Mendidik Anak Menjadi Pribadi yang Bertanggung Jawab Sebentar lagi dimana-mana khususnya di berbagai kota di Indonesia akan ramai dengan berbagai peringatan Hari Anak Nasional. Kurang dari sepekan lagi Hari Anak Nasional (HAN) akan kita peringati tepatnya tanggal 23 Juli nanti. Beberapa komunitas atau lembaga malah sudah menggelar terlebih dahulu acara peringatan HAN ini karena disatukan dengan Hari Keluarga Nasional yang diperingati setiap tanggal 29 Juni.
Alhamdulillah sempat ikut bersibuk ria untuk turut memperingati kedua hari besar itu. Pemilihan Keluarga Sehat Berkualitas baru saja terlaksana. Melibatkan banyak anak-anak dalam selebrasi perayaannya karena memang disatukan dengan peringatan Hari Anak Nasional 2023. Alhamdulillah..
Berbicara tentang anak-anak, saya ibu dari lima anak yang sudah mulai beranjak dewasa tentu lah ingin sedikit berbagi pengalaman. Baik dari pengalaman berbagai kesalahan yang telah dilakukan yang kini menjadi penyesalan. Maupun berbagi pengalaman yang menjadi sebuah rasa syukur karena dulu telah diterapkan dalam proses pendidikan anak dan kini berbuah manis.
Tak terasa anak-anak kini sudah beranjak besar, yang terkecil saja sudah duduk di kelas 11 sebuah SMA negeri di Cimahi. Si sulung baru saja menyelesaikan S1 nya dari sebuah PTN di Turki, anak kedua sudah berada di tingkat akhir dan si tengah kini duduk di tingkat dua sebuah PTN di Bandung. Anak keempat harusnya sudah lulus SMA tapi karena di pesantren yang 4 tahun lama SMA nya, kini di tahun terakhir mondok.
Banyak cerita suka dan duka dalam perjalanan mendidik dan membersamai mereka. Ada penyesalan yang cukup besar dan tentu saja ada beribu rasa syukur sudah melewati masa-masa 'sulit' dalam 'membentuk' mereka.
Satu hal kami sebagai orangtua syukuri adalah alhamdulillah anak-anak tumbuh menjadi anak-anak yang bertanggung jawab pada dirinya dan penciptaNya. Masya Allah ..Tabarokalloh.... Alhamdulillah...Alhamdulillah... bi ni'matillah....
Teringat obrolan dengan Neng Ita, adik iparku saat kami main ke Tasik sekitar dua pekan yang lalu. Seolah mewawancari Neng Ita bertanya "Teh anak-anak sudah pada besar begini apakah Teteh masih merasa kesulitan dalam mendidik mereka, misal ada anak bermasalah gitu atau gimana.....?" Begitu kira-kira pertanyaan Neng Ita.
Tidak janjian pakai hitam-hitam :D |
Alhamdulillah akhirnya kami memang bisa ke Tasik 'fullteam' setelah sekian lama tak bisa lengkap. Kalau engga si sulung yang tidak ada karena sedang di negeri orang, ya Mushab anak yang nomor empat yang masih mondok di pesantren. Jadi begitu Kaka pulang dari Turki, dan Mushab libur kami pun bersegera sowan ke kakek dan neneknya anak-anak.
Mendidik Anak Menjadi Pribadi yang Bertanggung Jawab
Di Tasik bertemu dengan Neng Ita, adik iparku yang sedang berlibur, Neng Ita memiliki tiga anak-anak yang masih imut. Sepertinya Neng Ita menghadapi permasalahan yang sama dengan orangtua yang lainnya saat ini. Yaitu memisahkan anak-anak dari gadget saat liburan...
Kembali ke pertanyaan Neng Ita tadi. Pertanyaan yang membuat saya berpikir sejenak memikirkan jawabannya. Pertanyaan yang akhirnya menyadarkan saya harus banyak bersyukur karena secara umum saya sekarang sudah merasa tidak memiliki beban menghadapi mereka.
Ditinggalkan berapa lama pun saya tidak khawatir mereka tidak sholat, tidak ngaji atau tidak belajar. Karena sepertinya hal itu sudah menjadi ritual keseharian yang tak perlu saya perintahkan lagi. Alhamdulillah.
Berfoto dengan Papah & Mamah Mertuaku serta anak-anak Neng Ita |
Sekarang yang sedikit menjadi PR adalah bagaimana agar pola pikir si sulung yang sudah sedikit berubah bisa kembali seperti dulu. Enam tahun belajar sendiri di negeri orang sedikit banyak mengubah pola pikir dan sikapnya.
Sekarang dibanyakin mendo'akannya saja, karena anaknya sudah dewasa, sudah besar dan tak ingin banyak dinasehati. Masih jadi anak yang sholihah sebenarnya, ibadahnya masih rajin, sholat tidak tertinggal, ngaji juga. tapi tidak seideal yang kami harapkan. Dan semua ini tidak lepas dari kesalahan saya sebagai orangtua.
"Intinya, orangtua itu harus mau capek saat anak-anak masih kecil" Ujarku saat ditanya kiat mendidik anak oleh Neng Ita. "Saat orangtua mau berlelah-lelah membersamai dan memberikan role model kepada anak-anak saat mereka kecil, orangtua akan menghadapi banyak kemudahan saat mereka beranjak besar", lanjutku.
Menanamkan konsep tentang hidup dari sejak dini, membuat anak-anak menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Menjadi anak-anak yang paham akan hakikat kehidupan hingga berusaha melakukan terbaik yang mereka mampu. Karena mereka memahami ada kehidupan setelah kematian yang harus mereka perjuangkan kenyamanannya.
Menanamkan hal itu, kini saya harus mensyukurinya karena anak-anak menjadi anak-anak yang sholih dan sholihat. Alhamdulillah. Selain sholat lima waktu dan mengaji yang sudah rutin, sholat sunnah seperti dhuha dan tahajud serta shaum sunnah sudah mulai rutin anak-anak lakukan. Sebelum tidur si bungsu dan si tengah rutin membaca QS Al Mulk dan melaksanakan ritual sunnah sebelum tidur lainnya.
Mulai dari menggosok gigi, membersihkan wajah, menyapu kasur (mengibasnya dengan kain sambil berdzikir) seperti yang diajarkan Rasulullah SAW, mematikan lampu kamar, tidur menghadap ke kanan menjadi rutinitas mereka.
Fathiya dan Maghfira juga sudah menjadi guru yang mengajar lebih dari tiga puluh anak-anak sekitar rumah, usai mereka sekolah atau kuliah. Alhamdulillah. Tanpa dibayar, bahkan kalau ada anak yang memberinya uang, Fathiya kembalikan dengan halus.
Demikian juga si pangais bungsu Mushab yang selalu berusaha tidak merepotkan orang tuanya dengan berusaha hidup sederhana di pondok. "Engga Usah Mi.... ga perlu...." Selalu itu jawaban Mushab kalau ditawarin berbagai bekal saat pulang ke pondok. Tapi tetap senyum bahagia saat dibekali berbagai makanan kesukaannya... hehe....
Alhamdulillah, mereka semua tumbuh menjadi anak-anak yang penuh kasih sayang. Masya Allah, tabarokalloh. Bahkan terkadang malah anak-anak lah yang menasehati orangtuanya. Misalnya saat melihat Abinya ngajinya kurang, si bungsu menegurnya dengan santun. "Bi yu ah ngaji...." itu katanya :D
Menceritakan hal ini bukan ingin berbangga diri, karena ini semua bukan hasil usaha kami sebagai orang tua. Semuanya tak lepas dari berkah, kehendak dan kasih sayang Allah SWT. Saya hanya ingin memperlihatkan betapa penanaman konsep beragama sejak dini akan berbuah manis.
Konsep beragama yang bukan sekedar teoritis tapi ditanamkan dalam aplikasinya tentu saja.....
Konsep tentang untuk apa manusia hidup manusia di dunia, konsep tentang hidup yang bertanggung jawab pada Tuhan nya. Bukan tanpa cela tentu saja, banyak hal yang saya sesalkan juga dalam proses tumbuh kembang mereka.
Tetapi di luar rasa sesal itu, yang saya rasakan memiliki anak-anak sholih dan sholihat ternyata menjadi segalanya yang menutupi semua kekurangan yang ada. Bukan hanya menjadi tabungan di hari akhir nanti tapi juga menjadi kebahagiaan ketika kita masih di dunia. Masya Allah. Semoga mereka istiqomah dalam kesholihan dan kesholihatannya.
Semoga tulisan Mendidik Anak Menjadi Pribadi Bertanggung Jawab ini bermanfaat ya teman-teman. Semoga bisa menjadi inspirasi dan menambah rasa syukur kami sebagai orang tua.. :D
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Terima kasih telah mampir dan silakan tinggalkan jejak ^_^