Sepertinya saya harus banyak belajar lagi ilmu parenting menghadapi anak-anak yang unik. Sedang bingung menghadapi anak yang sangat susah diaturnya. Saat diomeli malah perkataan kita tidak didengar. Malah seperti menyengaja.... Duh pusing deh dibuatnya. Akhirnya jadilah tulisan Pentingnya Membentuk Karakter Anak ini.
Tidak punya pengalaman menghadapi anak seperti itu, atau mungkin sudah lupa karena saya tipe yang mudah terlupa dengan masa lalu kecuali yang berkesan hingga bisa nempel di memori. Anak-anakku kini sudah besar, sekarang saya tinggal menikmati hasilnya saja. Tinggal mengarahkan dan tentu saja tetap membimbing mereka karena bagaimana pun mereka masih butuh bimbingan orang tuanya.
Walau kadang suka menyesali beberapa hal tentang masa lalu saat memutuskan menjadi full time mother tapi saya sekarang malah bersyukur. Buah lebih fokus mendidik anak-anak kini memiliki anak-anak yang sholeh dan sholehat..insya Allah. Alhamdulillah. Semoga selalu istiqomah. Aamiin Allohumma Aamiin.
Tingkatan rezeki menurut beberapa sumber disebutkan bahwa rezeki berupa harta yang merupakan rezeki terendah, afiyah atau kesehatan rezeki tertinggi, memiliki anak-anak sholeh adalah rezeki yang utama, sementara ridla Allah merupakan rezeki yang paling sempurna.
Kesuksesan mendidik anak tiap orang indikatornya mungkin berbeda tergantung sudut pandang masing-masing orang tua. Kalau saya menilai kesuksesan mendidik anak adalah saat anak-anak memiliki karakter yang baik, menjadi hamba Allah SWT yang senantiasa mentaati aturan-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Anak-Anak Sholeh dan Sholehat Rezeki yang Utama
Saya sangat mengapresiasi kelembutan hati anak-anakku, mereka semuanya (termasuk yang tidak dituliskan di tulisan ini) alhamdulilla adalah anak-anak yang memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Di bawah ini beberapa contoh yang menunjukkan Ka Azizah -si sulung- sudah sejak dari kecil terlihat memiliki kepedulian sosial yang tinggi.
Kepedulian sosialnya terlihat dari karya tulisnya baik itu cerpen dan puisi yang diterbitkan di majalah dan koran atau pun bahkan novelnya yang banyak berkisah tentang kepeduliannya kepada kaum yang termarjinalkan, lebih dari setengah karyanya adalah tentang kepedulian baik itu kepada manusia maupun terhadap alam sekitar.
Saat SMA ia menjadi sukarelawan, bersama teman-teman rohisnya mendirikan rumah singgah dan mengajar anak-anak terlantar di pinggiran kereta. Di Turki tempat kuliahnya sekarang ia beberapa kali mendaftarkan diri menjadi sukarelawan untuk anak-anak korban perang di perbatasan Turki dan Syiria.
Sebelum mata uang Turki menurun tajam karena embargo internasional ia rutin tiap bulan menyisihkan sebagian uang saku beasiswanya untuk turut menyumbang dana beasiswa untuk anak-anak yatim piatu dan kurang mampu.
Demikian pula adik-adiknya, Fathiya dan Maghfira -si bungsu- sudah hampir setahun ini mengajar mengaji anak-anak di sekitar rumah dengan sukarela. Dua kali dalam sehari (Dua grup pengajian) keculi hari Sabtu dan Minggu mereka mengajar tahsin, tahfidz, belajar membaca Al Qur'an dan bahasa Arab dasar.
Dari ikhwal mengajar anak-anak inilah yang membuat saya tertantang untuk memahami karakter seorang anak yang luar biasa unik. Ada anak yang rentang konsentrasinya sangat rendah, tak bisa diam, tak bisa dilarang, kalau dilarang malah menyengaja seperti pura-pura tidak mendengar.
Gemesin deh.... hehe...Lari sana lari sini, loncat-loncat di kursi, intinya tak bisa diam. Kadang ngaji pun tak mau tapi rajin ke rumah tiap hari. Bahkan pernah pagi hari datang lengkap dengan membawa tas, katanya mau belajar (padahal jadualnya sore).... hehe...
Di sini saya melihat kesabaran Fathya, si tengah ini memang memiliki perangai yang begitu saya kagumi. Dewasa, rajin, lembut, lucu, periang hingga disukai anak-anak yang mengaji di rumah. Saya bersyukur di usianya yang masih belia dia banyak belajar berbagai hal menghadapi anak-anak dengan berbagai karakter.
Sementara Maghfira masih sering berkeluh kesah capek usai mengajar dan kadang masih malas-malasan. Saya tidak memaksa karena awalnya juga karena kesadaran sendiri, dan saya memaklumi itu semua, di usia 13 tahun ini mau mengajar tanpa dibayar juga sudah alhamdulillah. Paling Fathiya yang suka mengingatkan kalau adiknya sudah malas-malasan "Istighfar ih..." katanya...
Pentingnya Membentuk Karakter Anak
Saya juga jadi tertantang ingin belajar ilmu psikologinya menghadapi anak seperti itu. Kasihan juga orang tuanya, kalau lah orang tua memahami bahwa anaknya butuh sentuhan 'khusus', butuh sessi konseling dengan psikolog untuk mengetahui penyebabnya yang lebih dalam. Kalau tidak, anak-anak seperti ini bakal dilabeli seperti 'anak nakal' atau 'anak sulit diatur' atau labeling negatif lainnya.
Mumpung anaknya masih kecil, masih 5 tahunan, karakternya belum terbentuk. Pentingnya membentuk karakter anak sejak dini mengharuskan kita untuk tidak abai terhadap permasalahan seperti yang terjadi di anak unik ini.
Duh tulisan saya ga jelas ya intinya apa...hahaha... Semacam curhat rasa bahagia memiliki anak-anak yang menjadi qurrota ayyun ? Kalau menganggap saya sombong, riya, silakan saja itu mah derita loe berpikiran seperti itu..hehe... Kalau berpikiran bersih mungkin teman-teman bisa mengambil hikmah dari tulisan ini.
Yang jelas pembentukan karakter anak yang baik merupakan hal penting karena ini merupakan salah satu investasi terbaik yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya. Tentu saja dengan tidak menafikan poin lainnya seperti kesehatan mental spiritual, kemampuan berpikir serta pengetahuan.
Ya investasi terbaik untuk anak-anak bukan warisan harta kekayaan yang berpotensi menjadi rebutan bila tidak terdidik akhlaknya. Tapi bekal karakter yang baik dan kuat, akhlak yang indah kesehatan mental spiritual dan pengetahuan lah yang akan menjadi bekal mereka menjalani kehidupannya.
Pentingnya Membentuk Karakter Anak sejak dini, membuat orang tua tidak akan merasa kesulitan lagi saat anak sudah besar, karena karakter baik sudah terbentuk. Dan karakter yang baik pada diri anak akan menjadi bekal yang berharga dalam kehidupannya.
Awalilah dengan pembiasaan-pembiasaan yang baik, berikan contoh yang real karena anak adalah peniru yang ulung. Karakter berawal dari sebuah pembiasaan yang terus berlangsung dalam waktu yang lama yang akhirnya membentuk menjadi sebuah kepribadian yang akan sulit untuk mengubahnya kembali.
Semoga tulisan Cerita Ida yang berjudul Pentingnya Membentuk Karakter Anak ini bisa bermanfaat untuk diri sendiri maupun yang membacanya.
Mendidik dan membangun karakter anak harus dari kecil memang ya. Jadi ketika besar tinggal mengarahkan. Insha Allah jika pondasi kuat agama dan iman, anak2 selalu ingat Allah dan takut berbuat salah.
BalasHapusKadang memang kalau kita berbagi pengalaman, banyak yang salah nangkap, tapi kita nggak bisa mengatur bagaimana pikiran orang menyikapi tulisan kita ya.
BalasHapusBtw, membentuk karakter anak tuh memang penting, agar anak menjadi anak yang menyejukan hati ortunya :)
Keren ya Maghfirah, masih usia 13 tahun sudah mau mengajar tanpa dibayar. Salut
BalasHapusSubhanallah anak2 teladan yang bisa jafi contoh teman2nya mbak. Kadang ada orang tua beranggapan bahwa anak yang pandai secara akademis itulah yang dibanggakan. Padahal tidak semua anak memiliki kemampuan yang sepadan. Seperti halnya anak saya. Dia memang malas2an belajar...karena prinsipnya dia bersosialisasi, ngumpul dengan remaja masjid jauh lebih seru ketimbang kumpul dengan anak2 kutu buku yang hobinya belajar terus. Disatu sisi saya sedih namun disisi lain saya juga bersyukur karena anak saya memiliki rasa peduli dan sosial yang tinggi.
BalasHapusMasya Allah, menjadikan anak yang sholeh dan sholehah memang kewajiban kita sebagai hamba Allah yang taat dan patuh pada perintahnya. suatu kebahagiaan juga jika berhasil mencapai keinginan itu. Pondasi yang kuat dari orangtua dan lingkungan menjadikan anak2 dapat menjalankan hidupnya dg baik dan benar. salut deh, sama anak2nya mba.
BalasHapusMba Ida., aku setuju juga bagaimanapun kita sebagai orangtua harus memberikan contoh yang baik kepada anak ya mba. Biar mereka juga melakukan hal yang baik
BalasHapusMembentuk karakter anak memang effort bagi orangtua. Betul anak-anak memang peniru ulung jadi sebisa mungkin orang tua juga berbuat baik sehingga apa yang mereka lihat itulah yang mereka rekam
BalasHapusselalu adem kalau baca postingannya teh Ida, memang ya teh mendidik anak tuh ga gampang tapi itu tugas kita sebagai orang tua
BalasHapusKarakter anak perlu dibentuk sejak dini supaya ketika dewasa bisa berkembang dan tumbuh lebih baik, meskipun lingkungannya tidak demikian
BalasHapusmasyaAllah.. iya mba, membentuk karakter anak sangat penting dibiasakan dan dilatih sejak kecil. anak itu penyontoh ya, kita harus benar2 bisa menjaga sikap dan perkataan kita di depan mereka.
BalasHapus