blog perempuan|blog kuliner|blog review|blog fashion|blogger bandung|blogger indonesia

21 Jul 2021

Belajar dari Nabi Ibrahim AS


Belajar dari Nabi Ibrahim AS

Belajar dari Nabi Ibrahim AS  Kemarin hari Selasa 20 Juli 2020 yang bertepatan dengan 10 Dzulhijah kaum muslim di seluruh dunia merayakan Hari Idul Adha.  Hari dimana umat Islam melakukan prosesi ibadah berupa sapi, kambing, domba, atau unta.

Ibadah ini berawal dari pengorbanan Nabi Ibahim AS yang diperintahkan untuk menyembelih anaknya yang bernama Ismail.  Setelah ikhlas menerima perintah dari Allah SWT, kemudian Allah SWT mengganti Ismail dengan domba jantan dari surga. 

Ibadah kurban ini memiliki dua dimensi yaitu dimensi spiritual dan dimensi sosial.  Dimensi spiritual diharapkan kita bisa belajar dari Nabi Ibrahim AS. Dengan ibadah kurban ini seorang mukmin diharapkan mampu berkorban dengan apa yang dimilikinya untuk agama-Nya dan untuk Allah SWT.

Sementara dimensi sosial, diharapkan mampu memberikan manfaat kepada orang-orang yang selama ini sangat jarang mendapatkan dan merasakan daging yang hanya bisa dirasakan orang-orang tertentu saja. 

Belajar dari Nabi Ibrahim AS 

Nabi Ibrahim AS adalah sosok yang luar biasa, beliau dikenal sebagai ayahnya para nabi.  Nabi-nabi setelah beliau merupakan keturunannya termasuk Nabi Muhammad SAW.  Sosok yang istimewa karena berhasil menjadikan keturunannya menjadi orang-orang yang shalih.  Nabi Ibrahim AS  berhasil menjadikan para keturunannya orang-orang  yang terbaik di dunia.  

Tentu saja untuk bisa menjadikan keturunannya orang-orang yang terbaik di dunia butuh pengorbanan luar biasa.  Jangan bermimpi menghadirkan orang terbaik tanpa ada pengorbanan di dalam membentuknya. 

Kisah pengorbanan Nabi Ibrahim AS pun tercatat dalam sejarah kehidupan manusia.  Belajar dari Nabi Ibrahim AS kita harus mengkaji ulang sejarah terjadinya Idul Adha.  Ada tiga tokoh sentral yang menjadi pemain utama dalam kisah luar biasa ini.  

Ketiga tokoh yang bisa kita teladani dari peristiwa ini adalah Nabi Ibrahim AS sang ayah,  Ismail AS sang anak dan Siti Hajar sang ibu, istri dari nabi Ibrahim.  Sebuah keluarga yang menjadi tauladan bagi manusia sampai akhir zaman.

Nabi Ibrahim AS adalah  sosok manusia yang dikenal dengan keimanan yang sangat luar biasa, ia memiliki gelar dari Allah SWT Al Khalil yang artinya kekasih Allah SWT. Selain itu ia pun sosok milyader yang sangat mencintai Tuhan-nya.  

Dalam kitab Misykatul Anwar disebutkan bahwa Ibrahim memiliki kekayaan 1000 ekor domba, 300 lembu dan 100 ekor unta.  Dalam riyawat lain disebutkan kekayaan Ibrahim mencapai 12.000 ekor ternak.

Kekayaan yang berlimpah itu tidak membuat ia sombong dan lupa akan kedudukannya sebagai hamba. Ketika ditanya milik siapakah harta kekayaan itu, Ibrahim menjawab bahwa semuanya milik Allah hanya saat ini untuk sementara menjadi miliknya.  

Bila Allah memintanya kembali dengan rela ia akan mengembalikan semuanya.  Nabi Ibrahim pun sempat berucap “Jangankan hartaku, kalau Ismail anakku yang sangat kusayangi diminta Allah SWT, niscaya akan kuberikan…”

Ibrahim adalah sosok utama dalam momentum sejarah umat Islam, dimulai dari proses pencarian Tuhan Yang Maha Esa.  Selanjutnya ia menyebarkan keyakinan akan Allah sebagai satu-satunya Tuhan,  kemudian prosesi pembangunan ka’bah, terciptanya ibadah haji serta Idul Adha.

Ismail  putra Ibrahim dari Siti Hajar sebagai tokoh sentral kedua, dalam peristiwa Idul Adha adalah anak yang mempunyai tingkat keyakinan dan keteguhan hati yang luar biasa.  Di usianya yang baru saja menginjak remaja, ia sudah begitu patuh dan setia kepada permintaan dan perintah Tuhan nya serta orangtuanya. 

Tokoh sentral ketiga adalah Siti Hajar, istri kedua Ibrahim ibu Ismail.  Siti Hajar adalah teladan bagi banyak perempuan dalam mentaati perintah Allah SWT, taat pada suami dan menyayangi anaknya.  
Tentu kita masih ingat bagaimana Siti Hajar harus terlunta di gurun yang gersang dan panas bersama anaknya yang masih bayi karena ketaatannya pada suami.  

Bagaimana ia harus berkeliling antara bukit Safa dan Marwah demi mendapat pertolongan dan air minum untuk putranya, Ismail yang sedang kehausan. Siti Hajar inilah tokoh sejarah yang mengawali terbentuknya kota Mekah.

Dengan mukjizat dari Allah SWT maka keluarlah air zam-zam yang kemudian seiring dengan perkembangan zaman tempat ini menjadi tempat yang subur makmur.  Kota inilah yang kemudian kita kenal sebagai Kota Mekah.  

Mereka bertiga  itulah  tokoh sentral yang mengawali berbagai sejarah besar di dalam perjuangan umat Islam termasuk terjadinya Idul Adha ini.



 Pelajaran dari Peristiwa Perintah Penyembelihan Ismail

Ada banyak pelajaran atau ibroh yang bisa kita ambil dari peristiwa luar biasa yang melahirkan hari besar untuk umat Islam ini. Salah satu diantaranya selain ketaqwaan dan keimanan mereka yang luar biasa adalah hubungan yang terjalin baik antara orang tua dan anaknya. 

Mari kita simak di dalam Al Qur’an bagaimana Nabi Ibrahim mengabarkan perintah dari Allah SWT tentang mimpinya itu yang terdapat  dalam Qur'an Surah Ash-Shaffat 102 yang artinya:

“Maka tatkala anak itu (Ismail) telah sampai usianya dapat membantu Ibrahim, maka Ibrahim berkata: “Wahai anakku, sesungguhnya saya bermimpi bahwa saya disuruh menyembelihmu, maka bagaimana pendapatmu?” Si anak menjawab: “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah aku termasuk orang yang sabar.” 

Dari dialog antara ayah dan anak  tersebut kita bisa melihat bagaimana orang tua dalam hal ini sang ayah tidak bersifat otoriter dan melakukan doktrinasi kepada anaknya.  Sang ayah membangun nilai-nilai edukasi dan nilai–nilai musyawarah.  Sementara sang anak menggambarkan nilai-nilai kepatuhan dan ketaatan kepada orang tua dan Khaliq-nya.

Kepatuhan dan ketaatan sang anak tentu saja tidak serta merta terjadi begitu saja, pasti hal itu adalah buah dari pendidikan dan tauladan yang baik dari kedua orangtuanya.  Komunikasi yang dibangun antara anak dan orang tua atau sebaliknya menggambarkan sebuah komunikasi yang harmonis.  

Sebuah potret keluarga Islami, keduanya memiliki kadar keimanan yang kuat dan luar biasa.  Sebetulnya saat mengabarkan perintah penyemblihan melalui mimpi yang berturut-turut itu Nabi Ibrahim merasa sangat berat untuk menyampaikannya. 

Oleh karena itu ia menyampaikannya secara cepat. Kemudian Nabi Ibrahim membisu, tertunduk dengan wajah yang pucat, ia tak sanggup menatap wajah anaknya.  Tapi yang dikatakan oleh Nabi Ismail ? Ia berusaha menenangkan hati sang ayah dengan mengatakan 

“Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah aku termasuk orang yang sabar.”

Jawaban yang kemudian membuat Nabi Ibrahim tersontak dan kembali besemangat serta tidak ragu-ragu untuk mengambil keputusan mematuhi perintah penyemblihan itu.  Buah dari kepatuhan dan kepasrahan akhirnya Allah menggantikan posisi Ismail dengan hewan kurban.  



Inilah awal dari anjuran ibadah berkurban.  Dari pelajaran di atas ada yang harus kita garis bawahi bersama yaitu :

1.  Bila menginginkan anak kita sholeh maka yang harus pertama kita lakukan adalah mendidik diri kita sendiri agar sholeh terlebih dahulu.  Tauladan adalah hal yang sangat penting dalam mendidik anak-anak.  Kita masih ingat bukan bahwa anak adalah peniru yang ulung.

“Sungguh telah ada untuk kalian teladan yang baik dalam diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya.” (al-Mumtahanah: 4)

2. Yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim selain memberikan suri tauladan yang baik, ternyata Nabiyullah Ibrahim juga berdo’a meminta dan bercita-cita dengan sungguh-sungguh agar diberi keturunan yang sholeh. 

“Tuhanku, karuniakanlah untukku (seorang anak) yang termasuk orang-orang shalih.” (QS:Ash Shaffat : 2)

“Ya Tuhanku, jadikanlah aku orang yang menegakkan shalat, juga dari keturunanku. Ya     Tuhan kami, kabulkanlah doaku.” ( QS: Ibrahim: 40)


3. Pelajaran ketiga kita dituntut untuk mengedepankan dialog yang didasarkan pada nilai-nilai ukhuwah Islamiyah.  Nabi Ibrahim membuktikan bagaimana ia mengedepankan dialog atau musyawarah sebelum mengambil keputusan.  Komunikasi seperti ini akan membentuk anak-anak dengan kepribadian yang baik dan penuh percaya diri  karena ia merasa  dihargai.

4.  Pelajaran penting lainnya adalah mustahil kita mendapatkan sesuatu yang luar biasa tanpa ada pengorbanan.  Untuk meraih atau menghasilkan sesuatu butuh pengorbanan dan perjuangan.  Nabi Ibrahim AS telah mengorbankan waktunya untuk mentarbiyah istri dan anaknya hingga mereka memiliki ketakwaan dan ketabahan yang luar biasa.

Demikianlah pelajaran yang bisa kita ambil dari keluarga Nabi Ismail, semoga kita semua bisa merefleksikannya dalam kehidupan keseharian kita sehingga kita bisa membentuk keluarga yang sakinah mawadah warohmah yang dilandasi oleh keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

“Hai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…..” (QS At Thahrim  6).
 
Dengan memaknai perayaan Idul Adha ini semoga kita bisa banyak Belajar dari Nabi Ibrahim AS dan menjadikan diri kita pribadi yang semakin bertaqwa kepada Allah SWT.  Semoga tulisan Cerita Ida kali ini yang berjudul Belajar dari Nabi Ibrahim AS ini bermanfaat untuk kita semua.  

 

18 komentar:

  1. Kebanyakan kita itu pandai memberi kata nasihat, padahal yang terpenting itu praktiknya, suri tauladannya. Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail ini selalu menyentuh. Tak lupa juga sosok wanita, Siti Hajar dengan segala keistimewaannya

    BalasHapus
  2. Terima kasih Teh, sudah mengingatkan kembali tentang ibroh dari kisah pengorbanan Nabi Ibrahim, Nabi Ismail dan juga Siti Hajar. Semoga kita semua mampu mengambil hikmah pelajaran dari keteladanan beliau2 ini..

    BalasHapus
  3. Nah contoh yang tidak ada kata terlambat untuk jadi suri tauladan, tidak hanya untuk anak, Keluarga, atau masyarakat sekitar, tetapi terlebih kepada diri kita sendiri. Jangan mau meminta orang lain mengerjakan ini itu, apabila sendirinya masih malasa-malasan...

    Terimakasih banyak ilmu dan wawasannya, Teh

    BalasHapus
  4. Setuju sekali kalau ingin punya anak yang baik dan soleh maka sebagai orang tua harus menjadi baik dan soleh terlebih dahulu. Setuju juga dengan musyawarah dan komunikasi yang baik antara orang tua dengan anaknya.

    BalasHapus
  5. Masyaallah bagus banget tulisannya.
    cerita tentang kisah nabi ibrahim ini benar-benar bisa menjadi contoh untuk kita sebagai orang tua dalam mendidik anak. Semoga anakku juga bisa menjadi anak yang shaleh seperti ismail. Amiin..

    BalasHapus
  6. Di saat pandemi ini banyak yang kecewa karena tidak bisa sholat Ied. Saya juga merasakan kesedihan. Tetapi, kalau dipikir lagi, ada banyak hikmah yang bisa didapat.

    Saat ini sedang diingatkan untuk patuh dan ikhlas menghadapi cobaan. InsyaAllah akan ada ending yang bahagia kalau kita sabar.

    BalasHapus
  7. Ada banyak sekali pelajaran yang bisa diambil di kisah Nabi Ibrahim dan Ismail ya, mbak, salah satunya dalam hal parenting.

    BalasHapus
  8. Ketauladanan keluarga Nabi Ibrahim perlu dicontoh ya, yang mau berkorban demi Allah dan agamanya. Andai mampu jangan sampai sombong karena harta.
    Dari peristiwa penting ini kita juga bisa mengambil hikmahnya ya mbak agar selalu berkorban di jalan Allah

    BalasHapus
  9. Parah sih ini dan di kehidupan modern seperti sekarang sangat bisa diterapkan analoginya mengenai bersabar merelakan dan mengikhlaskan. Thx 4 sharing Bund <3

    BalasHapus
  10. Masya Alloh, ketaatan keluarga Nabi Ibrahim luar biasa ya, Mbak. Terharu bacanyaa.

    BalasHapus
  11. Sebuah teladan yang sangat patut diteladadi dari keluarga Nabi Ibrahim. Ada Tokoh ayah,ada tokoh istri dan anak yang kuat berpegang teguh pada aajran nabi. Pengorbanan luar biasa

    BalasHapus
  12. MashaAllah tabarakallahu, teteh..
    Aku selalu ingat kesholihan Nabi Ibrahim dari mulai sang anak, Ismail belum ada, beliau dengan sabar dan penuh harap dalam lantunan doanya memohon anak yang sholih.

    Bagaimana Nabi Ibrahim menyiapkan generasi yang berkualitas sedari mulai belum terjadi apa-apa. Jadi semangat untuk terus berdoa, berdoa dan berdoa yang terbaik dan Allah ridhoi.

    BalasHapus
  13. kisah nabi Ibrahim memang luar biasa, banyak sekali hikmah yang terkandung di dalamnya. Tidak saja menjadi orang tua tapi bagaimana menjadi anak yang baik. Terima kasih Teh, sudah mengingatkan kembali...

    BalasHapus
  14. Selamat merayakan hari raya Idul Adha ya Mbaaak.... Di tengah pandemi, semoga tidak menyurutkan semangat teman-teman kaum muslim/muslimah....

    BalasHapus
  15. Banyak yang merayakan idul adha, dan berqurban. Semoga saja lebih memaknai arti berqurban itu sendiri ya Teh.
    Seperti kisah Nabi Ibrahim dan Ismail di atas.
    Hatur nuhun Teh, udah reminder.

    BalasHapus
  16. Kalau inget kisah Nabi Ibrahim a.s dan anak keturunannya otomatis merinding karena keimanan yang luar biasa kepada ALlah SWT.
    Semoga kita bisa berkumpul dengan para nabi dan orang-orang shalih di surga nanti. aamiin.

    BalasHapus
  17. keteladanan nabi Ibrahim ini yang selalu kita maknai saat perayaan Idul Adha yaa teh, selamat berkurban dan silaturahmi online via zoom ya teh dimasa pandemi gini mah

    BalasHapus
  18. Sungguh layak menjadi tauladan keluarga Islami ya mba Nabi Ibrahim sekeluarga ini. Ada ibroh terkait pendidikan budi pekerti, keikhlasan dan rela berkorban terkait Idul Adha.

    BalasHapus

Terima kasih telah mampir dan silakan tinggalkan jejak ^_^