa sangat berat untuk menyampaikannya.
Oleh karena itu ia
menyampaikannya secara cepat. Kemudian Nabi Ibrahim membisu, tertunduk dengan
wajah yang pucat, ia tak sanggup menatap wajah anaknya. Tapi yang
dikatakan oleh Nabi Ismail ? Ia berusaha menenangkan hati sang ayah dengan
mengatakan
“Wahai ayahku,
lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah aku termasuk orang yang
sabar.”
Jawaban yang
kemudian membuat Nabi Ibrahim tersontak dan kembali besemangat serta tidak
ragu-ragu untuk mengambil keputusan mematuhi perintah penyemblihan itu.
Buah dari kepatuhan dan kepasrahan akhirnya Allah menggantikan posisi Ismail
dengan hewan kurban.
Inilah awal dari anjuran ibadah
berkurban. Dari pelajaran
di atas ada yang harus kita garis bawahi bersama yaitu :
1. Bila menginginkan anak kita sholeh maka yang
harus pertama kita lakukan adalah mendidik diri kita sendiri agar sholeh
terlebih dahulu. Tauladan adalah hal yang sangat penting dalam
mendidik anak-anak. Kita masih ingat bukan bahwa anak adalah peniru yang ulung.
“Sungguh telah ada untuk kalian teladan yang baik dalam diri
Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya.” (al-Mumtahanah: 4)
2. Yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim selain memberikan
suri tauladan yang baik, ternyata Nabiyullah Ibrahim juga berdo’a meminta dan
bercita-cita dengan sungguh-sungguh agar diberi keturunan yang sholeh.
“Tuhanku,
karuniakanlah untukku (seorang anak) yang termasuk orang-orang shalih.” (QS:Ash
Shaffat : 2)
“Ya Tuhanku,
jadikanlah aku orang yang menegakkan shalat, juga dari keturunanku. Ya
Tuhan kami, kabulkanlah doaku.” ( QS: Ibrahim: 40)
3. Pelajaran ketiga kita dituntut untuk mengedepankan
dialog yang didasarkan pada nilai-nilai ukhuwah Islamiyah. Nabi Ibrahim
membuktikan bagaimana ia mengedepankan dialog atau musyawarah sebelum mengambil
keputusan. Komunikasi seperti ini akan membentuk anak-anak dengan
kepribadian yang baik dan penuh percaya diri karena ia merasa
dihargai.
4. Pelajaran penting lainnya adalah mustahil kita
mendapatkan sesuatu yang luar biasa tanpa ada pengorbanan. Untuk meraih
atau menghasilkan sesuatu butuh pengorbanan dan perjuangan. Nabi Ibrahim
AS telah mengorbankan waktunya untuk mentarbiyah istri dan anaknya hingga
mereka memiliki ketakwaan dan ketabahan yang luar biasa.
Demikianlah pelajaran yang bisa kita ambil dari keluarga Nabi Ismail,
semoga kita semua bisa merefleksikannya dalam kehidupan keseharian kita
sehingga kita bisa membentuk keluarga yang sakinah mawadah warohmah yang
dilandasi oleh keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
“Hai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka…..” (QS At Thahrim 6).
Dengan memaknai perayaan Idul Adha ini semoga kita bisa banyak Belajar dari Nabi Ibrahim AS dan menjadikan diri kita pribadi yang semakin bertaqwa kepada Allah SWT. Semoga tulisan Cerita Ida kali ini yang berjudul
Belajar dari Nabi Ibrahim AS ini bermanfaat untuk kita semua.
Kebanyakan kita itu pandai memberi kata nasihat, padahal yang terpenting itu praktiknya, suri tauladannya. Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail ini selalu menyentuh. Tak lupa juga sosok wanita, Siti Hajar dengan segala keistimewaannya
BalasHapusTerima kasih Teh, sudah mengingatkan kembali tentang ibroh dari kisah pengorbanan Nabi Ibrahim, Nabi Ismail dan juga Siti Hajar. Semoga kita semua mampu mengambil hikmah pelajaran dari keteladanan beliau2 ini..
BalasHapusNah contoh yang tidak ada kata terlambat untuk jadi suri tauladan, tidak hanya untuk anak, Keluarga, atau masyarakat sekitar, tetapi terlebih kepada diri kita sendiri. Jangan mau meminta orang lain mengerjakan ini itu, apabila sendirinya masih malasa-malasan...
BalasHapusTerimakasih banyak ilmu dan wawasannya, Teh
Setuju sekali kalau ingin punya anak yang baik dan soleh maka sebagai orang tua harus menjadi baik dan soleh terlebih dahulu. Setuju juga dengan musyawarah dan komunikasi yang baik antara orang tua dengan anaknya.
BalasHapusMasyaallah bagus banget tulisannya.
BalasHapuscerita tentang kisah nabi ibrahim ini benar-benar bisa menjadi contoh untuk kita sebagai orang tua dalam mendidik anak. Semoga anakku juga bisa menjadi anak yang shaleh seperti ismail. Amiin..
Di saat pandemi ini banyak yang kecewa karena tidak bisa sholat Ied. Saya juga merasakan kesedihan. Tetapi, kalau dipikir lagi, ada banyak hikmah yang bisa didapat.
BalasHapusSaat ini sedang diingatkan untuk patuh dan ikhlas menghadapi cobaan. InsyaAllah akan ada ending yang bahagia kalau kita sabar.
Ada banyak sekali pelajaran yang bisa diambil di kisah Nabi Ibrahim dan Ismail ya, mbak, salah satunya dalam hal parenting.
BalasHapusKetauladanan keluarga Nabi Ibrahim perlu dicontoh ya, yang mau berkorban demi Allah dan agamanya. Andai mampu jangan sampai sombong karena harta.
BalasHapusDari peristiwa penting ini kita juga bisa mengambil hikmahnya ya mbak agar selalu berkorban di jalan Allah
Parah sih ini dan di kehidupan modern seperti sekarang sangat bisa diterapkan analoginya mengenai bersabar merelakan dan mengikhlaskan. Thx 4 sharing Bund <3
BalasHapusMasya Alloh, ketaatan keluarga Nabi Ibrahim luar biasa ya, Mbak. Terharu bacanyaa.
BalasHapusSebuah teladan yang sangat patut diteladadi dari keluarga Nabi Ibrahim. Ada Tokoh ayah,ada tokoh istri dan anak yang kuat berpegang teguh pada aajran nabi. Pengorbanan luar biasa
BalasHapusMashaAllah tabarakallahu, teteh..
BalasHapusAku selalu ingat kesholihan Nabi Ibrahim dari mulai sang anak, Ismail belum ada, beliau dengan sabar dan penuh harap dalam lantunan doanya memohon anak yang sholih.
Bagaimana Nabi Ibrahim menyiapkan generasi yang berkualitas sedari mulai belum terjadi apa-apa. Jadi semangat untuk terus berdoa, berdoa dan berdoa yang terbaik dan Allah ridhoi.
kisah nabi Ibrahim memang luar biasa, banyak sekali hikmah yang terkandung di dalamnya. Tidak saja menjadi orang tua tapi bagaimana menjadi anak yang baik. Terima kasih Teh, sudah mengingatkan kembali...
BalasHapusSelamat merayakan hari raya Idul Adha ya Mbaaak.... Di tengah pandemi, semoga tidak menyurutkan semangat teman-teman kaum muslim/muslimah....
BalasHapusBanyak yang merayakan idul adha, dan berqurban. Semoga saja lebih memaknai arti berqurban itu sendiri ya Teh.
BalasHapusSeperti kisah Nabi Ibrahim dan Ismail di atas.
Hatur nuhun Teh, udah reminder.
Kalau inget kisah Nabi Ibrahim a.s dan anak keturunannya otomatis merinding karena keimanan yang luar biasa kepada ALlah SWT.
BalasHapusSemoga kita bisa berkumpul dengan para nabi dan orang-orang shalih di surga nanti. aamiin.
keteladanan nabi Ibrahim ini yang selalu kita maknai saat perayaan Idul Adha yaa teh, selamat berkurban dan silaturahmi online via zoom ya teh dimasa pandemi gini mah
BalasHapusSungguh layak menjadi tauladan keluarga Islami ya mba Nabi Ibrahim sekeluarga ini. Ada ibroh terkait pendidikan budi pekerti, keikhlasan dan rela berkorban terkait Idul Adha.
BalasHapus